Status Kepemilikan Lahan Luas Lahan dan Jumlah Tanaman Status Mata Pencaharian Petani

c. Status Kepemilikan Lahan

Seluruh responden petani bunga-potong anggrek Dendrobium di Kecamatan Gunung Sindur memiliki lahan sendiri. Lahan yang dimiliki biasanya merupakan lahan pekarangan sehingga langsung berdampingan dengan rumah tinggal dimana lahan tersebut cukup luas untuk dijadikan kebun anggrek. Ada pula petani yang sengaja membeli lahan baru untuk berusahatani anggrek Dendrobium karena lahan yang dimiliki kurang maksimal untuk dipakai bertani. Lahan yang dimiliki responden seluruhnya diusahakan untuk menanam tanaman anggrek potong Dendrobium.

d. Luas Lahan dan Jumlah Tanaman

Pada usahatani anggrek Dendrobium, selain luas lahan jumlah tanaman juga mempengaruhi produksi karena pada kenyataannya banyak petani responden yang memiliki luas lahan yang sama namun jumlah tanamannya berbeda. Rata-rata jumlah tanaman yang dimiliki petani responden adalah 7.575 tanaman yang secara terinci terdapat pada Lampiran 3. Apabila dilihat dari jumlah tanaman ternyata jumlah tanaman petani responden cukup beragam, yaitu dari petani yang hanya memiliki 3.000 tanaman sampai dengan petani yang memiliki 18.000 tanaman. Pada Tabel 11 diketahui bahwa 11 orang 55 persen petani bunga-potong anggrek Dendrobium memiliki kisaran jumlah tanaman sebanyak 3.000 - 7.000 tanaman dan Sembilan orang 45 persen memiliki kisaran jumlah tanaman sebanyak 8,000 – 18.000 tanaman. Secara terinci dapat dilihat pada Lampiran 4 dan Lampiran 5. Tabel 12. Jumlah dan Persentase Responden Petani Bunga-Potong Anggrek Dendrobium Berdasarkan Jumlah Tanaman di Kecamatan Gunung Sindur pada Tahun 2010 Jumlah Tanaman Usahatani Bunga-Potong Anggrek Dendrobium Jumlah orang Persentase 3.000 – 7.000 11 55,00 8.000 – 18.000 9 45,00 Jumlah 20 100,00

e. Status Mata Pencaharian Petani

Pada Tabel 13 sebagian besar responden bermatapencaharian pokok sebagai petani bunga-potong anggrek Dendrobium 70 persen. Berdasarkan hasil wawancara, mata pencaharian sampingan misalnya buruh dan wiraswasta. Responden yang bermatapencaharian pokok sebagai petani anggrek melakukan pengelolaan di kebun dengan lebih intensif baik sendiri maupun dengan bantuan tenaga kerja luar keluarga sedangkan responden yang menganggap usahatani anggrek sebagai usaha sampingan mengelola kebun terutama dengan bantuan tenaga kerja keluarga istri dan tenaga kerja luar keluarga. Alasan petani menanam anggrek adalah usaha turun-temurun atau pengembangan usaha dari yang telah dirintis pendahulunya, untuk memperoleh penghasilan karena keuntungan yang cukup besar serta prospek yang bagus dan iklim di lokasi penelitian cocok untuk pengembangan anggrek Dendrobium. Tabel 13. Komposisi Responden Petani Bunga-Potong Anggrek Dendrobium Berdasarkan Status Mata Pencaharian Petani di Kecamatan Gunung Sindur Pada Tahun 2010 Status Mata Pencaharian Petani Jumlah orang Persentase Pokok 14 70,00 Sampingan 6 30,00 Total 20 100,00 f. Pengalaman Bertani Pengalaman bertani dapat mempengaruhi cara bertani dan budidaya bunga- potong anggrek Dendrobium. Petani anggrek yang telah memiliki pengalaman bertani pada umumnya dapat mengatur biaya yang dikeluarkan untuk usahatani. Berdasarkan wawancara, responden petani bunga-potong anggrek Dendrobium yang mempunyai pengalaman bertani 0-14 tahun sebanyak 4 orang 20 persen dan yang mempunyai pengalaman bertani 15-30 tahun sebanyak 16 orang 80 persen seperti yang ditunjukkan pada Tabel 14. Tabel 14. Komposisi Responden Petani Bunga-Potong Anggrek Dendrobium Berdasarkan Pengalaman Bertani di Kecamatan Gunung Sindur Pada Tahun 2010 Pengalaman Bertani Jumlah orang Persentase 0-14 4 20,00 15-30 16 80,00 Total 20 100,00

5.4 Karakteristik Pedagang