Profil petani anggrek berdasarkan Direktorat Jenderal Hortikultura dan Tanaman Hias 2009 terdiri atas beberapa skala usaha yaitu skala usaha kecil, sedang
dan besar. Skala usaha budidaya anggrek di Indonesia berkisar antara 200 m
2
hingga 25 ha. Skala usaha 200-1.000 m
2
dimiliki oleh petani pemula maupun petani-petani kecil, dimana skala usaha ini termasuk skala kecil. Petani tersebut umumnya
memiliki keterbatasan modal. Sekitar 70 persen petani tersebut tersebar di berbagai sentra produksi anggrek, baik di Pulau Jawa maupun luar Jawa.
Usaha budidaya anggrek berskala sedang yaitu antara 1.000-5.000 m
2
banyak diusahakan oleh petani-petani di Pulau Jawa. Petani tersebut umumnya telah
berpengalaman dalam usaha anggrek minimal lima tahun dan telah menguasai teknologi dan pasar. Skala usaha ini tersebar di Jawa Barat, Jawa Timur, DKI,
Banten, DI Yogyakarta, Jawa Tengah dan beberapa daerah di luar Jawa seperti Bali dan Medan.
Usaha anggrek dengan luasan lebih dari 5.000 m
2
umumnya diusahakan oleh pengusaha besar. Pelaku usaha ini umumnya bermodal kuat, menguasai teknologi
cukup baik dan daerah pemasaran yang luas. Pengusaha besar yang melakukan ekspor antara lain PT Eka Karya Graha Flora dan PT Bintang Delapan Hortikultura.
Usaha budidaya anggrek dengan skala luas harus dilakukan dengan pengelolaan secara intensif terutama dalam bidang perbenihan.
2.2 Usahatani Anggrek dan Tanaman Hias Lain
Penelitian tentang anggrek telah banyak dilakukan. Hal ini didorong oleh kedudukan tanaman anggrek sebagai tanaman unggulan nasional. Keunggulan tanaman anggrek
tidak terbatas pada penampilan fisiknya saja, secara finansial pun anggrek memiliki keunggulan dibandingkan tanaman hias lainnya. Menurut penelitian SIPUK BI
2001 dalam Windiana 2001 anggrek adalah komoditi yang layak untuk diusahakan. Penelitian ini dilakukan dengan asumsi dasar; budidaya anggrek
dilakukan didalam rumah kaca green house seluas 250 m
2
dengan skala model usaha sebesar 40.000 pot seedling. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa net
present value 0, dan IRR discount factor. Kriteria-kriteria kelayakan tersebut
mengindikasi bahwa anggrek adalah komoditas yang layak secara finansial. Irvani 2001 melakukan penelitian mengenai “Analisis Pendapatan dan Struktur
Pemasaran Bunga Anggrek di DKI Jakarta”. Tujuan dari penelitian tersebut adalah mengetahui tingkat pendapatan, titik impas serta aspek-aspek pemasaran yang terjadi
meliputi struktur pasar, fungsi pemasaran serta marjin pemasaran dari usahatani anggrek. Sampel yang digunakan adalah sepuluh anggrek dari jenis varietas berbeda.
Hasil analisis rata-rata pendapatan bersih usahatani anggrek dalam satu periode produksi menunjukkan bahwa kesepuluh anggrek yang diusahakan menuntungkan,
baik ditunjau dari pendapatan dan nilai RC rasio atas biaya tunai dan totalnya. Dua jenis anggrek yang paling menguntungkan petani yaitu anggrek bulan dan anggrek
Dendrobium karena memberikan penerimaan yang lebih dibandingkan dengan delapan jenis anggrek lainnya. Perhitungan titik impasnya menunjukkan bahwa
usahatani tersebut berada dalam kondisi yang menguntungkan. Impas unit produk tertinggi terdapat pada anggrek Dendrobium. Tingginya nilai impas disebabkan oleh
besarnya biaya tetap total untuk kedua jenis anggrek tersebut. Lubis 2003 melakukan penelitian yang berjudul ”Potensi Pengembangan Anggrek
Dendrobium dari Sisi Kelayakan Finansial pada Kebun Anggrek Parung” . Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kelayakan usaha anggrek
Dendrobium berdasarkan kinerja finansial dan mengetahui pengaruh perubahan volume produksi, harga input dan harga output terhadap kelayakan finansial usaha
anggrek Dendrobium. Berdasarkan hasil analisis disimpulkan bahwa usaha Kebun Anggrek Parung menunjukkan kondisi layak untuk dilaksanakan pada tingkat
diskonto 16 persen untuk skenario I dan skenario II. Usaha anggrek untuk skenario II lebih layak daripada skenario I karena memiliki nilai NPV, IRR dan Net BC Ratio
yang lebih tinggi disebabkan penerimaan penjualan lebih tinggi. Rekomendasi yang diberikan oleh penulis adalah usahatani anggrek di Kebun Anggrek Parung dapat
terus dilaksanakan dan dikembangkan dengan melakukan usaha sampai tahap peremajaan dan memperhatikan perubahan produksi, harga output dan harga input.
Selain anggrek, penelitian mengenai tanaman hias lainpun telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Penelitian Chaizar 2007 berjudul ”Analisis Pendapatan Usahatani
Phillodendron Millo , Tanaman Hias Euphorbia dan Tanaman Hias Puring di PD
Atsumo, Sawangan, Depok, Jawa Barat”. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pendapatan usahatani yang diperoleh PD Atsumo dan menganasis produk apakah
yang akan menjadi produk unggulan pada PD Atsumo. Analisis data dilakukan dengan analisis pendapatan usahatani dan analisis Rasio RC untuk menganalisis
produk usahatani paling efisien yang akan menjadi produk unggulan pada PD Atsumo. Berdasarkan analisis, usahatani bunga-potong Phillodendron Millo dan
tanaman hias puring di PD Atsumo menguntungkan sedangkan usahatani tanaman hias tanaman hias Euphoria tidak menguntungkan. Penulis memberikan saran bahwa
PD Atsumo hendaknya melanjutkan pengembangan usahataninya setelah mendapatkan produk unggulan dengan membuka kios tambahan di pasar bunga Rawa
Belong atau tempat strategis lainnya agar lebih mudah dijangkau konsumen.
2.3 Pemasaran Anggrek dan Tanaman Hias Lain