2.1 Karakteristik Tanaman Anggrek
Tanaman anggrek merupakan komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan, sebagai komponen agribisnis memiliki potensi sumberdaya genetik
yang sangat luas. Sekitar 5.000 jenis anggrek tumbuh di Indonesia dengan jumlah 1.327 jenis tumbuh di Pulau Jawa dan selebihnya tumbuh di Pulau Sumatera,
Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya dan pulau-pulau lainnya. Sejak dekade terakhir kegiatan usaha anggrek berkembang di berbagai daerah
dan berperan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi yang cukup penting. Pada masa kini kegiatan usaha anggrek dilakukan secara komersil yang mampu menggerakkan
pertumbuhan industri barang dan jasa. Windiana 2001 dalam penelitiannya menjelaskan jenis tanaman anggrek
yang dikembangkan secara dominan untuk pasar domestik dan ekspor antara lain : 1 Cattleya Lisa annx Lucky Strike dan Temanggung Beauty Brasco Pacto Cattleya. 2
Phalaenopsis, berbagai silangan dengan warna ungu kehitaman dan stripe. 3 Doritaenopsis silangan Doritis dan Phalaenopsis. 4 Meltonia sp dan Odontoglatum
serta 5 Dendrobium. Manfaat utama tanaman ini adalah sebagai tanaman hias karena bunga anggrek mempunyai keindahan. Selain itu anggrek bermanfaat sebagai
campuran ramuan obat-obatan, bahan minyak wangiminyak rambut. Jenis anggrek yang banyak dibudidayakan petani di Kecamatan Gunung Sindur adalah anggrek
jenis Dendrobium. Keunggulan jenis anggrek ini adalah mampu menghasilkan produk berupa bunga potong dalam jumlah tangkai cukup banyak dalam satu
pohonnya. Permintaan komoditi anggrek tersebar mulai dalam bentuk bibit botolan,
kompot, seedling, tanaman ramaja dan dewasa sampai kepada tanaman berbunga dan bunga-potong. Bibit botolan dipasarkan oleh para penyilang yang sekaligus sebagai
produsen, ke petani yang akan memproduksi tanaman remaja, dewasa dan tanaman berbunga. Para penyilangprodusen tersebut biasanya memasarkan produknya dalam
bentuk bibit dalam botol, kompot maupun seedling. Di Kecamatan Gunung Sindur, petani anggrek memasarkan produknya dalam bentuk bunga-potong anggrek
Dendrobium.
Profil petani anggrek berdasarkan Direktorat Jenderal Hortikultura dan Tanaman Hias 2009 terdiri atas beberapa skala usaha yaitu skala usaha kecil, sedang
dan besar. Skala usaha budidaya anggrek di Indonesia berkisar antara 200 m
2
hingga 25 ha. Skala usaha 200-1.000 m
2
dimiliki oleh petani pemula maupun petani-petani kecil, dimana skala usaha ini termasuk skala kecil. Petani tersebut umumnya
memiliki keterbatasan modal. Sekitar 70 persen petani tersebut tersebar di berbagai sentra produksi anggrek, baik di Pulau Jawa maupun luar Jawa.
Usaha budidaya anggrek berskala sedang yaitu antara 1.000-5.000 m
2
banyak diusahakan oleh petani-petani di Pulau Jawa. Petani tersebut umumnya telah
berpengalaman dalam usaha anggrek minimal lima tahun dan telah menguasai teknologi dan pasar. Skala usaha ini tersebar di Jawa Barat, Jawa Timur, DKI,
Banten, DI Yogyakarta, Jawa Tengah dan beberapa daerah di luar Jawa seperti Bali dan Medan.
Usaha anggrek dengan luasan lebih dari 5.000 m
2
umumnya diusahakan oleh pengusaha besar. Pelaku usaha ini umumnya bermodal kuat, menguasai teknologi
cukup baik dan daerah pemasaran yang luas. Pengusaha besar yang melakukan ekspor antara lain PT Eka Karya Graha Flora dan PT Bintang Delapan Hortikultura.
Usaha budidaya anggrek dengan skala luas harus dilakukan dengan pengelolaan secara intensif terutama dalam bidang perbenihan.
2.2 Usahatani Anggrek dan Tanaman Hias Lain