5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Pertumbuhan ikan kuniran Upeneus sulphurensis di Teluk Jakarta berpola
allometrik positif. Faktor kondisi ikan kuniran yang terjadi pada bulan Oktober- Desember diduga sebagai awal munculnya ikan-ikan muda.
2. Pertumbuhan panjang Upeneus sulphureus di perairan Teluk Jakarta mengikuti model Von Bartallanfy L
t
= 139.76 1-e
-0.2571t+1.8435
untuk ikan betina dan L
t
= 133.36 1-e
-0.2462t+2.8104
untuk ikan jantan. Semakin tinggi nilai koefisien pertumbuhannya maka akan semakin pendek umur ikan tersebut.
3. Ikan kuniran yang ditangkap di perairan Teluk Jakarta memiliki rasio antara Betina dan Jantan sebesar 1 : 1,2. Tingkat kematangan gonad ikan kuniran jantan
dan betina terbanyak pada TKG I. Hal ini membuktikan ikan yang diamati selama penelitian merupakan ikan-ikan muda.
4. Laju mortalitas total Z sebesar 0,7915 per tahun untuk ikan betina dan 0,8655 per tahun untuk ikan jantan dengan laju mortalitas alami M sebesar 0,3879
untuk ikan betina dan 0,3820 untuk ikan jantan dan laju mortalitas tangkap F sebesar 0,4036 untuk ikan betina dan 0,4835 untuk ikan jantan sehingga diketahui
bahwa kematian Upeneus sulphureus di perairan Teluk Jakarta diakibatkan oleh aktivitas penangkapan dengan laju eksploitasi E sebesar 0,5099 untuk ikan
betina dan 0,5586 untuk ikan jantan. Hasil analisis menyatakan Upeneus sulphureus
di perairan Teluk Jakarta mengalami kondisi sedikit tangkap lebih overfishing yang ditandai dengan growth overfishing.
5. Tingginya tingkat eksploitasi ikan kuniran akan menurunkan stok populasi ikan di suatu perairan, sehingga dapat mengakibatkan ketidakpastian produksi yang
tinggi. Apabila upaya penangkapan dikurangi maka hasil produksi ikan kuniran akan semakin meningkat, ketidakpastian produksi akan menurun.
6. Penurunan potensi sumberdaya ikan di perairan Teluk Jakarta dapat dilakukan dengan cara penutupan daerah penangkapan pada periode waktu tertentu,
pengaturan upaya penangkapan, dan pengendalian alat tangkap.
5.2. Saran