Tabel 10. Perbandingan pola pertumbuhan ikan kuniran genus: Upeneus
Spesies Daerah Penangkapan
Pola Pertumbuhan Upeneus sulphureus
Teluk Jakarta Allometrik Positif
penelitian ini Upeneus sulphureus
Pantai utara Jawa Timur Allometrik Negatif
Syamsiyah 2010 Upeneus sulphureus
Perairan Semarang Isometrik
Martasuganda et al. 1991 in
Susilawati 2000 Upeneus sulphureus
Laut Jawa Isometrik
Marzuki et al. 1987 in Susilawati 2000
Pola pertumbuhan ikan kuniran yang diperoleh dari hasil analisis penelitian ini berbeda dengan pola pertumbuhan ikan kuniran di perairan Semarang, dan
perairan Laut Jawa yaitu bersifat isometrik. Sedangkan pola pertumbuhan ikan kuniran di perairan pantai utara Jawa Timur bersifat allometrik negatif. Perbedaan
pola pertumbuhan tersebut, disebabkan perbedaan spesies, waktu, tempat, dan kondisi lingkungan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nikolski 1963 in Susilawati
2000 bahwa pola pertumbuhan organisme perairan bervariasi tergantung pada kondisi lingkungan dimana organisme tersebut berada serta ketersediaan makanan
yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang kelangsungan hidup dan pertumbuhannya. Perbedaan pola pertumbuhan juga mungkin disebabkan oleh
musim, jenis kelamin, temperatur, waktu penangkapan, ketersediaan makanan dan jumlah populasi ikan yang dijadikan objek penelitian.
4.2.4. Faktor kondisi
Selama pengamatan berlangsung diperoleh nilai faktor kondisi ikan kuniran Upeneus sulphureus betina dan jantan di Teluk Jakarta masing-masing berkisar
antara 0,6793 – 1,1544 dan 0,8178 -1,1777. Faktor kondisi ikan kuniran total berkisar antara 0,6641 – 1,2456. Nilai faktor kondisi ikan kuniran di Teluk Jakarta
disajikan pada Tabel 11. Faktor kondisi yang diperoleh dari pengamatan selama penangkapan disajikan pada Gambar 15 dan Gambar 16.
Gambar 15. Faktor kondisi ikan kuniran Upeneus sulphureus betina di Teluk Jakarta
Gambar 16. Faktor kondisi ikan kuniran Upeneus sulphureus jantan di Teluk Jakarta
Tabel 11. Faktor kondisi ikan kuniran Upeneus sulphureus untuk setiap pengambilan contoh di Teluk Jakarta
Pengambilan contoh
Waktu betina jantan total
n Faktor Kondisi
n Faktor Kondisi
n Faktor Kondisi
1
23 Oktober 2010
87 0,7286-0,9162 2
06 Nopember 2010
25 0,8559-1,1301 55 0,8178-1,0237 80 0,7354-0,9688 3
20 Nopember 2010
62 0,9291-1,1085 71 0,8185-1,1777 133 0,7610-1,0998 4
4 Desember 2010
63 0,6793-1,0827 47 0,8197-1,1325 110 0,6641-1,0297 5
18 Desember 2010
56 0,9103-1,1544 74 0,8942-1,0259 130 1,0548-1,2456
Faktor kondisi tertinggi ikan betina terdapat pada pengambilan contoh kelima 18 Desember 2010 sebesar 0,9103-1,1544 dan faktor kondisi tertinggi ikan
jantan terdapat pada pengambilan contoh ketiga 20 Nopember 2010 sebesar 0,8185-1,1777. Faktor kondisi rata-rata jantan lebih kecil daripada betina, sehingga
dapat diduga ikan betina agak gemuk daripada ikan jantan. Effendie 1979 menyatakan faktor yang mempengaruhi fluktuasi faktor kondisi adalah perbedaan
umur, TKG, kondisi lingkungan, dan ketersediaan makanan.
4.2.5. Nisbah Kelamin
Komposisi ikan kuniran betina dan jantan berdasarkan 453 ekor ikan contoh adalah 206 ekor ikan betina dan 247 ekor ikan jantan. Hasil analisis nisbah kelamin
ikan kuniran tiap pengambilan contoh terdapat pada Tabel 12. Tabel 12. Nisbah kelamin ikan kuniran Upeneus sulphureus untuk setiap
pengambilan contoh di Teluk Jakarta
Pengambilan contoh
Waktu Proporsi Selang
Kepercayaan 95
Betina Jantan Betina
Jantan 2
6 Nopember 2010 0,3125
0,6875 0,1308p0,4942
0,5650p0,8100 3
20 Nopember 2010 0,4701 0,5299
0,3469p0,5934 0,4138p0,6459
4 4 Desember
2010 0,5727
0,4273 0,4506p0,6949 0,2858p0,5687
5 18
Desember 2010 0,4394 0,5606 0,3117p0,5671 0,4475p0,6737
Komposisi jumlah ikan jantan dan ikan betina menunjukkan rasio kelamin yang tidak seimbang yaitu 1 :1,2. Hal ini menyatakan bahwa populasi ikan jantan
sedikit lebih banyak dari pada ikan betina, karena pola adaptasi pertumbuhan ikan jantan lebih kuat dibandingkan ikan betina.
4.2.6. Mortalitas dan laju eksploitasi