Nisbah kelamin merupakan perbandingan jumlah ikan jantan dengan ikan betina dalam suatu populasi. Untuk beberapa spesies ikan, perbedaan jenis kelamin
dapat ditentukan melalui perbedaan morfologi tubuh atau perbedaan warna tubuh. Kondisi nisbah kelamin yang ideal yaitu ratio 1:1 Bal dan Rao 1984 in Rizal 2009.
Nisbah kelamin penting diketahui karena berpengaruh terhadap kestabilan populasi ikan. Perbandingan 1:1 ini sering menyimpang, antara lain disebabkan oleh
perbedaan pola tingkah laku ikan jantan dan betina, perbedaan laju mortalitas dan laju pertumbuhannya Nasabah 1996 in Ismail 2006.
Menurut Effendie 2002, perbandingan rasio di alam tidaklah mutlak. Hal ini dipengaruhi oleh pola distribusi yang disebabkan oleh ketersediaan makanan,
kepadatan populasi, dan keseimbangan rantai makanan. Keseimbangan nisbah kelamin dapat berubah menjelang pemijahan. Ikan yang melakukan ruaya
pemijahan, populasi ikan didominasi oleh ikan jantan, kemudian menjelang pemijahan populasi ikan jantan dan betina dalam kondisi yang seimbang, lalu
didominasi oleh ikan betina.
2.9. Kondisi Lingkungan Perairan
Dibutuhkan informasi lingkungan perairan yang berperan penting dalam menjelaskan hubungan antara spesies target dengan lingkungannya. Parameter yang
perlu diketahui merupakan parameter yang secara langsung berpengaruh terhadap potensi perikanan tersebut.
Suhu memberikan pengaruh yang besar terhadap proses fisika, kimia, dan biologi perairan yang mampu mengendalikan kondisi ekosistem. Organisme akuatik
memiliki kisaran suhu tertentu yang disukai untuk menunjang pertumbuhannya. Peningkatan suhu akan meningkatkan kecepatan metabolisme dan respirasi
organisme akuatik yang kemudian meningkatkan konsumsi oksigen. Peningkatan suhu 10
o
C menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi oksigen oleh organisme akuatik sekitar 3-4 kali lipat. Namun, peningkatan suhu ini disertai dengan
penurunan kadar oksigen terlarut Effendie 2002. Kelarutan oksigen dan gas-gas berkurang dengan meningkatnya salinitas sehingga kadar oksigen di laut cenderung
lebih rendah daripada kadar oksigen di perairan tawar Effendie 2002.
2.10. Analisis Ketidakpastian
Perikanan merupakan sistem yang kompleks dan saling terkait. Undang- undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang perikanan didefinisikan sebagai semua
kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan
pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan. Sumber ketidakpastian dalam perikanan yang dijelaskan oleh FAO 2002 in Widodo dan
Suadi 2006 muncul karena adanya keterbatasan, ketidaktersediaan, dan rendahnya kualitas data yang tersedia seperti data hasil tangkapan, upaya, ekonomi, dan
komunitas. Kondisi ini diperlemah oleh keterbatasan ilmu pengetahuan tentang sumberdaya ikan sehingga mendorong upaya pengelolaan sumberdaya ikan ke arah
yang tidak berkelanjutan unsustainable Widodo dan Suadi 2006. Sumber ketidakpastian cakupannya sangat luas, baik dari sisi alamiah maupun sisi manusia
atau manajemennya Tabel 1. Tabel 1. Sumber-sumber ketidakpastian dalam sistem perikanan
Sumber yang bersifat alami Sumber yang bersifat dari manusia
Ukuran stok dan struktur umur ikan Harga ikan dan struktur pasar
Mortalitas alami Biaya operasional dan biaya korbanan
Predator-prey Perubahan tekhnologi
Heterogenitas ruang Sasaran pengelolaan
Migrasi Sasaran nelayan
Parameter stock-assessment Respon nelayan terhadap peraturan
Hubungan stock-recuitment Perbedaan persepsi terhadap stok ikan
Interaksi multispesies Perilaku konsumen
Interksi ikan dengan lingkungan Sumber : Charles 2001
Permasalahan dan resiko yang terjadi dalam suatu sistem perikanan akibat dari ketidakpastian mempengaruhi keberlanjutan perikanan di masa yang akan
datang. Apabila tidak diatasi, maka dapat mengancam sistem perikanan tersebut Charles 2001. Oleh karena itu dilakukan pengelolaan yang tepat agar perikanan
dapat tetap terjaga dan termanfaatkan secara optimum.