2.1.2. Karakter biologi dan distribusi
Kuniran Upeneus sulphureus merupakan salah satu ikan demersal dengan bentuk badan yang memanjang hingga mencapai panjang maksimum 23 cm,
memilliki dua garis kuning, dan agak pipih. Pada sirip dorsal terdapat 8 jari-jari keras dan 9 jari-jari lemah, sirip anal terdapat 1 jari-jari keras dan 7 jari-jari lemah,
sirip pektoral terdapat 15-16 jari-jari lemah. Tubuh tertutup oleh sisik stenoid dengan jumlah sisik pada lateral line sebanyak 34-37 buah sisik hingga pangkal
ekor. Tinggi badan pada sirip pertama hingga sirip terakhir bagian dorsal kurang lebih 29-30 dari panjang standarnya SL, tinggi pada bagian ekor hingga
peduncle sekitar 11-12 dari panjang standarnya, dan tinggi maksimum kepala
adalah 23-35 dari panjang standarnya. Ikan ini banyak ditemukan di kedalaman 10-90 meter yang dekat dengan perairan pantai. Hidupnya bergerombol dan tersebar
pada iklim tropis yang berada antara 40 LU-30
LS Cuvier 1829 in www.fishbase.org 2009.
lkan kuniran Upeneus sulphureus termasuk dalam kelompok ikan demersal yang mempunyai nilai ekonomis penting dan tersebar di seluruh wilayah perairan
Indonesia. Berdasarkan kedalaman, laju tangkap tertinggi ikan kuniran terdapat pada kedalaman perairan 30-40 meter. Secara ekologis mullidae menghuni habitat di
dasar atau di dekat dasar perairan. Seperti diketahui, kelompok ikan demersal mempunyai ciri-ciri: bergerombol tidak terlalu besar, aktifitas relatif rendah dan
gerak ruaya juga tidak terlalu jauh. Sehingga dari ciri-ciri yang dimiliki tersebut, kelompok ikan demersal cenderung relatif rendah daya tahannya terhadap tekanan
penangkapan Badrudin 2006 in Ernawati dan Sumiono 2006.
2.2. Alat Tangkap Ikan Kuniran
Ikan kuniran dapat ditangkap menggunakan alat tangkap demersal seperti jaring arad, cantrang, jaring dogol, lampara dasar, jaring jogol, jaring insang, dan
pukat pantai. Berdasarkan data yang diperoleh dari TPI Cilincing ikan kuniran ditangkap dengan menggunakan alat tangkap jaring dogol.
Alat penangkap ikan berdasarkan Undang-Undang No.9 Tahun 1985 adalah sarana dan perlengkapan atau benda lainnya yang dipergunakan untuk menangkap
ikan. Alat tangkap jaring dogol merupakan pukat kantong yang digunakan untuk
menangkap ikan dasar demersal fish. Terdapat sedikit perbedaan antara jaring dogol dengan cantrang, yaitu pada bagian atas mulut jaring dogol agak lebih
menonjol ke depan sehingga hampir menyerupai jaring trawl. Pada prinsipnya, alat tangkap ini terdiri dari bagian badan berbentuk seperti trapesium memanjang.
Selanjutnya pada bagian-bagian tersebut ditautkan tali penguat dan dihubungkan dengan tali ris atas head rope dan tali ris bawah foot rope serta dilengkapi
dengan pelampung dan pembobot Subani dan Barus 1989 in Sari 2008.
Gambar 3. Cara pengoperasian jaring dogol Sumber : www.beritanyata.blogspot.com
Spesifikasi alat tangkap dogol adalah tali selambar sepanjang 8 m, jenis tali marlon dan jaring ukuran panjang 16 m, lebar 10 m. Memiliki ukuran mata jaring
bagian kantong 1 inchi – 3 inchi dan ukuran mata jaring bagian selambar 8 inchi. Jenis kapal yang dipakai untuk operasional alat tangkap ini adalah kapal motor
dengan ukuran 5-6 GT.
2.3. Sebaran Frekuensi Panjang
Metode pendugaan stok menggunakan masukan data komposisi umur. Data komposisi umur pada perairan beriklim sedang biasanya diperoleh melalui
perhitungan terhadap lingkaran-lingkaran tahunan pada bagian keras ikan di tubuhnya, yaitu sisik dan otolith. Lingkaran-lingkaran ini terbentuk karena adanya
fluktuasi yang kuat dalam berbagai kondisi dari musim panas ke musim dingin dan sebaliknya Sparre dan Venema 1999.
Metode numerik mulai dikembangkan dan memungkinkan dilakukannya konveksi atas data frekuensi panjang dalam komposisi umur sehingga pendugaan
stok spesies tropis adalah analisis frekuensi panjang total ikan. Tujuan analisis data berdasarkan sidik frekuensi panjang untuk menentukan umur terhadap kelompok-
kelompok panjang tertentu. Analisis tersebut bermanfaat dalam pemisahan suatu distribusi frekuensi panjang yang kompleks ke dalam sejumlah kelompok ukuran
Sparre dan Venema 1999. Fungsi analisis frekuensi panjang adalah untuk menentukan umur dan
membandingkan pada metode lain yang menggunakan struktur lebih rumit Pauly 1984. Penentuan umur harus menggunakan contoh yang banyak dengan selang
waktu yang lebar, diperoleh dari hasil tangkapan awal sehingga dapat diketahui kelompok umur pertama.
2.4. Pertumbuhan