Faktor Kondisi Mortalitas dan Laju Eksploitasi

2.5. Hubungan Panjang Bobot

Dalam perhitungan untuk menduga suatu pertumbuhan terdapat dua model yang dapat digunakan yaitu model yang berhubungan dengan bobot dan model yang berhubungan dengan panjang Effendie 1979. Model-model tersebut menggunakan persamaan matematik untuk menggambarkan suatu pertumbuhan Analisis pola pertumbuhan menggunakan data panjang bobot. Persamaan hubungan panjang bobot ikan dimanfaatkan untuk berat ikan melalui panjangnya dan menjelaskan sifat pertumbuhannya. Bobot dapat dianggap suatu fungsi dari panjang. Hubungan panjang bobot ikan sebagai pangkat tiga dari panjangnya. Dengan kata lain hubungan ini dapat dimanfaatkan untuk menduga bobot melalui panjang Effendie 1979. Effendie 2002 menjelaskan bahwa jika nilai panjang dan bobot dipltkan dalam suatu gambar maka akan didapatkan persamaan W = aL b . Hasil analisis hubungan panjang bobot akan menghasilkan suatu nilai konstanta b yaitu harga pangkat yang menunjukkan pola pertumbuhan ikan. Ikan yang memiliki pola pertumbuhan isometrik b=3, pertambahan panjangnya seimbang dengan pertumbuhan bobot. Sebaliknya pada ikan dengan pola pertumbuhan allometrik b ≠3, pertambahan panjang tidak seimbang dengan pertambahan bobot. Pertumbuhan allometrik positif b3 menyatakan pertambahan bobot lebih cepat dibandingkan pertambahan panjang. Sedangkan pertumbuhan allometrik negatif b3 menyatakan pertambahan panjang lebih cepat dibandingkan pertambahan bobot.

2.6. Faktor Kondisi

Turunan penting dari pertumbuhan adalah faktor kondisi. Faktor kondisi adalah keadaan yang menyatakan kemontokan ikan dalam angka Lagler 1961 in Effendie 1979. Faktor kondisi menunjukkan keadaan ikan dari segi kapasitas fisik untuk bertahan hidup dan melakukan reproduksi. Kondisi disini mempunyai arti dapat memberi keterangan baik secara biologis atau secara komersial. Perhitungan faktor kondisi didasarkan pada panjang dan bobot ikan Effendie 2002. Effendie 1979 menyatakan bahwa nilai faktor kondisi suatu jenis ikan dipengaruhi oleh umur, makanan, jenis kelamin, dan tingkat kematangan gonad TKG. Tercapainya kematangan gonad untuk pertama kali akan menyebabkan terjadinya penurunan kecepatan pertumbuhan karena sebagian dari makanan digunakan untuk perkembangan gonad.

2.7. Mortalitas dan Laju Eksploitasi

Mortalitas suatu kelompok ikan merupakan salah satu aspek dalam dinamika stok ikan. Suatu stok yang mengalami eksploitasi perlu dibedakan antara mortalitas alami dengan mortalitas penangkapan. Mortalitas dapat terjadi karena adanya aktivitas penangkapan yang dilakukan manusia dan alami yang terjadi kematian karena predasi, penyakit, dan umur Sparre dan Venema 1999. Laju mortalitas total merupakan jumlah dari mortalitas penangkapan F dengan mortalitas alami M. Secara matematis dapat dituliskan menjadi Z=F + M Spare dan Venema 1999. Keterkaitan nilai laju mortalitas alami dan nilai parameter pertumbuhan Von Bartalanffy yaitu K dan L ∞ . Hal ini menyatakan bahwa ikan yang pertumbuhannya cepat yang dinyatakan dengan nilai koefisien yang tinggi mempunyai nilai M tinggi dan sebaliknya. Nilai M berkaitan dengan nilai L ∞ karena pemangsa ikan besar lebih sedikit dari ikan kecil, sedangkan ,mortalitas penangkapan adalah mortalitas yang terjadi akibat adanya aktivitas penangkapan Spare dan Venema 1999. Laju eksploitasi didefinisikan sebagai jumlah ikan yang mati karena penangkapan dibagi dengan jumlah total ikan yang mati baik karena factor alami ataupun penangkapan Spare dan Venema 1999. Gulland 1971 in Pauly 1984 menduga bahwa suatu stok yang dieksploitasi secara optimal maka laju mortalitas penagkapannya F akan setara dengan laju mortalitas alaminya M atau dapat dinyatakan bahwa laju eksploitasi E sama dengan 0,5. Laju eksploitasi penting untuk diketahui sehingga dapat menduga kondisi dari perikanannya.

2.8. Nisbah Kelamin