V. GAMBARAN UMUM PERKEMBANGAN INDUSTRI PAKAN TERNAK DI PROPINSI LAMPUNG DAN JAWA BARAT
5.1. Karakteristik Penggunaan Bahan Baku Pakan
Salah satu keunggulan komparatif yang dimiliki Indonesia adalah kemampuan menghasilkan sendiri bahan baku pakan. Hampir seluruh bahan baku
pakan dapat dihasilkan di Indonesia. Selama ini pemanfaatan bahan baku tergantung pada impor, sehingga fungsinya sebagai industri biologis dalam
meningkatkan nilai tambah hasil pertanian dalam negeri sangat rendah. Pemanfaatan jagung untuk pakan dibagi dalam dua kelompok, yaitu untuk
ruminansia dan bukan ruminansia. Umumnya ternak ruminansia memanfaatkan limbah jagung berupa jerami jagung atau tanaman jagung muda umur 60 hari
sebagai hijauan. Jagung biji hampir seluruhnya dimanfaatkan untuk pakan ternak bukan ruminansia ayam, babi dan itik dan sedikit untuk pakan sapi perah. Dalam
ransum, jagung dimanfaatkan sebagai sumber energi yang diukur dengan istilah energi metabolis. Walaupun jagung juga mengandung protein hampir 9 persen,
pertimbangan pemakaian jagung pada ransum adalah untuk sumber energi. Apabila energi dalam jagung kurang mencukupi, misalnya untuk pakan broiler, ke
dalam ransum sering ditambahkan minyak agar energi ransum sesuai dengan kebutuhan ternak. Kontribusi energi jagung adalah dari patinya yang mudah
dicerna. Jagung mengandung lemak 3.5 persen terutama pada lembaga biji. Lemak
jagung mengandung asam lemak linoleat yang tinggi sehingga dapat memenuhi kebutuhan ayam terutama petelur. Jagung mengandung kalsium dan fosfor relatif
rendah dan sebagian besar fosfor terikat dalam bentuk fitat yang tidak tersedia 93
bagi ternak berperut tunggal. Jagung mengandung lisin dan metionin lebih rendah dibanding gandum atau dedak padi Tabel 8 yang disebabkan oleh kandungan
protein yang relatif rendah. Tabel 8. Perbandingan Nilai Gizi Jagung dengan Biji-bijian Lain dan Dedak Padi
Nilai gizi Jagung
Sorgum Gandum
Gaplek hard
Beras Dedak padi
Kadar air 12
13 13
13 11
9 Protein
8.5 8.8
14.1 2.50
8.7 12.9
Lemak 3.8
2.9 2.5
0.50 0.7
13.0 Serat kasar
2.2 2.3
3.0 4.0
9.8 11.4
Kalsium 0.02
0.04 0.05
0.12 0.08
0.07 Fosfor
0.28 -
0.37 0.10
0.08 1.50
Fosfor tersedia 0.08
- 0.13
0.03 0.03
0.22 Energi metabolis ayam
kkalkg 3 350
3 288 3 120
2 900 2 990
2 980 Asam amino
Lisin Metionin
0.26 0.18
0.21 0.16
0.37 0.21
0.08 0.04
0.43 0.22
0.59 0.26
Metionin+sistin Triptofan
Treonin 0.36
0.06 0.29
0.33 0.02
0.29 0.51
0.16 0.39
0.07 0.02
0.08 0.43
0.10 0.36
0.53 0.12
0.48 Asam linoleat
2.20 1.13
0.59 -
- 3.57
Xantofil ppm 17
- -
- -
- Sumber : NRC 1994
Salah satu kelebihan jagung untuk pakan unggas terutama ayam petelur adalah kandungan xantofil yang berguna untuk menjadikan warna kuning telur
lebih cerah. Bahan ini tidak dijumpai pada biji-bijian lain, dedak, atau ubi kayu. Oleh karena itu, apabila jagung tidak digunakan dalam ransum ayam petelur tetapi
diinginkan warna kuning telur yang lebih cerah, perlu ditambahkan sumber xantofil
lain seperti tepung daun lamtoro, corn gluten meal atau bahan xantofil murni.
Pemakaian jagung dalam ransum ditentukan oleh berbagai faktor, antara lain jenis ransum, kandungan gizi yang dikehendaki, alternatif bahan baku lain
yang tersedia, dan harga. Namun demikian, jagung di Indonesia merupakan bahan baku utama ransum ayam, puyuh, itik, dan kadang-kadang babi. Pemakaian