Diferensiasi produk membutuhkan kapital yang lebih besar dan teridentifikasi dari dampak signifikan besarnya investasi awal terhadap variasi
output yang dihasilkan. Untuk meningkatkan volume penjualan maka suatu perusahaan akan mencari peluang pasar baru dengan memproduksi produk yang
bervariasi atau terdiferensiasi. Variasi produk perusahaan pakan biasanya berupa konsentrat dimana kandungan protein konsentrat lebih tinggi dari ransum biasa,
berkisar 30-45 persen. Bahan baku yang biasa dipakai untuk konsentrat adalah bungkil kedele, bungkil kacang tanah atau dedak padi. Namun ternyata efisiensi
teknis semakin kecil dengan meningkatnya diferensiasi produk. Hal ini mengingat bahwa bahan baku yang digunakan pada produk konsentrat tidak sebanyak dan
tidak kompleks seperti bahan baku pembuatan ransum. Pada kawasan Lampung, produk pakan lebih terdiferensiasi dibanding kawasan Jawa Barat.
Sementara bila dilihat dari nilai elastisitas, dalam jangka pendek diferensiasi produk sangat respon terhadap perubahan harga bungkil kedele,
efisiensi teknis perusahaan dan jumlah pesaing.
6.2. Perilaku Industri Pakan Ternak
Perubahan dalam struktur industri pakan ternak selanjutnya akan mempengaruhi perilaku perusahaan terutama berkaitan dengan penggunaan bahan
baku dan alokasi biaya produksi. Semakin tinggi tingkat persaingan, semakin kompetitif perilaku. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku perusahaan pakan
ternak dalam produksi terlihat pada Tabel 11. Produksi pakan perusahaan lebih dipengaruhi oleh kapasitas dan efisiensi
teknis dibanding dengan perubahan harga output dan input. Produksi pakan akan
Tabel 11. Hasil Estimasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Perusahaan Pakan Ternak Ayam
No Variabel
Lambang Koefisien
Pr |t| Elastisitas
Produksi pakan perusahaan PRODF
1 Konstanta Intercept
1145.772 0.9210 -
2 Rasio Harga Pakan-B.kedele RHPJG -0.00034
0.7046 0.0001
3 Rasio Harga Pakan-Jagung RHPBK 6.362304
0.6980 0.0716
4 Kapasitas Produksi Perusahaan
KPRDF 0.541176 0.0001
0.9131 5 Efisiensi
Teknis Perusahaan
EFITF 2.283659 0.0001
1.6833 6 Struktur
Tenaga Kerja LABS
35.44822 0.3130
0.2379 7
Dummy Skala Perusahaan
DSCL 6.931893
0.5163 -
8 Diferensiasi Produk
DIPR 4.720900 0.0069
0.1379 9 Produksi
Pesaing PROPS 7.289E-6
0.9995 0.0001
10 Jumlah Pesaing
JPES -1.25626
0.8800 -0.2241 11
Dummy Daerah
DDAE -47.1938
0.7401 -
12 Tahun YEAR
-0.64330 0.9103
- R
2
0.93965 F hit 46.71
Pangsa Penggunaan Bungkil Kedele SPBK
1 Konstanta Intercept
12800.42 0.0003 -
2 Harga Pakan
HPKN 0.002235 0.3992 0.2628
3 Harga Bungkil
Kedele HBKD
-0.01273 0.0001 -1.6750
4 Harga Jagung
HJGG 0.004723 0.0429
0.3221 5
Pangsa Bahan Baku Lain SRWL
-0.12654 0.0335
-0.3679 6 Diferensiasi
Produk DIPR
1.227155 0.0009 0.2017
7 Produksi Perusahaan
PRODF 0.004666 0.7814 0.0263
8 Dummy
Skala Perusahaan DSCL
-1.24103 0.6265
- 9 Produksi
Pesaing PROPS 0.000722
0.7927 0.0579
10 Jumlah Pesaing
JPES -8.31962 0.0008
-8.3528 11
Dummy Daerah
DDAE -136.539 0.0008
- 12 Tahun
YEAR -6.29505 0.0003
- R
2
0.67583 F hit 6.25
Pangsa Penggunaan Jagung SPJG
1 Konstanta
Intercept -12700.4
0.0003 -
2 Harga Pakan
HPKN -0.00224
0.3992 -0.0956
3 Harga Jagung
HJGG -0.00472 0.0429
-0.1168 4
Harga Bungkil Kedele HBKD
0.012725 0.0001
0.6074 5
Pangsa Bahan Baku Lain SRWL
-0.87346 0.0001 -0.9213
6 Diferensiasi Produk
DIPR -1.22716 0.0009
-0.0732 7
Produksi Perusahaan PRODF
-0.00467 0.7814
-0.0095 8
Dummy Skala Perusahaan
DSCL 1.241032
0.6265 -
9 Produksi Pesaing
PROPS -0.00072
0.7927 -0.0209
10 Jumlah Pesaing
JPES 8.319624 0.0008
3.0303 11
Dummy Daerah
DDAE 136.5387 0.0008
-
12 Tahun
YEAR 6.295048 0.0003
- R
2
0.92684 F hit 38.01
Keterangan: Angka dicetak “TEBAL” menunjukkan signifikan pada tingkat kepercayaan 85 P
≤ 0.15
Tabel 11. Lanjutan
No Variabel
Lambang Koefisien
Pr |t| Elastisitas
Pangsa Biaya Bahan Baku Jagung SCJG
1 Konstanta Intercept
-9398.56 0.0001 -
2 Volume Penggunaan Jagung
VJGG 0.599809 0.0001 0.5962
3 Harga Jagung
HJGG 0.004734 0.0822 0.1328
4 Pangsa Penggunaan Jagung Lokal
SJGL 0.064261 0.0716 0.1518
5 Pangsa Biaya Lainnya SCOT
-0.51003 0.0001 -0.5713
6 Volume Penggunaan Bungkil Kedele
VBKD -1.08634 0.0001 -0.3954
7 Jumlah perusahaan pakan
JIPK 6.063830 0.0001 2.6699
8 Produksi Perusahaan
PRODF -0.08399 0.0423 -0.1944
9 Diferensiasi Produk
DIPR -1.66229 0.0005 -0.1124
10 Dummy
Skala Perusahaan DSCL
2.857070 0.1995
-
11 Dummy
Daerah DDAE
104.0350 0.0001 -
12 Tahun YEAR
4.655455 0.0001 -
R
2
0.96492
F hit 82.53 Pangsa Biaya Bahan Baku Bungkil Kedele SCBK
1 Konstanta Intercept
10825.00 0.0001 -
2 Volume Penggunaan Bungkil Kedele
VBKD 1.102486 0.0001 0.7343
3 Harga Bungkil Kedele
HBKD -0.00075
0.7508 -0.0743
4 Pangsa Penggunaan B. Kedele Lokal
SBKL -0.00783
0.6446 -0.0182
5 Pangsa Biaya Lainnya
SCOT -0.27936 0.0005 -0.5726
6 Volume Penggunaan Jagung
VJGG -0.50024 0.0001 -0.9100
7 Jumlah perusahaan pakan
JIPK -6.05026 0.0034 -4.8749
8 Produksi Perusahaan
PRODF 0.072657 0.0520 0.3077
9 Diferensiasi Produk
DIPR 0.602855
0.1573 0.0745
10 Dummy
Skala Perusahaan DSCL
-3.60573 0.0853 -
11 Dummy
Daerah DDAE
-97.5390 0.0041 -
12 Tahun YEAR
-5.32943 0.0001 -
R
2
0.86135 F hit 18.64
Pangsa Biaya Tenaga Kerja SCLB
1 Konstanta Intercept
985.7463 0.3275 -
2 Upah Rata-Rata
WAGR 0.050531 0.1742 0.2557
3 Struktur Tenaga
Kerja LABS
-4.58600 0.1411 -0.9545
4 Pangsa Biaya Jagung
SCJG 0.043858 0.0517 0.5877
5 Pangsa Biaya Bungkil Kedele
SCBK -0.05948
0.2521 -0.4355
6 Biaya per unit
COSU -0.00069
0.3183 -0.3648
7 Produksi Perusahaan
PRODF -0.01746 0.0268 -0.5414
8 Jumlah perusahaan pakan
JIPK -0.83906
0.1883 -4.9504
9 Diferensiasi produk
DIPR 0.612026 0.0022 0.5543
10 Dummy
Skala Perusahaan DSCL
-0.56806 0.6037
-
11 Dummy
Daerah DDAE
-17.7003 0.0927 -
12 Tahun YEAR
-0.48020 0.3343 -
R
2
0.51956 F hit 3.24
Keterangan: Angka dicetak “TEBAL” menunjukkan signifikan pada tingkat kepercayaan 85 P
≤ 0.15
meningkat signifikan pada perusahaan dengan kapasitas produksi lebih besar dan meningkatnya efisiensi teknis. Ini artinya perusahaan lebih respon meningkatkan
produksi apabila terjadinya peningkatan permintaan pakan dibandingkan dengan turunnya harga-harga input. Hal ini dikarenakan produk pakan bukan termasuk
produk tahan lama sehingga produk pakan tersebut harus sesegera mungkin terpakaiterjual. Produksi juga akan mengalami peningkatan signifikan pada
perusahaan yang memiliki variasi produk produk terdiferensiasi lebih banyak. Produksi pakan perusahaan dalam jangka pendek sangat respon terhadap
perubahan efisiensi teknis perusahaan dan kurang respon terhadap peubah penjelas lainnya, diantaranya harga output dan input serta perubahan faktor
eksternal seperti produksi pesaing. Kuat dugaan bahwa pabrik pakan berperilaku demikian hanya bertujuan meningkatkan pangsa pasar dengan menjual produk
sebanyak-banyaknya, bukan bertujuan memaksimisasi tingkat keuntungan. Pada perusahaan pakan ternak, bahan baku utama dengan fungsi berbeda
adalah bungkil kedele dan jagung. Bungkil kedele merupakan bahan baku sumber protein sedangkan jagung merupakan sumber energi sehingga perubahan dalam
penggunaan tidak hanya mempengaruhi biaya produksi tetapi juga kualitas pakan yang dihasilkan.
Pangsa penggunaan bungkil kedele akan menurun signifikan akibat kenaikan harga bungkil kedele dan sebaliknya akan mengalami penurunan
signifikan akibat penurunan harga jagung dan peningkatan penggunaan bahan baku penyusun pakan lainnya. Hal ini mengindikasikan adanya hubungan
substitusi dalam penggunaan input bahan baku penyusun pakan ternak dan ini dilakukan perusahaan untuk menjaga kualitas pakan terutama menyangkut
kandungan zat-zat makanan dalam ransum. Pada perusahaan pakan ternak dengan produk terdiferensiasi atau beragam, pangsa penggunaan bungkil kedele lebih
tinggi terutama untuk perusahaan yang juga menghasilkan pakan konsentrat sebagai pakan sumber protein.
Dari hasil estimasi di atas kiranya sesuai dengan kenyataan yang ada bahwa bungkil kedele dapat bersubstitusi dengan jagung. Bila komposisinya
dalam pakan bersamaan dengan jagung, maka penggunaan bungkil kedele berkisar 10-15 persen. Namun bila harga jagung mahal dan langka di pasaran,
kedelai dapat dicampur dengan gaplek atau ubi kayu dengan komposisi 22-28 persen kedelai dan 75-78 persen gaplek atau ubi kayu. Campuran ini perlu diolah
lebih lanjut, terutama kedelai, agar tidak beracun bagi unggas, karena biji kedelai mengandung racun yang dapat menekan produktivitas unggas.
Peningkatan persaingan akan mendorong perusahaan untuk menekan biaya produksi dan salah satu cara adalah mengurangi penggunaan input bahan baku
yang harganya relatif mahal dan susah didapat. Hal ini diduga menjadi penyebab peningkatan jumlah pesaing dalam industri akan menurunkan pangsa penggunaan
bungkil kedele dalam pakan. Seperti diketahui, di dalam negeri produksi kedelai sangat sedikit, sehingga untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, kita
mengimpor kedelai dalam jumlah besar, lebih dari dua juta ton per tahun. Penggunaan bungkil kedele signifikan lebih tinggi pada perusahaan yang berada
pada kawasan Jawa Barat dibanding Lampung dan ini akan mengindikasikan perbedaan dalam kualitas pakan yang dapat dilihat pada harga pakan masing-
masing perusahaan. Untuk wilayah Jawa Barat memang lebih mudah bagi perusahaan dengan mengimpor bungkil kedele dan biaya yang dikeluarkan juga