jika daya beli dan kesejahteraan masyarakat serta kesadaran akan pentingnya protein hewani di tingkat masyarakat meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa
faktor konsumen produk hasil ternak menjadi faktor penting dalam pengembangan industri pakan ternak karena permintaan pakan yang tinggi akan
mendorong masuknya pelaku baru dalam industri pakan ternak. Namun yang perlu diperhatikan bahwa peningkatan permintaan ini akan
semakin meningkatkan market power, sehingga disamping perlunya upaya mendorong konsumsi produk pangan hewani ini, pemerintah juga harus
menciptakan iklim usaha bersaing yang sehat dan kondusif. Program kemitraan antara perusahaan dengan peternak merupakan salah satu upaya yang harus terus
dikembangkan selain mengembangkan usaha peternakan yang terintegrasi business integration
.
7.3. Simulasi Dampak Perubahan Harga Input Terhadap Industri Pakan
Ternak
Perubahan dalam struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak juga dapat terjadi jika terjadi perubahan dalam pasar input seperti kenaikan harga
bahan baku dan upah tenaga kerja. Peningkatan harga input terutama bahan baku utama penyusun pakan seperti bungkil kedele sebagai sumber protein dan jagung
sebagai sumber energi.
7.3.1. Dampak Peningkatan Harga Bungkil Kedele
Peningkatan harga bungkil kedele akan mendorong perubahan dalam struktur produksi perusahaan terutama komposisi bahan baku penyusun pakan
ternak Gambar 18. Peningkatan harga bungkil kedele akan mendorong
terjadinya penurunan penggunaan bungkil kedele SPBK dan sebaliknya akan mendorong peningkatan penggunaan bahan baku jagung SPJG. Perubahan
dalam struktur produksi ini merupakan strategi perusahaan untuk menghemat biaya produksi agar tidak mengalami kerugian dan ini terlihat dengan menurunnya
pangsa biaya bahan baku dan sebaliknya pangsa biaya tenaga kerja dan lainnya meningkat. Peningkatan share biaya ini merupakan implikasi dari tidak
berkurangnya biaya tenaga kerja non-produksi dan biaya lainnya seperti biaya iklan dan promosi.
14.60
-12.65 -0.30
9.68 -0.39
-2.03 -2.40 -3.30
4.85 11.05
0.92 35.43
4.24 0.00 -0.23 0.51
-0.13 -1.14
-20 -10
10 20
30 40
JI P
K EF
IT R
RC O
N SPJ
G S
PBK LA
BS DI
P R
SC JG
SC BK
SC L
B SC
PR PR
O D
F EF
IT F
CO S
U HP
K N
MS H
A PR
O F
MP W
R
Variabel Perubahan
Gambar 18. Dampak Peningkatan Harga Bungkil Kedele dalam Terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Pakan Ternak
Dampak peningkatan harga input bahan baku bungkil kedele ini akan mendorong meningkatnya harga jual output HPKN dan secara umum akan
menurunkan produksi industri PRODF yang terindikasi dengan menurunnya efisiensi teknis EFITF pada level perusahaan dan regional. Penurunan produksi
ini terutama terjadi pada perusahaan skala kecil yang merupakan konsekuensi dari
menurunnya tingkat keuntungan PROF meskipun secara umum biaya per unit COSU menurun dan harga jual output meningkat.
Peningkatan harga bungkil kedele memberikan dampak meningkatnya diferensiasi produk DIPR. Strategi ini dilakukan perusahaan untuk
meningkatkan penjualan meskipun konsekuensinya keuntungan PROF turun. Pada sisi lain penurunan efisiensi teknis atau produksi industri tidak diikuti
dengan menurunnya produksi pada beberapa perusahaan besar. Hal ini diduga karena kenaikan harga bungkil kedele hanya berpengaruh signifikan pada
perusahaan pakan ternak skala kecil tetapi pada perusahaan skala besar dengan kemampuan modal tinggi masih dapat diatasi dengan melakukan impor. Indikasi
ini juga terlihat dengan dampak kenaikan harga input bungkil kedele yang diikuti dengan meningkatnya rasio konsentrasi RCON dan pangsa pasar MSHA
perusahaan skala besar dalam industri karena faktor menurunnya produksi perusahaan skala kecil.
7.3.2. Dampak Peningkatan Harga Jagung
Peningkatan harga jagung sebagaimana harga bungkil kedele akan mendorong perubahan dalam strategi produksi perusahaan terutama komposisi
bahan baku penyusun pakan ternak Gambar 19. Peningkatan harga jagung akan mendorong perusahaan pakan ternak
melakukan penyesuaian dalam biaya produksi dengan menurunkan penggunaan bahan baku jagung SPJG. Komposisi jagung sebagai bahan penyusun pakan
mencapai 45.737 persen dan merupakan yang terbesar dibanding bahan baku lainnya sehingga penurunan porsi penggunaannya tetap menyebabkan terjadinya