masuk impor bahan baku. Jika jadi diterapkan, kemungkinan besar hanya berkisar 5-10 persen.
Peningkatan upah 20 persen . Akhir-akhir ini banyak tuntutan dari para
buruh, meminta kenaikan upah. Seandainya pemerintah menyetujui, hal ini biasanya disesuaikan dengan tingkat inflasi. Adapun tingkat inflasi beberapa
tahun terakhir ini rata-rata berkisar 17 persen.
V. GAMBARAN UMUM PERKEMBANGAN INDUSTRI PAKAN TERNAK DI PROPINSI LAMPUNG DAN JAWA BARAT
5.1. Karakteristik Penggunaan Bahan Baku Pakan
Salah satu keunggulan komparatif yang dimiliki Indonesia adalah kemampuan menghasilkan sendiri bahan baku pakan. Hampir seluruh bahan baku
pakan dapat dihasilkan di Indonesia. Selama ini pemanfaatan bahan baku tergantung pada impor, sehingga fungsinya sebagai industri biologis dalam
meningkatkan nilai tambah hasil pertanian dalam negeri sangat rendah. Pemanfaatan jagung untuk pakan dibagi dalam dua kelompok, yaitu untuk
ruminansia dan bukan ruminansia. Umumnya ternak ruminansia memanfaatkan limbah jagung berupa jerami jagung atau tanaman jagung muda umur 60 hari
sebagai hijauan. Jagung biji hampir seluruhnya dimanfaatkan untuk pakan ternak bukan ruminansia ayam, babi dan itik dan sedikit untuk pakan sapi perah. Dalam
ransum, jagung dimanfaatkan sebagai sumber energi yang diukur dengan istilah energi metabolis. Walaupun jagung juga mengandung protein hampir 9 persen,
pertimbangan pemakaian jagung pada ransum adalah untuk sumber energi. Apabila energi dalam jagung kurang mencukupi, misalnya untuk pakan broiler, ke
dalam ransum sering ditambahkan minyak agar energi ransum sesuai dengan kebutuhan ternak. Kontribusi energi jagung adalah dari patinya yang mudah
dicerna. Jagung mengandung lemak 3.5 persen terutama pada lembaga biji. Lemak
jagung mengandung asam lemak linoleat yang tinggi sehingga dapat memenuhi kebutuhan ayam terutama petelur. Jagung mengandung kalsium dan fosfor relatif
rendah dan sebagian besar fosfor terikat dalam bentuk fitat yang tidak tersedia 93