2.2. Keterkaitan Agroindustri Pakan Ternak dengan Budidaya Ayam Ras
Industri pakan ayam ras mempunyai keterkaitan ke belakang backward linkage
dan kaitan ke depan forward linkage yang cukup panjang. Kaitan ke belakang dari industri pakan ayam ras adalah kebutuhan akan hasil-hasil pertanian
tanaman pangan sebagai masukan input, baik yang sudah terolah maupun belum. Selain daripada itu, industri pakan ayam ras juga memerlukan hasil-hasil industri
lain sebagai pelengkap supplement bagi pakan ayam ras. Sedangkan kaitan ke depan berhubungan dengan penggunaan hasil produksi pakan bagi institusi
berikutnya. Dalam hal ini hasil olahan industri pakan digunakan oleh institusi
budidaya ayam ras yang dikelola secara komersial. Selanjutnya hasil budidaya ayam ras digunakan sebagai masukan bagi industri lain atau dikonsumsi langsung
oleh konsumen. Dengan demikian apabila industri pakan ayam ras didudukkan dalam sistem agribisnis tanaman pangan ia berada pada posisi sebagai sub-sistem
agroindustri dan bila didudukkan dalam sistem agribisnis ayam ras ia berada pada posisi sebagai sub-sistem penyediaan sarana produksi ternak sapronak.
Keterkaitan ini secara sederhana dapat digambarkan sebagaimana terlihat pada
Gambar 1. Dari Gambar 1 nampak bahwa industri pakan ayam ras sangat tergantung
pada beberapa hasil pertanian tanaman pangan. Sedangkan hasil pertanian tanaman pangan tergantung pada tingkat kesuburan dan kecocokan lahan serta
musim. Apabila produksi tanaman pangan terganggu oleh musim atau oleh hama, maka harga dari tanaman pangan tersebut akan bergejolak. Gejolak harga bahan
baku pakan akan berpengaruh terhadap harga pakan ayam ras dan pada gilirannya akan mempengaruhi biaya produksi budidaya ayam ras. Apabila harga pakan
Jagung Kuning
Bungkil Kc. Kedele
Bungkil Kc.Tanah
Dedak Tepung
Ikan Wheat
Pollard Rapeseed
Meal
Industri Pakan A. Ras
Industri Peralatan Kandang
Dedak DOC
Poultry Shop
Agroindustri Hasil Budidaya
Ayam Ras Usaha Ternak
Ayam Ras Industri
Obat
2
an
P a s a r
Gambar 1. Sistem Agribisnis Ayam Ras Sumber : Alim, 1996
bergejolak naik dan tidak diikuti oleh kenaikan harga hasil ternak ayam ras, maka para peternak akan menderita rugi.
Selain daripada itu, Gambar 1 memperlihatkan pula bahwa ada empat pola usaha ternak budidaya ayam ras, yakni : 1 usaha ternak ayam ras menyediakan
sendiri seluruh sapronaknya baik langsung maupun melalui perusahaan afiliasi, 2 usaha ternak ayam menyediakan sendiri sebagian sapronaknya, misalnya
usaha ternak menghasilkan sendiri pakan ayam ras tetapi tidak menyediakan DOC atau sebaliknya, 3 usaha ternak yang membeli sendiri seluruh sapronaknya
langsung dari pabrik, dan 4 usaha ternak ayam ras yang membeli seluruh sapronaknya melalui poultry shop. Dari empat pola usaha ini,
pola satu dan dua mempunyai peluang yang lebih baik dalam berbagai kondisi pasar.
Sedangkan usaha ternak pola empat berada pada posisi bersaing yang lemah dan sangat peka terhadap perubahan harga sapronak. Dalam keadaan harga sapronak
naik, sedangkan harga produk ayam ras tidak naik, maka usaha ternak pola keempat ini
akan sangat menderita. Peternakan Rakyat usaha ternak ayam ras skala kecil pada umumnya
termasuk dalam kategori usaha ternak pola keempat. Dengan demikian, sesungguhnya Peternakan Rakyat pada umumnya berada pada kondisi pasar yang
rentan terhadap perubahan harga. Kerumitan-kerumitan yang dialami oleh dunia usaha ayam ras bersumber
dari dua arah, yakni dari luar dan
dari
dalam dunia usaha ayam ras sendiri. Yang bersumber dari
luar setidak-tidaknya ada tiga sumber yang dominan, yaitu : 1 berasal dari goncangan harga bahan baku utama pakan ayam ras, 2 berasal
dari goncangan harga produk daging dan telur ayam ras, dan 3 berasal dari
pola konsumsi masyarakat selera konsumen. Sedangkan yang bersumber dari dalam dunia usaha ayam ras sendiri, sekurang-kurangnya ada tiga
.
yaitu: 1 mutu sarana produksi budidaya ayam ras, 2 pola tataniaga ayam ras, dan 3 kemitraan
secara padu antara semua sub-sistem dalam sistem agribisnis ayam ras.
2.3. Perkembangan Industri Pakan Ternak