Perkembangan Industri Pakan Ternak

pola konsumsi masyarakat selera konsumen. Sedangkan yang bersumber dari dalam dunia usaha ayam ras sendiri, sekurang-kurangnya ada tiga . yaitu: 1 mutu sarana produksi budidaya ayam ras, 2 pola tataniaga ayam ras, dan 3 kemitraan secara padu antara semua sub-sistem dalam sistem agribisnis ayam ras.

2.3. Perkembangan Industri Pakan Ternak

Perkembangan industri pakan ternak, khususnya pakan ayam ras, tidak terlepas dari budidaya ayam ras itu sendiri. Korelasi antara keduanya sangat kuat, sebab output dari industri pakan dikonsumsi oleh ayam ras sebagai sumber utama kebutuhan gizi. Disisi lain kemampuan produksi ayam ras tergantung pula pada unsur-unsur gizi yang dikonsumsinya. Ketika ayam ras mulai memasyarakat di Indonesia dirasakan perlu untuk mendirikan pabrik pakan. Tahun 1972 dipandang sebagai titik awal berdirinya usaha ternak ayam ras secara serius, dan pada tahun ini didirikanlah pabrik-pabrik pakan skala menengah di Jakarta. Pabrik-pabrik pakan kala itu memasarkan hasil produksinya pada kalangan peternak ayam ras yang masih terbatas. Namun demikian, tahun 1976 peranan pabrik-pabrik pakan semakin jelas dan mencapai puncaknya pada tahun 1980-1981 dengan berdirinya puluhan pabrik pakan, diantaranya banyak yang berskala besar. Salah satu faktor penyebab berhentinya banyak usaha dalam industri unggas nasional adalah karena ketergantungan bahan baku pakan dan bibit serta pinjaman modal pada impor. Dalam krisis moneter dan ekonomi, harga bahan baku impor melambung, pengembalian utang membengkak, dan pengadaan impor terpaksa dihentikan. Setelah krisis, ternyata pabrik pakan belum pulih ke posisi semula. Produksi pakan terpaksa diturunkan sebesar 60 persen, dan akibat lebih jauh harga pakan melambung sehingga banyak perusahaan yang terpaksa menghentikan usahanya. Perkembangan jumlah pabrik pakan, kapasitas terpasang dan kapasitas terpakai pabrik pakan di Indonesia periode 1990-2001 disajikan pada Tabel 1. Dalam periode tersebut, rata-rata jumlah pabrik pakan ternak di Indonesia sebanyak 61 buah, dengan rata-rata total kapasitas 6.3 juta ton atau 102.1 ribu ton per pabrik. Tabel 1. Perkembangan Jumlah dan Kapasitas Pabrik Pakan Indonesia Tahun 1990-2001 Kapasitas Tahun Jumlah Pabrik unit Terpasang 000 ton Rataan Terpasang 000 tonpabrik Terpakai 1990 59 2 945 49.9 54.26 1991 59 2 945 49.9 64.07 1992 68 2 949 43.4 61.07 1993 56 3 305 59.0 76.73 1994 56 4 785 85.4 69.80 1995 58 5 278 91.0 63.47 1996 59 6 839 115.9 62.82 1997 63 8 250 131.0 53.88 1998 67 9 089 135.7 22.95 1999 67 9 089 135.7 30.52 2000 61 10 019 164.2 44.88 2001 61 10 019 164.2 44.84 Rataan r th 61.20 0.63 6 293 12.52 102.1 11.91 54.12 -5.22 Sumber: Statistik Peternakan diolah dalam Kariyasa, 2003 Walau jumlah pabrik pakan terbanyak berada pada tahun 1998 dan 1999 67 buah, namun demikian ternyata total kapasitas terpasang justru terbesar berada pada tahun 2000 dan 2001, dimana jumlah pabrik pada tahun tersebut hanya sebanyak 61 buah. Kalau dilihat dari perkembangannya, baik jumlahnya, total kapasitas maupun rata-rata kapasitas per pabrik pakan periode 1990-2001 mengalami peningkatan berturut-turut 0.63 persen, 12.52 persen dan 11.91 persen per tahun Kariyasa, 2003. Sementara itu, rata-rata kapasitas terpakai dari pabrik pakan selama periode 1990-2001 hanya sekitar 54.12 persen, itu pun terjadi kecenderungan menurun sebesar 5.22 persen per tahun. Kondisi ini menunjukkan bahwa hampir sekitar 45.88 persen terjadi idle capacity, sehingga hal ini diduga sebagai salah satu kenapa biaya produksi pakan di Indonesia relatif masih tinggi. Tabel 2. Perkembangan Produksi Pakan dan Penggunaannya di Indonesia, Tahun 1992-2003 Kebutuhan Ternak ayam ras Tahun Produksi 000 ton Jumlah 000 ton Pangsa Lainnya a 1992 1 806 1 774 98.23 1.77 1993 2 536 2 409 94.99 5.01 1994 3 340 2 841 85.06 14.94 1995 3 350 3 145 93.88 6.12 1996 4 296 3 448 80.26 19.74 1997 4 445 3 017 67.87 32.13 1998 2 086 1 665 79.82 20.18 1999 2 774 1 526 55.01 44.99 2000 4 497 2 497 55.53 44.47 2001 4 991 3 598 72.10 27.90 2002 5 511 2 577 46.80 53.20 2003 10 026 5 382 53.70 46.30 Rataan r th 4 138 41.40 2 823 18.50 73.60 -4.10 26.40 228.70 Keterangan: a termasuk untuk kebutuhan selain ternak ayam ras dan stok Sumber : Statistik Peternakan 2004 Perkembangan produksi pakan dan penggunaannya di Indonesia periode 1992-2003 menunjukkan bahwa selama periode tersebut rata-rata produksi pakan di Indonesia mencapai 4.1 juta ton, dimana setiap tahunnya cenderung mengalami peningkatan sebesar 41.40 persen Tabel 2.. Dari segi penggunaannya, tampak bahwa pada tahun 1992-1995 lebih dari 93 persen dari total produksi pakan digunakan untuk memenuhi permintaan peternak ayam ras, sisanya sekitar 6 persen untuk memenuhi permintaan lainnya. Dalam periode 1992-2003 rata-rata penggunaan pakan untuk ternak ayam ras 2.8 juta ton atau sekitar 73.60 persen. Walaupun dari segi jumlah permintaan pakan dari peternak ayam ras mengalami peningkatan sebesar 18.50 persen per tahun, namun dari sisi pangsanya terhadap total penawaran mengalami penurunan sebesar 4.10 persen per tahun. Sementara itu, pangsa permintaan lainnya peternakan lainnya dan stok mengalami peningkatan tajam sekitar 228.70 persen pertahun. Kecenderungan pertumbuhan industri pakan menuju bentuk monopoli dapat pula dilihat dari porsi produksi pakan dari sekelompok pabrik pakan dalam industri. Porsi produksi pakan dari pabrik pakan yang hanya berjumlah 12 persen atau secara absolut berjumlah 8 pabrik pakan memiliki pangsa pasar sebesar 65 sampai 83 persen. Dengan demikian, ke delapan pabrik pakan tersebut dapat dikatakan sebagai pengendali pasar pakan. Pada kenyataannya ke delapan pabrik pakan tersebut bergabung dalam organisasi GPMT yang mempertegas adanya kartel diantara mereka. Hasil kajian Yusdja dan Saptana 1995 mengungkapkan bahwa ada kecenderungan pertumbuhan pabrik pakan ke arah bentuk monopoli, yang sampai saat ini sudah dalam bentuk oligopoli. Hal ini antara lain ditunjukkan oleh : 1 proporsi produksi pakan dari pabrik pakan berskala besar yang berjumlah 8 buah 12 persen memiliki pangsa pasar sebesar 65-83 persen, 2 hasil estimasi keuntungan pabrik pakan 1993 Rp. 265kg pakan petelur dan Rp. 287kg pakan broiler atau sekitar 42-44 persen dari harga jual pakan, 3 bahkan beberapa perusahaan peternakan skala besar melakukan integrasi vertikal, seperti perusahaan PT. Japfa Comfeed, PT. Charoen Phokphand, PT. Cargill, PT. Anwar Sierad, Group Subur, PT. Multi Breeder, dll, dan 4 pada kenyataannya ke delapan pabrik pakan skala besar ini berada dalam satu organisasi GPMT Gabungan Pengusaha Makanan Ternak yang mempertegas adanya kartel di antara mereka. GPMT Gabungan Pengusaha Makanan Ternak dikenal sebagai media yang memperjuangkan nasib pabrik pakan dan mengadakan persekutuan dalam mengatur harga pakan. Menurut analisis pasar Warta Pertanian 1996 terdapat dua perusahaan besar yang menguasai lebih setengah pangsa pasar pakan unggas yang tersedia. Diperkirakan mereka mempunyai pengaruh yang besar dalam menentukan harga pakan selama ini. Sebagai ilustrasi, pada tahun 2000 terdapat 61 perusahaan pakan ternak seluruh Indonesia dengan kapasitas produksi 10 018 791 ton. Semakin dominannya perusahaan skala besar dapat ditunjukkan bahwa ditahun 1999 PT. Charoen Pokphand Indonesia CPI mempunyai kapasitas produksi pakan sebesar 2 410 000 ton pertahun. Selanjutnya dikemukakan oleh pihak PT. CPI bahwa pangsa pasarnya saat ini mencapai 38 persen untuk pakan unggas. Suatu pangsa pasar yang sangat potensial untuk menjadi leader dalam perusahaan oligopoli.

2.4. Permasalahan dan Tantangan Industri Pakan Ternak