Indeks Sosial Ekonomi Ekosistem Mangrove

Kondisi mangrove yang ada di Pulau Pramuka merupakan mangrove buatan yang ditanam oleh pihak pengelola TNKS dan masyarakat setempat. Dengan status keberadaannya sebagai daerah konservasi mangrove. Mangrove yang berada pada wilayah EMU lebih bervariasi dalam segi ukuran, sehingga ada terdapat kehidupan liar di sekitarnya, dimana setidaknya 2 jenis yaitu penyu dan kepiting, kenyataan ini di dukung dengan fakta bahwa terdapat penangkaran penyu di pulau Pramuka yang pada waktu-waktu tertentu akan di lepas ke alam. Sementara EMS yang masih di dominansi anakan belum terlihat bentuk kehidupan liar di sekitarnya. Selengkapnya penetapan skor dalam indeks ekologi dapat dilihat pada Tabel 5.9. Berdasarkan pengamatan dan perhitungan diatas, maka indeks ekologi mangrove Pulau Pramuka untuk EMU dan EMS memiliki tingkat sensitifitas masing- masingnya dengan skor 3 dan skor 2. Hal ini menunjukkan bahwa secara ekologi tingkat sensitifitas hutan mangrove pada saat penelitian adalah cukup dan kurang peka . Faktor tersebut dikarenakan rata-rata ekosistem mangrove disana masih belum dimanfaatkan secara optimal bagi organisme lain karena rata-rata masih baru.

5.2.1.3. Indeks Sosial Ekonomi

Dalam indeks kepekaan lingkungan, penilaian sosial dan ekonomi didasarkan kepada dua nilai penting yaitu nilai sosial dan nilai ekonomi. Besarnya manfaat yang diperoleh dari suatu lingkungan terhadap penggunanya manusia dapat diidentifikasi sebagai nilai sosial. Sementara nilai ekonomi suatu sumberdaya merupakan perwujudan dari preferensi masyarakat terhadap keberadaan suatu ekosistem, baik secara langsung maupun tidak. Indeks Sosial Ekonomi selanjutnya menggambarkan tingkat sensitifitas aktual suatu wilayah dari sudut pandang sosial dan ekonomi.

5.2.1.3.1. Nilai Sosial

Nilai sosial dari ekosistem mangrove diartikan sebagai fungsi ekosistem mangrove dalam memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar Pulau Pramuka. Manfaat sosial terhadap ekosistem untuk wilayah pesisir menurut Grigalunas, TA and R Congar 1995 di adopsi dan dimodifikasi oleh PKSPL-IPB 2009 dapat diidentifikasi berdasarkan peran ekosistem terhadap kepentingan masyarakat dalam hal pengembangan area potensi wisata, daerah penangkapan ikan dan pemanfaatan lainnya. Pemerintah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu menyatakan bahwa fungsi pariwisata akan diarahkan pada upaya menjadikan pariwisata sebagai sumber sangat potensial dalam penciptaan pendapatan masyarakat, penyerapan lapangan kerja dan penerimaan daerah serta wahana pelestarian sumber daya pariwisata potensial yang menjadi andalan perekonomian daerah http:kepulauanseribu.net . Kebijakan tersebut menjelaskan bahwa pemerintah menetapkan salah satu potensi yang akan dikembangkan adalah sektor pariwisata skor 4. Pemerintah berencana untuk mengembangkan wisata berwawasan lingkungan atau yang dikenal dengan ekowisata serta menjadikan daerah pulau Pramuka sebagai pusat penelitian dan pengembangan sumberdaya perairan salah satu contoh adalah penangkaran penyu Kepulauan Seribu 2012. Dengan sebaran wilayah dalam dua kelompok yang berbeda, wilayah EMU lebih banyak dijadikan sebagai daerah penelitian karena memiliki ragam umur mangrove yang berbeda, mulai dari anakan sampai kepada pohonindukan dibanding dengan EMS Tabel 5.10. Tabel 5.10. Skor Penilaian Nilai Sosial Ekosistem Mangrove Pulau Pramuka Hasil Pengamatan No Kriteria Pengamatan Metode Penilaian EMU Skor EMS Skor 1 Sebagai Pengembangan Area Potensial Wisata Survei Lapangan Sangat Potensial 4 Sangat Potensial 4 2 Daerah Penangkapan Ikan Survei Lapangan Insentif 2 Intensif 2 3 Pemanfaatan Lainnya penelitian Survei Lapangan sangat bermanfaat 5 bermanfaat 4 Nilai Sosial 3 3 Sumber : Hasil Analisis Data, 2012 Nilai sosial dari sisi daerah penangkapan ikan, diidentifikasi belum cukup intensif untuk dijadikan sebagai daerah penangkapan ikan tanpa dibedakan oleh jenis dan bentuk ukurannya. Berdasarkan pengamatan dilapangan, diketahui dari aktifitas penangkapan ikan dengan menggunakan pancing, jaring dan bubu bahwa belum ada yang melakukan penangkapan ikan di daerah mangrove tersebut skor 2. Sementara itu untuk pemanfaatan lainnya, ekosistem mangrove Pulau Pramuka dirasakan bermanfaat untuk dijadikan sebagai objek penelitian, hal ini terlihat dari 25 wisatawan yang berkunjung ke Pulau Pramuka adalah untuk melakukan penelitian. Dengan kondisi tersebut, maka nilai sosial dari masing-masing wilayah ekosistem mangrove EMU dan EMS adalah sama yaitu skor 3, hal ini berarti bahwa ekosistem mangrove di Pulau Pramuka memiliki nilai sosial yang cukup sensitif.

5.2.1.3.2. Nilai Ekonomi

Penentuan nilai ekonomi dalam suatu indeks kepekaan lingkungan dilihat berdasarkan besarnya manfaat yang dihasilkan dari sumberdaya yang dapat menyokong kehidupan masyarakat sekitar. Pendekatan nilai ekonomi total yang dilakukan dalam studi Pengkajian Indeks Kepekaan Lingkungan Berbasis Valuasi Ekonomi adalah dengan cara menilai secara ekonomi seluruh manfaat dari suatu ekosistem berdasarkan preferensi masyarakat sekitar. Dalam menilai sumberdaya secara ekonomi, Ruitenbeek 1991 dalam Fahrudin 1996 menggunakan pendekatan tiga tahap, yaitu : 1 Identifikasi manfaat dan fungsi-fungsi antar komponen sumberdaya. 2 Kuantifikasi seluruh manfaat dan fungsi kedalam nilai uang, dalam hal ini rupiah. 3 Penilaian alternatif pilihan dan evaluasi kebijakan pemanfaatan sumberdaya. Menurut PKSPL 2009 bahwa nilai ekonomi dari ekosistem mangrove didefenisikan sebagai nilai fungsi mangrove yang dapat mendukung kehidupan masyarakat sekitar untuk kegiatan ekonomi dalam kehidupan sehari-harinya. Nilai ekonomi sumberdaya mangrove dihitung berdasarkan rata-rata nilai sosial yang dikalikan dengan nilai standar ekonomi sumberdaya yang dapat diperoleh dari integrasi dengan teori valuasi ekonomi. Penghitungan Nilai Ekonomi Ekosistem Mangrove secara rinci dapat dilihat sebagai berikut: a Nilai Manfaat Langsung Direct Use Value Ekosistem mangrove merupakan ekosistem yang memiliki fungsi salah satunya adalah sebagai feeding ground dan nursery ground. Manfaat langsung dari ekosistem mangrove secara preferensi masyarakat belum dapat ditentukan. Hal ini dikarenakan bahwa ekosistem mangrove yang ada di Pulau Pramuka masih di dominasi oleh anakan yang bagi masyarakat sekitar belum bisa dimanfaatkan. Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap responden, bahwa nilai manfaat langsung ekosistem mangrove yang dapat diperoleh apabila mangrove tersebut telah dewasa yaitu pada pemanfaatan buah mangrove sebagai bahan obat diare. Kondisi ekosistem mangrove di Pulau Pramuka berada dalam tahap pengembangan. Taman Nasional Kepulauan Seribu TNKS dengan masyarakat Pulau Pramuka melakukan penanaman mangrove dengan harapan nantinya akan memberikan manfaat langsung terhadap masyarakat Pulau Pramuka apabila telah mencapai kondisi dewasa. Penanaman hutan mangrove diharapkan dapat meningkatkan fungsi ekologi mangrove sebagai habitat bagi organisme lainnya. Ekosistem mangrove memberikan manfaat langsung untuk sumberdaya perikanan, dalam hal ini adalah ikan non karang. Sehingga Dari hasil identifikasi dilapangan, manfaat langsung yang diberikan adalah nilai pengaruh produksi ikan non karang sebagai akibat eksistensi ekosistem mangrove di Pulau Pramuka adalah sebesar Rp. 5.522.073.325 untuk kedua wilayah Mangrove EMU dan EMS perhitungan EOP ikan non karang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 2. b Nilai Manfaat Tidak Langsung Indirect Use Value Manfaat tidak langsung yang berhasil diidentifikasi di wilayah studi adalah manfaat tidak langsung secara fisik. Manfaat tidak langsung secara fisik diestimasikan melalui pendekatan fungsi mangrove sebagai penahan abrasi pantai. Hal ini didasarkan kepada kondisi wilayah pulau pramuka adalah pulau kecil, sehingga peran ekosistem mangrove sebagai penahan abrasi sangat dirasa penting. Pendekatan manfaat penahan abrasi dilakukan dengan pembangunan pemecah gelombang break water apabila ekosistem hutan mangrove itu tidak ada. Nilai pemecah gelombang diasumsikan sama dengan hasil perhitungan yang telah dilakukan oleh Aprilwati 2001 dimana biaya pembangunan fasilitas pemecah gelombang break water yang berukuran 1m x 11m x 2,5m panjang x lebar x tinggi dengan daya tahan 10 tahun adalah sebesar Rp. 4.163.880m3 Tabel 5.11. Tabel 5.11. Nilai Manfaat Tidak Langsung Ekosistem Mangrove Pulau Pramuka Keterangan EMU EMS Luasan Areal 37.400 36.800 Tinggi rata-rata pohon 0,75 0,50 Volume 28.050 18.400 Harga Breakwater 4.163.880 4.163.880 Nilai Abrasi 10 tahun 116.796.834.000 76.615.392.000 Nilai Abrasi 1 tahun 11.679.683.400 7.661.539.200 Sumber : Hasil Analisis Data, 2012 Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan, wilayah luasan hutan mangrove Pulau Pramuka adalah 3,74 Ha 28.050 EMS untuk EMU dan 3,68 Ha 18.400 EMS untuk EMS. Sehingga dapat diestimasikan manfaat tidak langsung sebesar Rp. 11.679.683.400 untuk EMU dan Rp 7.661.539.200 untuk EMS per tahun. c Manfaat Pilihan Manfaat pilihan hutan mangrove diperhitungkan dari manfaat biodiversity yang diperoleh dari keberadaan hutan mangrove. Ruitenbeek 1991 dalam Fahrudin 1996 mengemukakan nilai manfaat pilihan berupa manfaat biodiversity sebesar US 1.500 per kEMS per tahun atau sebesar US 15 per ha per tahun dapat digunakan untuk hutan mangrove di Indonesia bila keberadaan hutan mangrove secara ekologis penting. Nilai tukar rupiah terhadap US saat ini Agustus 2012 sebesar Rp. 9.238 per US dan luas hutan mangrove Pulau Pramuka EMU adalah 3,74 Ha dan EMS adalah 3,68 Ha Tabel 5.12. Tabel 5.12. Nilai Manfaat Tidak Langsung Ekosistem Mangrove Pulau Pramuka Keterangan EMU EMS Nilai tukar rupiah 2012 Rp. 9.238 Rp. 9.238 Nilai manfaat biodiversity 15,00Ha 15,00Ha Luas lahan mangrove 3,74 Ha 3,68 Ha Nilai Manfaat Pilihan Rp. 518.251,80 Rp. 509.937,60 Sumber : Hasil Analisis Data, 2012 Dengan demikian, maka nilai manfaat biodiversity sebagai manfaat pilihan untuk hutan mangrove pulau Pramuka masing-masingnya untuk EMU adalah Rp. 518.251,80 dan EMS adalah Rp. 509.937,60. d Manfaat Keberadaan Existence Value Manfaat keberadaan existence value diestimasikan melalui pendekatan Contingent Valuation Method CVM yang diperoleh melalui WTP dari responden. Responden kemudian dikelompokan berdasarkan tingkat pendidikan, mata pencaharian, dan lokasi tempat tinggal dengan jumlah responden sebanyak 98 orang. Metode ini diperjelas dengan mengalikan rat-rata WTP yang diberikan oleh responden terpilih dengan jumlah rumah tangga Pulau Pramuka penduduk. Tingkat pendidikan dan pengetahuan dari responden sedikit banyak berpengaruh terhadap penilaian fungsi ekologis untuk menjaga kelestarian dari sumberdaya hutan mangrove. Berdasarkan hasil wawancara dengan kuesioner, diperoleh nilai terendah WTP yang diberikan oleh responden sebesar Rp. 5.000 dan nilai tertinggi sebesar Rp. 35.000. Beragamnya nilai WTP yang diperoleh disebabkan karena sifat kuesioner yang terbuka. Responden bebas menentukan besaran nilai tanpa dibatasi rentang nilai tertentu. Secara lengkap perhitungan WTP dapat dilihat pada Lampiran 3. Fungsi WTP didapatkan dengan meregresikan nilai WTP per-individu, tingkat pendidikan, usia, dan pendapatan responden. Berdasarkan analisis regresi yang dilakukan di peroleh fungsi sebagai berikut : Ln WTP = 9,9512 + 0,0544 Ln E – 0,2535 Ln A + 0,0159 Ln I Adjusted R-Sq = -0,0129 Keterangan : WTP = Keinginan untuk membayar E = Edukasi Pendidikan A = Age Umur I = Income Pendapatan Nilai eksistensi ekosistem mangrove Pulau Pramuka diperoleh dari nilai rupiah dari persepsi sejumlah responden. Dari beberapa penilaian responden setelah dirata- ratakan dengan menggunakan persamaan yang diperoleh dari persamaan regresi diperoleh nilai rata-rata WTP individu adalah sebesar Rp. 11.577,59. Dengan memperhitungkan jumlah populasi yang mendiami Pulau Pramuka sebanyak 5.849 jiwa, maka hasil tersebut kemudian dikonversi menjadi nilai total WTP sebesar Rp. 67.717.322, 28 per tahun perhitungan dapat di lihat pada Lampiran 3. e Nilai Total Ekonomi. Wilayah hutan mangrove Pulau Pramuka yang terbagi menjadi 2 wilayah besar yaitu EMU dan EMS dengan luas 7,42 Ha memiliki manfaat yang sangat beragam, mulai dari manfaat langsung, manfaat tidak langsung, manfaat pilihan dan manfaat keberadaan. Dimana secara garis besar nilai total ekonomi dari pemanfaatan hutan mangrove Pulau Pramuka dapat dilihat pada Tabel 5.13. Rata-rata nilai ekonomi sumberdaya ekosistem mangrove di dua wilayah yang terpisah hampir memiliki nilai yang hampir sama. Perbedaan dari keduanya adalah luasan dan ragam ukuran dari pohon mangrove yang teridentifikasi. Tabel 5.13. Nilai Ekonomi Ekosistem Mangrove Pulau Pramuka Berdasarkan Masing- Masing Manfaat No Jenis Manfaat EMU Rp Persen Skor EMS Rp Persen Skor 1 Manfaat Langsung 5.522.073.325 31,97 3 5.522.073.325 41,67 3 2 Manfaat Tidak Langsung 11.679.683.400 67,63 5 7.661.539.200 57,81 4 3 Manfaat Pilihan 518.252 0,00 1 509.938 0,00 1 4 Manfaat Keberadaan 67.717.322 0,39 1 67.717.322 0,51 1 Nilai Ekonomi Total 17.269.992.299 100,00 2 13.251.839.785 100,00 2 Sumber : Hasil Analisis Data, 2012 Perhitungan nilai ekonomi untuk ekosistem mangrove dilakukan menggunakan perhitungan valuasi ekonomi yang dikonversi kedalam suatu persamaan. Sementara, rincian penentuan skor tingkat kepekaan lingkungan daerah kajian mangrove berdasarkan manfaat yang diperoleh dapat dilihat pada Lampiran 4. f Indeks Sosial Ekonomi Berdasarkan nilai sosial dan nilai ekonomi yang diperoleh diatas, maka indeks sosial ekonomi dari ekosistem mangrove yang diperoleh masing-masingnya adalah skor 3 baik untuk EMU maupun EMS Lampiran 4. Skor tersebut mengindikasikan bahwa tingkat kepekaan ekosistem mangrove dari sisi sosial ekonomi termasuk kedalam kategori cukup peka. Hal ini menunjukkan bahwa ekosistem mangrove di Pulau Pramuka memiliki NS yang lebih tinggi dari NE, dimana secara ekonomi mangrove di Pulau Pramuka masih tergolong belum optimal karena keberadaannya masih tergolong baru dan rata-rata di dominasi oleh anakan.

5.2.1.4. Indeks Kepekaan Lingkungan Ekosistem Mangrove