Indeks Kerentanan Ekosistem Mangrove

5.2.1.1. Indeks Kerentanan

Tingkat kerentanan vulnerability rating suatu ekosistem terhadap dampak kegiatan pembangunan bergantung pada respon ekosistem tersebut terhadap dampak pada peluang terjadinya dampak atas ekosistem. Respon ekosistem pesisir terhadap suatu dampak ada yang sangat peka sensitive sampai yang tidak peka, bergantung pada karakteristik biologi dan ekologi dari ekosistem yang bersangkutan. Peka dalam hal ini artinya jika ekosistem tersebut terkena suatu dampak, maka ekosistem tersebut akan mudah rusak dan sukar untuk kembali pulih seperti keadaan sebelumnya. Penyebaran ekosistem mangrove di Pulau Pramuka bervariasi dan rata-rata di dominansi oleh mangrove yang bersifat anakan. Pengamatan mangrove dilapangan dilakukan secara visual. Dari hasil pengamatan lapang, kondisi mangrove yang berada di Pulau Pramuka di dominasi oleh kategori anakan dan semaian dengan sedikit terkategori sebagai indukan. Mangrove yang berada di pulau Pramuka merupakan mangrove buatan yang ditanam oleh masyarakat dan pihak pengelola TNKS Kepulauan seribu dan bukan merupakan mangrove yang hidup atau tumbuh secara alami. EMU lebih memiliki variasi umur, walaupun hanya terdiri dari satu jenis dibanding dengan EMS. EMU memiliki indukan pohon mangrove yang memiliki kerapatan yang cukup tinggi yaitu 2.256 indHa Gambar 5.8. Gambar 5.8. Ekosistem Mangrove bagian Utara EMU di Pulau Pramuka Sementara, ekosistem mangrove sebelah selatan EMS lebih di dominasi oleh jenis anakan dengan kerapatan sekitar 1.861 indHa. Hal ini dikarenakan bahwa bagian selatan baru dijadikan sebagai tempat penanaman dan revegetasi mangrove, sehingga belum ada yang berupa indukan Gambar 5.9. Mangrove yang terdapat di Pulau Pramuka yaitu jenis Rhizophora sylosa yang struktur perakarannya bertipe penyangga atau tongkat. Bentuk akar penyangga atau tongkat merupakan bentuk perakaran yang mempunyai lentisel untuk mengambil oksigen dari luar tanah. Gambar 5.9. Anakan dan Semaian Ekosistem Mangrove di Bagian Selatan EMS di Pulau Pramuka Berdasarkan kriteria Sloan 1993, kerentanan mangrove terhadap suatu pencemaran tumpahan minyak adalah yang paling rentan karena berlokasi di wilayah intertidal, yang berarti bahwa ekosistem ini mudah terpapar pada saat pencemaran. Mangrove juga rentan karena tanaman ini secara biologi bersifat sensitif terhadap paparan minyak. Ekosistem ini juga sensitif terhadap tumpahan minyak karena manggrove bukan hanya sekelompok tanaman, tapi juga berperan sebagai habitat bagi beberapa biota perairan seperti ikan, krustase, echinoderms, moluska, hewan benthik, plankton, dan satwa liar daratan seperti ular, burung, dan kadal. Berdasarkan kriteria yang dipaparkan Sloan 1993, kondisi mangrove di wilayah studi yang berlokasi pada daerah interdial tidak terkecuali adalah sangat rentan terhadap paparan minyak sehingga kedua wilayah mangrove EMU dan EMS memiliki nilai kerentanan paling tinggi skor 5. 5.2.1.2. Indeks Ekologi Penentuan dalam indeks ekologi didasarkan kondisi lingkungan yang mempengaruhi keberadaan ekosistem didalamnya. Sensitifitas lingkungan dari tiap ekosistem mangrove di wilayah studi adalah fungsi dari nilai kerentanan, nilai ekologi, dan nilai sosial. NOAA 1997 menggolongkan mangrove sebagai wilayah yang sangat sensitif terhadap pencemaran tumpahan minyak karena ekosistem ini memiliki konfigurasi fisik dan substrat berlumpur yang sulit untuk dibersihkan selama terjadi pencemaran. Ekosistem mangrove dilihat dari indeks ekologi dapat dikatakan sensitif dengan melihat kondisi lingkungan habitatnya. Mangrove yang merupakan ekosistem yang memiliki kerentanan yang tinggi ini apabila terkena suatu bentuk pencemaran tidak hanya dapat merusak ekosistem tersebut, tetapi juga akan mempengaruhi aktivitas disekitarnya. Peran yang penting dalam menyokong nelayan setempat karena berfungsi sebagai nursery ground, feeding ground, dan spawning ground. Namun demikian, tingkat sensitifitas secara ekologi tersebut kemudian juga ditentukan oleh beberapa kriteria sebagaimana yang dimodifikasi oleh PKSPL-IPB 200 IE untuk masing-masing wilayah ekosistem mangrove EMU dan EMS secara umum memiliki nilai yang hampir sama, dimana spesies yang ada berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh hanya terdiri dari satu spesies yaitu Rhizophora spp. Sementara status dari kedua wilayah ekosistem mangrove tersebut adalah kawasan konservasi nasional yang berada dibawah pengawasan Taman Nasional Kepulauan Seribu TNKS. Tabel 5.9. Kriteria dan Skor dari Tiap Indeks Ekologi Mangrove Pulau Pramuka Hasil Pengamatan Skor No Kriteria Pengamatan Metode Penilaian Indeks Ekologi EMU EMS EMU EMS 1 Jumlah Spesies Survei 1 Spesies 1 Spesies 1 1 2 Kerapatan Mangrove indha Transek Garis 10 x 10 2.256 indha 1.861 indha 5 5 3 Status Perlindungan Survei dan Wawancara Konservasi Nasional Konservasi Nasional 5 5 4 Habitat Kehidupan Liar Survei Ada Tidak ada 5 1 5 Jenis Spesies Survei Rhizophora spp Rhizophora spp 3 3 Indeks Ekologi 3 2 Sumber : Hasil Analisis Data, 2012 Ekosistem mangrove yang berada di Pulau Pramuka merupakan mangrove buatan yang ditanam oleh pihak pengelola TNKS dan masyarakat setempat, bukan mangrove yang tumbuh secara alami. Ekosistem tersebut merupakan daerah konservasi yang dilindungi dari segala bentuk pemanfaatan langsung, sehingga keberadaan mangrove hanya berperan secara ekologi. Kondisi mangrove yang ada di Pulau Pramuka merupakan mangrove buatan yang ditanam oleh pihak pengelola TNKS dan masyarakat setempat. Dengan status keberadaannya sebagai daerah konservasi mangrove. Mangrove yang berada pada wilayah EMU lebih bervariasi dalam segi ukuran, sehingga ada terdapat kehidupan liar di sekitarnya, dimana setidaknya 2 jenis yaitu penyu dan kepiting, kenyataan ini di dukung dengan fakta bahwa terdapat penangkaran penyu di pulau Pramuka yang pada waktu-waktu tertentu akan di lepas ke alam. Sementara EMS yang masih di dominansi anakan belum terlihat bentuk kehidupan liar di sekitarnya. Selengkapnya penetapan skor dalam indeks ekologi dapat dilihat pada Tabel 5.9. Berdasarkan pengamatan dan perhitungan diatas, maka indeks ekologi mangrove Pulau Pramuka untuk EMU dan EMS memiliki tingkat sensitifitas masing- masingnya dengan skor 3 dan skor 2. Hal ini menunjukkan bahwa secara ekologi tingkat sensitifitas hutan mangrove pada saat penelitian adalah cukup dan kurang peka . Faktor tersebut dikarenakan rata-rata ekosistem mangrove disana masih belum dimanfaatkan secara optimal bagi organisme lain karena rata-rata masih baru.

5.2.1.3. Indeks Sosial Ekonomi