5.2.4.4. Penentuan Indeks Kepekaan Lingkungan Kegiatan Perikanan
Dari hasil perhitungan diatas, dapat diperoleh nilai IKL untuk ekosistem Karang
Gosong yang diidentifikasi sebagai daerah penangkapan ikan adalah skor 24. Hasil
tersebut diatas mengindikasikan bahwa di lokasi penelitian yaitu Pulau Pramuka, tingkat sensitifitas daerah penangkapan ikan berdasarkan klasifikasi Indeks Kepekaan
Lingkungan berada pada tingkat cukup peka Gambar 5.19.
Gambar 5.19. Peta Indeks Kepekaan Lingkungan Daerah Penangkapan Ikan di Pulau Pramuka, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu
EKG=Ekosistem Karang Gosong
5.3.
Pemetaan Indeks Kepekaan Lingkungan di Pulau Pramuka
Hasil IKL yang diperoleh secara integrasi dapat disusun kedalam suatu pemetaan yang disajikan pada Gambar 5.20. Tingkat kepekaan yang paling rendah terdapat pada
ekosistem Karang Gosong yaitu skor 24. Karang Gosong merupakan daerah yang
mengitari pulau Pramuka yang dijadikasn sebagai daerah penangkapan ikan. Tingkat
kepekaan yang tertinggi terdapat di ekosistem Lamun dengan skor 75 yaitu sangat peka. Selanjutnya tingkat kepekaan berada pada skor 30 dan 45 yang menyebar merata pada
ekosistem Mangrove, Lamun dan Terumbu Karang Tabel 5.28.
EKG
24 cukup peka
Gambar 5.20. Peta Indeks Kepekaan Lingkungan daerah Penangkapan Ikan di Pulau Pramuka, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu KHU=Karang
Hidup Utara; KHS=Karang Hidup Selatan; ELU=Ekosistem Lamun Utara; ELS=Ekosistem Lamun Selatan; EMU=Ekosistem Mangrove
Utara; EMS=Ekosistem Mangrove Selatan; EKG=Ekosistem Karang Gosong
Tabel 5.28. Nilai IKL dan Tingkat Kepekaan di Pulau Pramuka.
No Ekosistem
Simbol Nilai IKL
Tingkat Kepekaan
1 Mangrove bagian
Utara EMU
45 Peka
2 Mangrove bagian
Selatan EMS
30 Peka
3 Lamun bagian Utara
ELU 75
Sangat Peka 4
Lamun bagian Selatan ELS
75 Sangat Peka
5 Karang Hidup bagian Utara
KHU 45
Peka 6
Karang Hidup bagian Selatan KHS
45 Peka
7 Karang Gosong Pulau Pramuka
Daerah Penangkapan Ikan EKG 24
Cukup Peka
Sumber: Hasil Analisis Data, 2012
24
cukup peka
ELU
ELS
EMS EMU
KHU
KHS EKG
75 75
45
45
45 30
peka peka
peka
peka sangat peka
sangat peka
5.4.
Perbandingan Antara IKL Dengan atau Tanpa Integrasi Valuasi Ekonomi
Sebagaimana disinggung pada Bab terdahulu bahwa Indeks Kepekaan Lingkungan IKL merupakan pendekatan secara sistematis yang mengkompilasi informasi mengenai
kepekaan pantai, sumberdaya biologi dan sumberdaya yang dimanfaatkan manusia NOAA 2001. Perbandingan antara IKL yang menerapkan valuasi ekonomi lebih ke arah
menambahkan, memperkuat dan menjadikan nilai ekonomi dari sumberdaya sebagai sebuah pertimbangan dalam penentuan kesensitifitasan suatu wilayah.
Sebagai contoh, bahwa ketika IKL wilayah pesisir berdasarkan NOAA 2001 untuk ekosistem mangrove adalah sangat peka klasifikasi 10D, disisi lain
berdasarkan parameter pilihan oleh Sloan adalah cukup peka, sedangkan dengan integrasi valuasi ekonomi yang dihasilkan pada penelitian ini dengan menggunakan
metoda modifikasi PKSPL-IPB 2009 hasilnya adalah peka. Sehingga penetapan tingkat sensitifitas berdasarkan preferensi masyarakat terhadap sumberdaya alam
tersebut dapat ditentukan dengan merubahnya ke dalam bentuk valuasi ekonomi. Perbandingan antara IKL yang di integrasikan dengan nilai ekonomi sumberdaya
secara sederhana dapat dilihat dari pengaruh preferensi masyarakat sekitar, perbedaan nilai, serta keterwakilan terhadap kondisi aktual suatu wilayah dari sisi sosial-ekonomi
Tabel 5.29. Tabel 5.29. Perbandingan Antara IKL Terintegrasi Valuasi Ekonomi dengan IKL
Tanpa Integrasi Valuasi Ekonomi IKL dengan Integrasi Valuasi
Ekonomi IKL Tanpa Integrasi Valuasi
Ekonomi Dipengaruhi oleh preferensi
masyarakat sekitar. Tidak dipengaruhi oleh
preferensi masyarakat. Kecenderungan tidak memiliki
nilai yang tetap untuk waktu dan tempat berbeda
Memiliki nilai yang sama dan tetap dengan metode benefit
transfer
Penerapan nilai ekonomi menggambarkan kondisi aktual
Penerapan nilai ekonomi belum menggambarkan kondisi aktual
Indeks Kepekaan Lingkungan
Dapat dijadikan dasar perhitungan kompensasi
apabila terjadi tumpahan minyak karena data yang
diperoleh adalah insitu Tidak dapat dijadikan dasar
perhitungan kompensasi apabila terjadi tumpahan
minyak karena bukan data insitu
6. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Penentuan nilai IKL yang terintegrasi dengan valuasi ekonomi merupakan modifikasi PKSPL-IPB 2009 berdasarkan NOAA 2001 dan Sloan 1993 dapat
menggambarkan kondisi indeks sosial ekonomi secara aktual di wilayah studi. Berdasarkan uraian dari bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut: 1. Wilayah ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil di Pulau Pramuka berdasarkan
karakteristik ekosistem dengan luasan masing-masingnya adalah 1 Ekosistem Mangrove yaitu EMU 3,74 Ha dan EMS 3,68 Ha; 2 Ekosistem Terumbu
Karang yaitu KHU 2,72 Ha dan KHS 0,80 Ha; 3 Ekosistem Lamun yaitu ELU 1,28 Ha dan ELS 0,85 Ha, sementara wilayah karang gosong EKG
yang dijadikan sebagai daerah aktifitas penangkapan ikan di sekitar pulau pramuka memiliki luas 125,36 Ha.
2. Nilai IKL masing-masingnya adalah EMU skor 45peka; EMS skor 30peka; KHU skor 45peka; KHS skor 45peka; ELU skor 75sangat peka; ELS
skor 75sangat peka; dan EKG skor 24cukup peka. 3. Nilai ekonomi total dari ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil di Pulau
Pramuka adalah: 1 Ekosistem Mangrove untuk EMU = Rp.11.747.918.974 dan EMS = Rp. 7.729.766.460; 2 Ekosistem Terumbu Karang untuk KHU = Rp.
110.216.425.580 dan KHS = Rp. 110.178.911.910; 3 Ekosistem Lamun untuk
ELU = Rp. 8.059.157.445 dan ELS = Rp. 8.059.217.031, sedangkan Ekosistem
Karang Gosong EKG yang merupakan daerah penangkapan ikan diperoleh
nilai ekonomi total yaitu Rp. 973.200.000. 6.2.
Saran
Beberapa saran dari penelitian ini adalah: 1. Disarankan pengelolaan Ekosistem Lamun, Terumbu Karang, dan Mangrove
dapat dilakukan dengan baik melalui monitoring, berdasarkan hasil penelitian ekosistem tersebut termasuk peka terhadap dampak aktivitas terutama apabila
terjadi tumpahan minyak.