Morinda citrifolia, ketapang Terminalia catappa, butun Baringtonia asiatica, sukun Artocarpus atilis, pandan laut Pandanus tectorius, sentigi Pemphis
acidula, dan cemara laut Casuarina equisetifolia. Di beberapa pulau juga ditemukan ekosistem mangrove yang di dominasi oleh
jenis-jenis Bakau Rhizophora sp., Api-api Avicenia sp., Tancang Bruguiera sp., Temu dan Prepat Sonneratia sp.. Potensi sumberdaya alam wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil secara khas adalah sebagai berikut:
2.1.1. Ekosistem Mangrove
Mangrove adalah suatu ekosistem di wilayah pesisir yang mempunyai produktivitas tinggi Murachman et al. 2000. Merupakan ekosistem pantai yang
selalu atau secara teratur tergenang air laut dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut tetapi tidak terpengaruhi oleh iklim.
Ekosistem mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh dan
berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur, berlempung atau berpasir, dimana daerahnya tergenang air laut secara berkala, baik setiap hari maupun yang
hanya tergenang pada saat pasang purnama, terlindung dari gelombang besar dan arus pasang surut yang kuat, air bersalinitas payau 2-12 permil hingga asin
mencapai 38 permil. Vegetasi ini dapat ditemukan di pantai-pantai teluk dangkal, estuaria, delta, dan daerah pantai yang terlindung Bengen 2001.
Ekosistem mangrove merupakan ekosistem yang unik, karena di dalam ekosistem mangrove terpadu dua tipe karakteristik ekosistem, yaitu karakteristik
ekosistem lautan dan daratan. Kondisi semacam ini mengakibatkan jenis biota yang hidup di habitat mangrove pun terdiri atas biota laut dan biota darat. Dari segi biota,
banyak penelitian membuktikan bahwa biota yang mendominasi ekosistem mangrove adalah biota laut Kusmana 1995.
Jenis-jenis pohon mangrove cenderung tumbuh dalam zona-zona atau jalur- jalur. Berdasarkan hal tersebut hutan mangrove dapat dibagi dalam beberapa zona,
yaitu : Sonneratia, Avicenia, Rhizophora, Brugulera, Cerlops dan Asosiasi Nypa. Pembagian zona tersebut mulai dari yang paling kuat pengaruh angin dan ombak,
yakni zona terdepan yang digenangi air berkadar garam yang tinggi dan ditumbuhi pohon pioneer misalnya Sonneratia sp dan di tanah lebih padat tumbuh Avicenia.
Menurut Balai Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Departemen Kehutanan dalam Aprilwati 2001 adalah :
1 Zona Avicennia Zona ini terletak paling luar dari hutan mangrove, memiliki tanah lumpur
agak lembek dan sedikit mengandung humus dengan kadar garam yang tinggi. Biasanya didominasi oleh Sonneratia spp, Avicennia spp, dan
kadang-kadang bercampur dengan Rhizophora spp. 2 Zona Rhizophora
Zona ini terletak di belakang zona Avicennia dengan tanah berlumpur lembek sebagian besar didominasi oleh jenis-jenis Rhizophora spp, kadang-kadang di
beberapa tempat berasosiasi dengan jenis Bruguiera spp. 3 Zona Brugulera
Zona ini terletak di belakang zona Rhizophora dengan tanah berlumpur agak keras. Pada zona ini sebagian besar ditumbuhi jenis Bruguiera spp, kadang-
kadang berasosiasi dengan jenis lain seperti Ceriops spp dan Lumitzera spp. 4 Zona Kering dan Nypa
Pada zona ini, salinitas air sangat rendah dan tanahnya keras serta kurang dipengaruhi oleh pasang surut. Sering dijumpai Nypa Fruticans, Deris sp dan
sebagainya. Menurut Odum dan Johannes 1975 dalam Supriharyono 2000, ada
beberapa fungsi dan manfaat penting hutan mangrove, diantaranya : 1 Kayunya dapat dipakai sebagai kayu bakar. Karena nilai kalorinya yang
tinggi, maka kayu mangrove dapat dipakai sebagai arang charcoal. Selain itu, beberapa jenis pohon mangrove tertentu mempunyai kualitas
kayu yang baik, sehingga dapat digunakan sebagai bahan untuk perumahan dan konstruksi kayu.
2 Kulit kayu merupakan sumber tannin yang biasa digunakan untuk penyamak kulit dan pengawet jala atau jaring ikan. Selain itu, tannin juga
merupakan sumber lem plywood dan beberapa zat warna. 3 Daunnya dapat digunakan sebagai makanan ternak. Beberapa daun dari
jenis-jenis tertentu digunakan sebagai obat tradisional, baik untuk manusia
ataupun ternak, bahkan ada pula yang digunakan sebagai pengganti untuk teh dan tembakau.
4 Bunga-bunganya merupakan sumber madu. 5 Buah-buahnya ada yang dapat dimakan, walaupun beberapa dari buah
tersebut ada yang beracun dan ada yang beracun juga untuk ikan. 6 Akar-akarnya efektif untuk perangkap sedimen, memperlambat kecepatan
arus, dan mencegah erosi pantai. 7 Tempat mencari makan dan berlindung bagi berbagai ikan dan hewan-
hewan air lainnya seperti kerang-kerangan terutama pada tingkat juvenile.
8 Hutan mangrove merupakan suatu penyangga antara komunitas daratan dan pesisir laut, misalnya antara terumbu karang dan lamun seagrass.
Manfaat dan nilai hutan mangrove tersebut dapat lebih dipahami dengan melakukan penggolongan terhadap fungsi yang dimilikinya Tribowo 1997, yaitu :
1 Fungsi fisik, menjaga garis pantai agar stabil, mencegah instrusi air laut, menyaring limbah serta menjaga keseimbangan iklim mikro pantai.
2 Fungsi biologi, menjadi tempat perkembangbiakan dan pengasuhan berbagai biota laut karena produktivitasnya tinggi.
3 Fungsi ekonomis produktif, berkaitan dengan pemanfaatan produk hutan mangrove yang bisa diperjualbelikan baik produk kayu kayu bakar,
arang, bahan bangunan, pulp, kertas maupun non-kayu obat-obatan, madu, ikan secara tradisional maupun intensif-modern.
Ekosistem mangrove dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan Tomascik et al
. 1997 yaitu : 1 Suhu tropis
Hutan mangrove yang berkembang baik hanya ditemukan di sepanjang pantai yang mempunyai rata-rata suhu minimum bulanan lebih besar dari
20
o
C dan perubahan suhu musiman tidak lebih dari 5
o
C. Rata-rata suhu minimum bulanan udara dan perairan di Indonesia lebih baik dari
persyaratan suhu yang sesuai untuk perkembangan mangrove.
2 Salinitas air tanah Salinitas air tanah adalah faktor penting yang memacu pertumbuhan,
tinggi, daya tahan, dan zonasi mangrove. Salinitas air tanah diatur oleh beberap faktor, yaitu : genangan air pasang, tipe tanah dan topografi,
kedalaman tanah yang kedap air, jumlah dan curah hujan musiman, masukan air tawar dan sungai, masukan ion garam dari daerah yang
berbatasan, dan evaporasi. Mangrove biasanya ada dan tumbuh di estuary yang mempunyai kisaran salinitas air tanah antara 10-30 ppt.
Kawaroe et al. 2001 menyatakan dampak yang diakibatkan oleh pemanfaatan ekosistem mangrove yang tidak terkendali adalah kerusakan ekosistem
mangrove karena terputusnya mata rantai kehidupan antara ekosistem mangrove dengan ekosistem lain maupun di dalam ekosistem itu sendiri. Keadaan ini secara
jelas akan mengurangi fungsi ekosistem tersebut dalam menunjang kehidupan biota air yang memanfaatkan keberadaan hutan mangrove tersebut sebagai tempat
pembiakan dan pembesaran spawning graound dan nursery ground serta tempat mencari makan feeding ground. Menurut Bengen 2002 menyatakan bahwa
identifikasi yang dapat dilakukan pada mangrove yaitu: a. Tingkat semai, adalah permudaan dari mulai kecambah hingga tinggi 1,5 meter.
b. Tingkat pancang, adalah permudaan dengan tinggi 1,5 m dan diameter 10 cm. c. Tingkat pohon, adalah tumbuhan berkayu berdiameter batang
≥ 10 cm.
2.1.2. Ekosistem Terumbu Karang