selang 0,0 - 100 ; selain itu juga diamati kerapatan karang serta bentuk dasar tanaman karang tersebut Tabel 4.7..
Tabel 4.7. Skor dan Penetapan Indeks Ekologi Ekosistem Terumbu Karang
Skor Persentase
Penutupan Karang Kerapatan
Karang Kelandaian
Karang Keberadaan Spesies
yang Dilindungi
1 0,00 – 10,90
Sangat rendah Tubir
Tidak ada 2
11,00 – 30,90 Rendah
Sangat curam -
3 31,00 –
50,90 Cukup Curam -
4 51,00 –
75,90 Tinggi Landai Ada
5 76,00 – 100,00
Sangat tinggi -
- Sumber: PKSPL-IPB 2009
c. Ekosistem Lamun
Penentuan nilai ekologi dan skoring yang dilakukan pada penelitian ini berdasarkan tiap kriteria ekosistem yang diamati. Untuk analisis indeks ekologi dari Ekosistem Lamun
mencakup kriteria persentase penutupan, kerapatan, dan jenis spesies. Metode penilaian terhadap nilai ekologi pada Ekosistem Lamun dilakukan berdasarkan hasil survei
lapangan dan wawancara yang dilakukan selama penelitian Tabel 4.8..
Tabel 4.8. Metode Penilaian Indeks Ekologi Ekosistem Lamun
No Kriteria Pengamatan
Metode Penilaian Indeks Ekologi
1 Persentase Penutupan
Transek Kuadrat 2
Karakteristik Pantai Survei Identifikasi Jenis
Tiap-tiap kriteria diberikan nilai skor untuk pengelompokan kelas yang selanjutnya akan dijadikan dasar sebagai penentu rangking dari ekosistem tiap pengamatan. Skoring
kriteria nilai ekologi padang lamun diperoleh dari data yang dikumpulkan pada proses survei 4.9.
Tabel 4.9. Kriteria indeks ekologi IE Ekosistem Lamun
Skor Karakteristik Pantai
Persen Penutupan
1 Pantai Berbatu
– 20
2 Pantai Berpasir
20 – 40 3
Terpapar oleh Pasang Surut 40 – 60
4 Terlindung dari Pasang Surut
60 – 80 5 Pantai
Berlumpur 80
– 100
Sumber : Sloan 1993
d. Daerah Penangkapan Ikan
Pengamatan pada daerah penangkapan ikan dilakukan dengan melihat kondisi penangkapan yang dilakukan oleh nelayan di wilayah studi. Kegiatan yang diamati
meliputi daerah penangkapan ikan, alat tangkap, dan armada penangkapan ikan. Metode penentuan indeks ekologi untuk daerah penangkapan ikan di wilayah
studi mencakup kriteria jenis spesies tangkapan. Adapun metode penilaian yang akan dilakukan selama penelitian adalah pengamatan visual dan hasil dari
wawancara dengan responden yang telah direncanakan Tabel 4.10. Tabel 4.10. Kriteria indeks ekologi daerah penangkapan ikan
Skor Jenis Ikan
1 Ikan demersal
2 - 3 Ikan
pelagis kecil
4 Ikan pelagis
besar 5
Moluska, udang, ikan yang dilindungi mamalia laut, lumba-lumba, paus, penyu, dll Sumber : Modifikasi Sloan 1993 dan NOAA 2001
Penetapan skoring menurut Sloan 1993 yang dimodifikasi menjelaskan bahwa untuk penetapan skoring jenis tangkapan berdasarkan kepada asal tempat
ikan tersebut diambil, apakah demersal atau pelagis.
4.5.1.3. Indeks Sosial-Ekonomi IS
Indeks sosial-ekonomi IS ekosistem mangrove, ekosistem terumbu karang, Ekosistem Lamun, dan daerah penagkapan ikan terdiri dari nilai sosial NS dan nilai
ekonomi NE. Perhitungan indeks sosial ekonomi IS ekosistem mangrove, terumbu karang, padang lamun dan daerah tangkapan ikan menurut PKSPL-IPB 2009 dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan: IS = Indeks sosial ekonomi ekosisetm dan daerah penangkapan ikan
NS = Nilai sosial ekosistem dan daerah penangkapan ikan NE = Nilai ekonomi ekosistem dan daerah penangkapan ikan
Selanjutnya dalam penentuan NS dan NE dari tiap-tiap ekosistem dapat dilakukan dengan pendekatan dari masing-masing tipe ekosistem atau kegiatan
tersebut. Penghitungan tersebut meliputi:
4.5.1.3.1. Nilai Sosial NS
Nilai sosial masing- masing ekosistem serta bentuk kegiatan yang ada di lokasi studi dapat diidentifikasi berdasarkan beberapa kriteria. Menurut PKSPL-IPB
2009 beberapa kriteria nilai sosial untuk ekosistem pesisir yaitu pengembangan area potensial wisata, daerah penangkapan ikan dan pemanfaatan lain seperti
pendidikan alam dan penelitian Tabel 4.11.
Tabel 4.11. Kriteria Nilai Sosial Untuk Pengamatan Masing-Masing Ekosistem
No. Parameter Pengamatan
Kriteria Skor
1 Pengembangan area potensial wisata
Sangat potensial Potensial
Cukup potensial Kurang potensial
Tidak potensial 5
4 3
2 1
2 Daerah penangkapan ikan
Sangat intensif Intensif
Cukup intensif Kurang intensif
Tidak intensif 5
4 3
2 1
3 Pemanfaatan lainnya
Sangat bermanfaat Bermanfaat
Cukup bermanfaat Kurang bermanfaat
Tidak bermanfaat 5
4 3
2 1
Sumber: PKSPL-IPB 2009
Ketiga parameter tersebut masing-masing memiliki kriteria dari: 1 tidak bermanfaat – sangat bermanfaat; 2 tidak intensif – sangat intensif; serta 3 tidak
potensial – sangat potensial. Penentuan skoring terhadap masing-masing kriteria ditentukan berdasarkan hasil wawancara terhadap responden mengenai potensi dan
manfaat dari masing-masing ekosistem terhapat parameter pengamatan yang ditentukan.
Berbeda halnya terhadap daerah penangkapan ikan yang dilakukan di wilayah studi. Dimana kategori penentuan nilai sosial diperoleh dari 1 biaya ekstraksi
untuk kegiatan perikanan tangkap; 2 biaya produksi untuk perikanan budidaya; serta 3 pemilihan alat tangkap Tabel 4.12
Tabel 4.12. Kriteria Nilai Sosial Untuk Daerah Penangkapan Ikan
Skor Biaya ekstraksi
ikan tangkapan Biaya produksi
budidaya Pemilihan alat tangkap
1 Sangat Mahal
Sangat Mahal Sangat Selektif
2 Mahal Mahal
Selektif 3
Cukup Mahal Cukup Mahal
Cukup Selektif 4 Murah
Murah Kurang
Selektif 5
Sangat Murah Sangat Murah
Tidak Selektif Sumber: PKSPL-IPB 2009
Skor nilai sosial dari masing-masing ekosistem dan daerah penangkapan ikan dilokasi pengamatan yang diperoleh kemudian dipadukan dengan menggunakan
teknik agregasi rataan geometrik sebagai berikut untuk memperoleh Nilai Sosial sebagaimana yang dijelaskan oleh Sloan 1993 sebagai berikut:
Keterangan : NSj
= Nilai sosial lokasi j Sji
= Skor nilai sosial kriteria i di lokasi j
4.5.1.3.2. Nilai Ekonomi NE
Nilai ekonomi masing-masing ekosistem serta daerah penangkapan ikan yang ada di lokasi studi diidentifikasi berdasarkan nilai valuasi ekonomi. Valuasi
ekonomi masing- masing ekosistem serta daerah penangkapan ikan yang ada di lokasi studi diperoleh berdasarkan perhitungan valuasi ekonomi yang didalamnya
terdapat beberapa kriteria penilaian nilai ekonomi berdasarkan jenis manfaat yang dihitung, antara lain nilai manfaat langsung Direct Use Value, nilai manfaat tidak
langsung Indirect Use Value, nilai manfaat pilihan Option Value, dan nilai manfaat keberadaan Existence Value.
Nilai ekonomi dari masing-masing ekosistem dan kegiatan dilokasi pengamatan dapat dihitung dengan menggunakan teknik agregasi rataan geometrik yang dinyatakan
oleh Sloan 1993 sebagai berikut:
Keterangan : NEj
= Nilai ekonomi pada lokasi j Ej
= Skor nilai ekonomi kriteria i di lokasi j Dalam perhitungan nilai ekonomi sebelumnya dibutuhkan penetapan dan penentuan
skor. Menurut Sloan 1993 penetapan skor dapat dilakukan dengan menentukan skor ekonomi melalui rumus sebagai berikut:
Dimana : NE
= Nilai ekonomi ekosistem dan daerah penangkapan ikan lokasi –i NE max
= Nilai ekonomi maksimum ekosistem dan daerah penangkapan ikan yang terobservasi.
1 Ekosistem Mangrove
Daya dukung lingkungan dibagi atas dua yaitu daya dukung ekologis dan daya dukung ekonomi Praseryawati 2001. Dalam analisis ekonomi suatu sumberdaya yang
kompleks seperti mangrove, harus diatasi keterkaitan antara ekonomi dan lingkungan. Keterkaitan ini sangat penting karena lingkungan alam juga merupakan unsur penting dari
pertumbuhan ekonomi. Selanjutnya setelah di dapat nilai dari masing-masing manfaat akan dibuat penetapan skor sesuai dengan yang di tetapkan oleh Sloan 1993. Penilaian
ekonomi ekosistem mangrove dapat dilihat pada Tabel 4.13.
Tabel 4.13. Metode Penentuan Nilai Ekonomi Ekosistem Mangrove
No Jenis Manfaat
Metode Penilaian Nilai Ekonomi
1 Manfaat Langsung
KuesionerWawancaraEOP 2
Manfaat Tidak Langsung Data Sekunder
3 Manfaat Pilihan
Data Sekunder 4 Manfaat
Keberadaan Contingent Valuation Methode
CVM Sumber: PKSPL-IPB 2009
2 Ekosistem Terumbu Karang
Kegiatan eksploitasi terumbu karang yang selama ini terjadi tidak memperhitungkan seluruh manfaat ekonomi dan ekologis dari fungsi-fungsi yang
terkandung dalam ekosistem tersebut. Sehingga keberadaannya di alam menjadi rusak bahkan punah. Selanjutnya setelah di dapat nilai dari masing-masing manfaat
akan dibuat penetapan skor sesuai dengan yang di tetapkan oleh Sloan 1993. Penilaian ekonomi terhadap ekosistem terumbu karang di wilayah studi disajikan
pada Tabel 4.14.
Tabel 4.14. Metode Penentuan Nilai Ekonomi Ekosistem Terumbu Karang
No Jenis Manfaat
Metode Penilaian Indeks Ekonomi
1 Manfaat Langsung
KuesionerWawancaraEOP 2
Manfaat Tidak Langsung Travel Cost Method
TCM 3 Manfaat
Pilihan Data
Sekunder 4 Manfaat
Keberadaan Contingent Value Method
CVM Sumber: PKSPL-IPB 2009
3 Ekosistem Lamun
Ekosistem Lamun memiliki peran cukup penting dari sisi ekologis, yaitu berperan sebagai pelindung atau tempat kehidupan berbagai organisme di perairan
pesisir, sehingga keberadaannya di alam tergolong cukup penting bagi kehidupan organisme lain. Selanjutnya setelah di dapat nilai dari masing-masing manfaat akan
dibuat penetapan skor sesuai dengan yang di tetapkan oleh Sloan 1993. Penilaian ekonomi terhadap Ekosistem Lamun di wilayah studi disajikan pada Tabel 4.15.
Tabel 4.15. Metode Penentuan Nilai Ekonomi Ekosistem Lamun
No Jenis Manfaat
Metode Penilaian Indeks Ekonomi
1 Manfaat Langsung
KuesionerWawancaraEOP 2
Manfaat Tidak Langsung KuesionerWawancara
3 Manfaat Pilihan
Data Sekunder
4 Manfaat Keberadaan
Contingent Value Method CVM
Sumber: PKSPL-IPB 2009
4 Daerah Penangkapan Ikan
Nilai ekonomi untuk daerah penangkapan ikan ditentukan berdasarkan volume tangkapan maupun budidaya. Dalam pengkajian ini, penentuan volume tangkapan
dapat di identifikasi dengan melihat jumlah hasil tangkapan ikan volume tangkapan yang diperoleh nelayan Pulau Pramuka dalam sekali melaut dan
memperbandingkan dengan hasil tangkapan ikan volume tangkapan dengan daerah yang merupakan satu lokasi perairan dengan Pulau Pramuka yaitu Perairan Utara
Jawa Tabel 4.16.
Tabel 4.16. Metode Penentuan Nilai Ekonomi Daerah Penangkapan Ikan
No Lokasi Penagkapan Ikan
Metode Penilaian Indeks Ekonomi
1 Kepulauan Seribu P.Pramuka
SurveiWawancara 2 Banten
Data Sekunder
3 DKI Jakarta
Data Sekunder 4
Jawa Barat Data Sekunder
5 Jawa Tengah
Data Sekunder 6
Jawa Timur Data Sekunder
Sumber: PKSPL-IPB 2009
Selanjutnya setelah diperoleh nilai dari masing-masing lokasi penangkapan ikan, maka akan dibuat penetapan skor sesuai dengan yang di tetapkan oleh Sloan
1993.
4.5.1.3.3. Nilai Ekonomi Total
Secara keseluruhan konsep yang digunakan dalam mengukur nilai ekosistem suatu sumberdaya, dalam hal ini ekosistem mangrove, terumbu karang, padang
lamun dan daerah penangkapan ikan adalah konsep Nilai Ekonomi Total Total Economic Value
. Konsep ini menjumlahkan seluruh nilai dari barang dan jasa yang terdapat dalam suatu lingkungan sumberdaya. Secara umum, Nilai Ekonomi Total
NET yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari nilai pakai use value dan bukan nilai pakai non-use value.
Teknik valuasi ekonomi terbagi atas pendekatan langsung dan tidak langsung direct and indirect approaches. Didalam menghitung nilai ekonomi total umumnya
menggunakan beberapa metode sesuai dengan peruntukan masing-masing.
Menurut Adrianto et al. 2007 menyatakan bahwa nilai ekonomi total terdiri dari dua nilai yaitu nilai pakai use value dan bukan nilai pakai non use value,
secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
TEV = UV + NUV = DUV + IUV + OV + XV +BV
Dimana : TEV
= Total Economic Value UV =
Use value NUV
= Non Use Value DUV =
Direct Use Value IUV
= Indirect Use Value OV = Option Value
XV = Existence Value
BV = Bequest Value
1 Metode Contingent Valuation Methods CVM
Pendekatan langsung dilakukan melalui survei dan percobaan seperti metode Contingent Valuation
CV. Metode ini menggunakan metode wawancara dan pengisian kuesioner dengan masyarakat terhadap perubahan lingkungan yang
diusulkan. Pendekatan tidak langsung dilakukan melalui penggalian informasi tidak langsung, yaitu melalui pengamatan transaksi barang dan jasa di pasar Adrianto et
al. 2007.
Menurut FAO 2000, pendekatan langsung direct use value dengan penilaian berdasarkan preferensi Contingent Valuation Method adalah sebuah
metode yang digunakan untuk melihat atau mengukur seberapa besar nilai suatu barang berdasarkan estimasi seseorang. CVM juga dapat diumpamakan sebagai
suatu pendekatan untuk mengetahui seberapa besar nilai yang diberikan seseorang untuk memperoleh suatu barang willingness to pay, WTP dan seberapa besar nilai
yang diinginkan untuk melepaskan suatu barang willingness to accept, WTA. Valuasi ekonomi sumberdaya pesisir dan laut dengan menggunakan teknik
CVM mendasarkan pada survei untuk menduga persepsi populasi terhadap nilai manfaat atau biaya sumberdaya. Dengan demikian data yang diperlukan adalah data
primer dengan menggunakan teknik kuesioner sebagai alat utama survei. Data sekunder diperlukan untuk mengetahui sebaran populasi dan karakteristiknya
sebagai penduga ukuran contoh dan metode pengambilan contohnya. Operasional dalam melakukan pendekatan CVM dilakukan lima tahap
kegiatan atau proses. Tahap tersebut dapat dikategorikan sebagai berikut : a
Membuat hipotesis pasar terhadap ekosistem yang diamati. Caranya adalah dengan membuat suatu kuesioner yang berisi informasi lengkap kondisi
ekosistem yang diamati, manfaat ekosistem, dan perkiraan nilai dari satu hektar luasan ekosistem yang baik kualitasnya. Kuesioner ini diberikan kepada
responden yang terdiri dari nelayan dan masyarakat sekitar. b
Mendapatkan nilai lelang bids, dilakukan dengan mewawancarai langsung responden dengan bantuan kuesioner, untuk memperoleh nilai maksimum
keinginan membayar WTP responden terhapad ekosistem. c
Menghitung rataan WTP dan WTA. Nilai ini dihitung berdasarkan hasil nilai lelang bids yang diperoleh pada tahap 2. Perhitungan didasarkan pada nilai
mean rata-rata dan nilai median nilai tengah.
d Meregresikan nilai WTP sebagai variabel tidak bebas dependent variabel
dengan beberapa variabel bebas, yaitu pendapatan I, pendidikan E, dan umur A. Secara matematis dituliskan sebagai :
Wi = ƒ I, E, A
Persamaan diatas secara lebih eksplisit dituliskan dalam fungsi logaritma sehingga dapat diestimasi dengan metode regresi biasa, sebagai berikut :
Ln Wi = α0 + α1 ln I + α2 ln E + α3 ln A + ℮
Dimana : i
: Indeks responden W :
Variabel WTP
I : Variabel pendapatan
E : Variabel pendidikan
A : Variabel umur
e Mengagregatkan data, degan cara mengagregatkan rataan nilai lelang yang
diperoleh pada tahap 3. Proses ini melibatkan konversi dari rataan sampel ke rataan populasi secara keseluruhan.
2 Metode Biaya Perjalanan Travel Cost Method TCM
Teknik valuasi ekonomi dengan menggunakan pendekatan tidak langsung indirect use value dilakukan dengan penilaian berdasarkan preferensi metode biaya
perjalanan Travel Cost Method. Metode biaya perjalanan TCM merupakan metode yang biasa digunakan untuk memperkirakan nilai rekreasi recreational
value dari suatu lokasi atau objek. Metode ini merupakan metode pengukuran
secara tidak langsung terhadap barang atau jasa yang tidak dimiliki nilai pasar non market good or service
. Teknik ini mengasumsikan bahwa pengunjung pada suatu
tempat wisata menimbulkan atau mengganggu biaya ekonomi, dalam bentuk pengeluaran perjalanan dan waktu untuk mengunjungi suatu tempat Lipton DW et
al . 1995 dalam PKSPL-IPB 2007.
Tujuan melakukan TCM adalah untuk menghitung nilai ekonomi suatu kawasan wisata melalui estimasi rata-rata permintaan terhadap kunjungan wisata di
lokasi tersebut. Fungsi permintaan terhadap kunjungan wisata sebagai berikut :
V = ƒ TC, S
Dimana : V
: Jumlah kunungan TC
: Biaya perjalanan pada suatu lokasi wisata S
: Vektor biaya perjalanan pada lokasi wisata alternatif Perhitungan TCM dalam penelitian ini dilakukan atas fungsi permintaan
kunjungan wisata secara individual. fungsi logaritma dari kunjungan wisata secara individual sebagai berikut :
Ln V
i
= β
– β
1
ln TC
i
+ β
2
ln Y
i
+ β
3
ln S
i
Dimana : V
i
: Trip kunjungan individu ke-i TC
i
: Biaya perjalanan individu ke-i Y
i
: Pendapatan individu ke-i S
i
: Biaya perjalanan ke lokasi wisata substitusi yang dikeluarkan oleh individu ke-i
Data yang dikumpulkan dalam TCM antara lain adalah biaya perjalanan, jumlah kunjungan, data demografi, lokasi wisata alternatif faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan atas kunjungan wisata. Faktor yang mempengaruhi antara adalah: pendapatan rumah tangga household income, umur dan pendidikan.
3 Pengaruh Faktor Produksi Effect on Production
Pendekatan untuk menduga nilai ekosistem pesisir berdasarkan fungsinya terhadap produktivitas perikanan dikenal sebagai pendekatan effect on production
EOP. Barton 1994 mengkategorikan beberapa jenis teknik EOP, yaitu: A. Pendekatan Pendapatan income approach
B. Pendekatan Biaya Sewa residual rent approach Berikut adalah cara perhitungan dari pendekatan pengaruh faktor produksi
a Membangun fungsi permintaan terhadap penggunaan suatu sumberdaya b Mentransformasi fungsi permintaan menjadi bentuk persamaan harga
linear
c Mentransformasi kembali fungsi permintaan menjadi bentuk persamaan asal langkah 1.
d Mentransformasi fungsi permintaan menjadi bentuk persamaan harga non- linear.
e Mengestimasi total kesediaan membayar, dan f Mengestimasi surplus konsumen
Beberapa prinsip EOP adalah 1 perubahan kualitas lingkungan, perubahan produktivitas dan biaya produksi, perubahan harga dan output, dapat dilihat
dinilai; 2 kualitas lingkungan sebagai faktor produksi serta 3 nilainya merupakan nilai langsung, untuk estimasi tidak langsung fungsi ekosistem menggunakan
ecological quantitatif analysis EQA. Sehingga dengan metoda EOP ini dapat menduga manfaat langsung maupun tidak langsung yang ditimbulkan sebagai akibat
dari aktifitas produksi perikanan.
4.6. Batasan Penelitian