Pengamatan ekosistem mangrove dilakukan dengan membuat transek kuadrat berukuran 10 x 10 m. data yang diambil pada pengamatan ekosistem mangrove yaitu
dengan melihat jenis mangrove yang berada di dalam transek kuadrat serta jenis perakarannya, kemudian dilakukan perhitungan kerapatan dengan menghitung
jumlah individu yang terdapat pada pembagian tansek yang berukuran 5 x 5 m.
4.4.3. Metode Pengamatan Ekosistem Terumbu Karang
Pengamatan pada terumbu karang dilakukan pada setiap ekosistem terumbu karang yang berada di wilayah studi. Pengamatan ini dilakukan di sepanjang lokasi
studi dengan penentuan lokasi yang diambil mewakili setiap ekosistem terumbu karang yang ada di wilayah studi. Pengamatan ekosistem terumbu karang dilakukan
dengan : 1 Snorkling di area terumbu karang yang menjadi titik pengamatan.
2 Pencatatan kondisi ekosistem terumbu karang pada setiap pengamatan. 3 Menentukan posisi geografis koordinat dari pengamatan terumbu
karang. Metode pengamatan terumbu karang yang dilakukan pada penelitian ini adalah
dengan menggunakan metode Manta Tow Rogers et al, 2001. Metode Manta Tow adalah suatu teknik pengamatan terumbu karang dengan cara pengamatan di
belakang perahu kecil bermesin dengan menggunakan tali sebagai penghubung antara perahu dengan pengamat Gambar 4.1.
Gambar 4.1. Teknik Pengamatan Manta Tow Rodgers, 2001 Dengan kecepatan perahu yang tetap 1,50 knot dan melintasi di atas terumbu
karang dengan lama tarikan 2 menit, pengamatan akan melihat beberapa objek terlintas serta menilai persentase penutupan karang hidup dan karang mati.
Data yang teramati dicatat pada tabel data dengan menggunakan nilai kategori atau dengan nilai persentase bilangan bulat. Untuk tambahan informasi yang
menunjang pengamatan ini, dapat pula diamati dengan dicatat persen penutupan pasir dan patahan karang serta objek lain yang terlihat dalam lintasan pengamatan.
4.4.4. Metode Pengamatan Ekosistem Lamun
Pengamatan ekosistem lamun yang dilakukan dengan mengamati kondisi lamun yang terdapat di wilayah studi. Pengamatan kondisi lamun dilakukan dengan
menggunakan metode observasi langsung pada tiap perwakilan kondisi lamun padat, sedang, rusak. Data lamun yang diambil dengan antara lain persentase
penutupan, kerapatan, jenis lamun, dan jenis substrat. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan transek garis dengan posisi sejajar satu sama lain. Pada tiap transek
garis ditempatkan sebuah transek kuadrat dengan ukuran 50 x 50 cm yang disekat menjadi 25 bagian dengan ukuran masing-masing petak 10 x 10 cm Gambar 4.1..
Jarak antara transek kuadrat diseragamkan dan disesuaikan dengan luas padang lamun yan diamati.
Gambar 4.2. Transek Pengambilan Contoh Lamun Dalam tiap transek kuadrat yang telah ditempatkan, dilihat jenis dan
kerapatannya. Kerapatan diketahui dengan menghitung jumlah tegakan lamun per spesies yang sama. Selain kerapatan, dihitung pula persentase penutupan lamun pada
tiap transek kuadrat. Identifikasi jenis lamun berpedoman pada CRC Reef Research Center 2004 serta McKenzie and Yoshida 2009. Sedangkan penentuan persentase
penutupan lamun mengacu pada kelas dominansi yang dikembangkan Saito dan Atobe 1970 in English et al. 1994. Kelas dominansi tersaji dalam Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Kelas Dominansi Penutupan Ekosistem Lamun
Kelas Jumlah Substrat yang
Tertutup Persentase
Penutupan Substrat Titi Tengah
Persentase
5 ½ hingga
semua 50,00-100,00 75
4 ¼ hingga
½ 25,00-50,00
37,50 3
⅛ hingga ¼ 12,50-25,00
18,75 2
1 16
hingga ⅛ 6,25-12,50 9,38
1
1 16
6,25 3,13
0 Absent Sumber : Saito dan Atobe 1970 in English et al. 1994
4.5. Metode Analisis