persen terserap sektor pertambangan, dan sektor perdagangan menyerap 18,7 persen.
Potensi SDM perikanan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung berjumlah 42.453 orang nelayan pembudidaya ikan atau 5,24 dari penduduk sejumlah
1.060.965 jiwa 252.365 Jiwa atau 26,20 dari jumlah penduduk Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung berpenghidupan dari usaha perikanan. Dari 278 Kelurahandesa di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
sebanyak 121 Kelurahandesa diantaranya merupakan desa pantai yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian di sektor Kelautan dan Perikanan seperti
nelayan, pembudidaya ikan, pedagang ikan dan home industry perikanan .
5.4 Pendidikan, Agama dan Sosial Budaya
Tempat peribadatan agama di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ada sebanyak 730 mesjid, 454 mushola, 115 langgar, 48 gereja protestan, 30 gereja
katholik, 48 vihara dan 11 centiya. Pada pemberangkatan haji tahun 2007 jumlah jemaah haji yang terdaftar dan diberangkatkan ke tanah suci sebanyak 1.012
jemaah.
5.5 Keragaan Perekonomian Bidang Kelautan
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa Provinsi Bangka Belitung adalah provinsi kepulauan yang notabane-nya perekonomian yang ada
sebagian besar dipengaruhi oleh sumberdaya kelautan. Hal ini dibuktikan dengan besarnya kontribusi bidang kelautan terhadap PDRB Babel yang berkisar rata-rata
48 dari total PDRB. Secara lebih rinci kontribusi bidang kelautan dapat dilihat dalam Lampiran 1.
5.5.1 Keragaan Sektor Perikanan
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagai Provinsi yang ke-31 memiliki sumberdaya kelautan dan perikanan yang melimpah, baik dari segi
kuantitas maupun diversitas, terutama sumberdaya perikanan. Potensi sumber daya perikanan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung diperkirakan mencapai
1.185.000 tonthn dengan estimasi nilai ekonomi Rp.19,6 trilyun per tahun dan ini
belum dimanfaatkan secara optimal untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran penduduknya.
Dengan keunggulan komparatif yang dimiliki seperti sumber daya perikanan tersebut di atas, didukung dengan letak geografis yang sangat strategis,
yaitu terletak pada jalur pelayaran nasional maupun internasional dan ketersediaan tenaga kerja, serta adanya peningkatan permintaan komoditas perikanan dunia,
maka peluang pengembangan sektor kelautan dan perikanan menjadi sangat penting. Untuk memanfaatkan potensi sumber daya kelautan dan perikanan
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung agar dapat bermanfaat bagi kesejahteraan penduduk pada khususnya, dan negara kesatuan Republik Indonesia perlu
ditangani secara khusus dengan kegiatan yang terencana, terarah dan terpadu serta berkesinambungan.dari berbagai instansi.
a Potensi Sumberdaya Perikanan
Potensi sumberdaya kelautan dan perikanan di perairan Laut Cina Selatan sejumlah 1.210.662. tontahun, terdiri dari ikan demersal 656.000 tontahun, ikan
pelagis kecil 513.000 tontahun, ikan karang 27.565 tontahun, cumi-cumi 2.697 tontahun, udang penaid dan lobster 11.400 tontahun.
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagai Provinsi yang ke-31 memiliki sumberdaya kelautan dan perikanan yang melimpah, baik dari segi kuantitas
maupun diversitas, terutama sumberdaya perikanan. Potensi sumber daya perikanan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung diperkirakan mencapai 1.185.000
tontahun dengan estimasi nilai ekonomi Rp.19,6 trilyun per tahun dan ini belum dimanfaatkan secara optimal untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran
penduduknya. Dengan keunggulan komparatif yang dimiliki seperti sumber daya perikanan
tersebut di atas, didukung dengan letak geografis yang sangat strategis, yaitu terletak pada jalur pelayaran nasional maupun internasional dan ketersediaan
tenaga kerja, serta adanya peningkatan permintaan komoditas perikanan dunia, maka peluang pengembangan sektor kelautan dan perikanan menjadi sangat
penting. Jumlah potensi produksi sumberdaya perikanan tangkap yang dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat Bangka Belitung diperkirakan mencapai 499.500
tontahun dengan nilai ekonominya dengan perhitungan harga rata ikan Rp. 5.000kg sebesar Rp. 2.497,5 milyartahun.
Potensi lahan budidaya laut di perairan Bangka Belitung diperkirakan mencapai 120.000 ha. Dengan asumsi produksi rata-rata sebesar 50 tonhatahun
atau 10 dari produksi budidaya laut di Norwegia yang mencapai 500 tonhatahun dan potensi yang efektif digunakan sebagai lahan budidaya 10
atau sekitar 12.000 ha, maka potensi volume produksi yang dapat dihasilkan dari usaha budidaya laut mencapai 600.000 tontahun. Bila harga rata-rata hasil
budidaya adalah Rp.125.000,00kg, maka nilai ekonominya mencapai Rp.75.000 000.000.000,00 tahun. Uraian potensi sumberdaya perikanan Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung ini terdapat pada Tabel 6.
Tabel 6. Potensi Produksi dan Nilai Ekonomi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
No. Uraian
Luas Areal Potensi Produksi
Ton Nilai Ekonomi
Rp. 1000 1.
2. Perikanan Tangkap
a. Perairan Teritorial
b. Perairan kantong
ZEE Perikanan Budidaya
a. Budidaya air laut
b. Budidaya air payau
c. Budidaya air tawar
65.301Km
2
-
120.000 Ha 250.000 Ha
1.602 Ha
499.500
282.100 217.400
1.316.000th
1.200.000th 100.000th
16.000th
2.497.500.000 1.410.500.000
1.087.000.000
17.160.000.000 12.000.000.000
5.000.000.000 160.000.000
Jumlah -
1.815.500 19.657.500.000
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bangka Belitung 2006 Dengan panjang pantai 1.200 km, maka potensi lahan untuk budidaya
tambak mencapai 250.000 ha. Dengan asumsi untuk menjaga keseimbangan lingkungan lahan yang dimanfaatkan 100.000 ha dan target produksi rata-rata
1.000 kg udang winduhatahun, maka volume produksi udang windu yang dapat dihasilkan dari usaha budidaya adalah 100.000 tontahun atau nilai ekonominya
mencapai Rp. 5.000.000.000.000 tahun bila harga rata-rata udang Rp. 50.000,00kg.
Selain budidaya laut dan budidaya air payau, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung juga memiliki potensi lahan untuk pengembangan budidaya air tawar
seperti kolong bekas penambangan timah, perairan umum sungai dan rawa dan
kolam air tawar yang luasnya mencapai 1.602 ha. Potensi produksi yang dapat dihasilkan dari budidaya air tawar sebesar 16.000 ton tahun dengan nilai Rp.
160.000.000.000,00 tahun.
b Produksi Perikanan Tangkap
Sebagaimana potensi perikanan tangkap yang cukup besar yang dimiliki oleh Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, maka nilai produksi perikanan di
provinsi ini seharusnya juga relatif besar. Akan tetapi potensi tersebut belum sepenuhnya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat Babel terutama oleh nelayan asli
daerah tersebut. Hal ini disebabkan karena banyak nelayan dari luar daerah Babel yang melakukan aktivitas penangkapan ikan di perairan Bangka Belitung. Kondisi
ini diperparah dengan masih terbatasnya kemampuan nelayan lokal dalam melakukan penangkapan karena masih memiliki alat tangkap dan perahu yang
relatif sederhana. Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa jumlah dan nilai produksi
perikanan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung masih berada dibawah potensi ekonomi yang dimilikinya. Jika potensi ekonomi perikanan tangkap pertahun
adalah 499.500 ton, maka jumlah produksi rata-ratanya hanya berkisar 128.830,82 ton atau sebesar 26 saja yang baru termanfaatkan. Begitu juga dengan nilai
ekonomi perikanan tangkap sebesar Rp. 1.165.480.652.000 dengan potensi Rp. 2.497.500.000, maka yang baru teroptimalkan berdasarkan nilai ekonominya
hanya berkisar 41 saja.
Tabel 7. Produksi Perikanan Tangkap Tahun 2001-2007 Tahun Jumlah
ton Nilai
Rp.1000 2001
127.865,80 691.558.555,00
2002 136.525,96
768.420.542,23 2003
143.896,99 782.561.531,95
2004 123.205,81
1.233.784.823,15 2005
119.845,44 1.209.033.426,94
2006 127.274,15
1.165.480.652,00 2007
123.201,61 1.388.102.989,46
Rata-rata 128.830,82
1.034.134.645,82 Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bangka Belitung 2008
Jumlah produksi perikanan tangkap di Provinsi Babel relatif stabil. Namun, jika diperhatikan dengan lebih rinci, telah terjadi penurunan sedikit demi
sedikit dari tahun ke tahun. Penurunan produksi perikanan tangkap mulai terjadi sejak tahun 2004 dimana pada tahun sebelumnya jumlah produksi 143.896,99 ton
menjadi 123.205,81. Penurunan tersebut terus berlangsung pada tahun-tahun berikutnya walaupun terjadi kenaikan sedikit pada periode selanjutnya.
Jika dibandingkan dengan nilai produksi, maka yang terjadi adalah peningkatan nilai setiap tahunnya. Dari tahun 2001 hingga 2007, peningkatan
yang terjadi relatif signifikan yakni lebih dari 50. Terjadinya peningkatan nilai produksi ini disebabkan harga ikan yang meningkat setiap tahunnya sebagai
akibat terjadinya inflasi dan pengaruh permintaan ikan yang semakin meningkat. Secara umum, perikanan tangkap di Babel terbagi dalam empat jenis ikan.
Pengelompokan jenis ikan ini terbagi ke dalam ikan, crustacea, molusca dan binatang air. Tabel 8 menunjukkan jumlah produksi perikanan tangkap
berdasarkan jenisnya. Terihat bahwa telah terjadi penurunan produksi pada setiap jenis ikannya. Jumlah produksi dari setiap spesies pada masing-masing kelompok
ikan secara lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 2.
Tabel 8. Jumlah Produksi Perikanan Tangkap Berdasarkan Jenis Satuan: Ton
Tahun Ikan
Crustacea Molusca
Binatang Air 2001
114.342,30 1.790,00
1.724,50 307,70 2002
122.548,95 1.800,21
1.764,29 319,04 2003
128.699,92 2.002,37
1.929,12 353,82 2004
120.178,98 859,79
2.134,03 33,01 2005
98.114,32 9.580,97
12.131,94 18,21 2006
104.481,65 9.875,28
12.648,68 268,54 2007
99.469,40 10.080,64
13.383,03 268,54 Rata-rata
112.547,93 5.141,32
6.530,80 224,12 Persentasi
79,93 8,10
10,75 0,22 Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bangka Belitung 2008
Sebagian besar proporsi perikanan tangkap berasal dari kelompok ikan dengan jumlah rata-rata 112.547,93 ton atau sebesar 79,93 persen dari total
keseluruhan. Jumlah terbanyak kedua berasal dari kelompok molusca atau jenis
kerang-kerangan dengan jumlah 6.530,80 ton atau 10,75. Selanjutnya ditempati oleh crustacea atau jenis udang-udangan berjumlah 5.141,32 ton dengan proporsi
8,1. Dan yang paling sedikit berasal dari jenis binatang air dengan jumlah 224,12 ton atau hanya menyumbang 0,22 persen dari total produksi.
Jumlah produksi perikanan tangkap di Bangka Belitung semakin menurun dari tahun ke tahun. Pada Gambar 8 terlihat bahwa pada awa tahun 2001, produksi
meningkat hingga tahun 2003. Akan tetapi sejak tahun 2004 hingga 2007 produksi menjadi turun dan sedikit mengalami fluktuasi.
Gambar 8. Grafik Jumlah Produksi Perikanan Tangkap
Salah satu yang menjadi penyebab terjadinya penurunan produksi perikanan tangkap adalah berkurangnya jumlah nelayan dari tahun ke tahun.
Penurunan ini disebabkan banyak terjadinya alih profesi nelayan menjadi pekerja penambangan timah di pesisir. Atau banyak nelayan yang mengurangi jumlah
tripnya atau menjadikan profesi nelayan hanya sebagai pekerja tambahan saja dari yang sebelumnya adalah pekerjaan utamanya.
Secara umum, nelayan di Babel dapat dikategorikan ke dalam tiga kategori yaitu nelayan penuh, nelayan sambilan utama dan nelayan sambilan tambahan.
Nelayan penuh yaitu nelayan yang seluruh waktu kerjanya digunakan untuk
melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikanbinatang air lainnyatanaman air. Nelayan sambilan utama yaitu nelayan yang sebagian besar waktu kerjanya
digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikanbinatang air lainnyatanaman air. Di samping melakukan pekerjaan penangkapan, nelayan
kategori ini dapat pula mempunyai pekerjaan lain. Yang dimaksud dengan nelayan sambilan tambahan yaitu nelayan yang sebagian kecil waktu kerjanya
digunakan untuk melakukan pekerjaan penangkapan ikan. Berdasarkan Tabel 9 penurunan jumlah yang paling besar terjadi pada
kategori nelayan penuh. Pada kategori nelayan ini telah terjadi penurunan sebesar 32,29 dalam rentang waktu 2001 hingga 2007. Pada dua kategori nelayan
lainnya yaitu nelayan sambilan utama dan sambilan tambahan terjadi peningkatan yang sangat besar yaitu masing-masing 74,20 dan 288,76. Akan tetapi secara
keseluruhan telah terjadi penurunan jumlah nelayan sebesar 8,48 Tabel 9. Jumlah Nelayan Menurut Kategori Nelayan Tahun 2001-2007
Satuan:Orang Tahun
Nelayan Penuh Sambilan Utama Sambilan Tambahan
Jumlah 2001 36.288
7.375 854
44.517 2002 41.140
8.364 969
50.473 2003 42.826
8.686 1.006
52.518 2004 29.437
4.485 2.722
36.644 2005 34.570
4.426 2.263
41.259 2006 28.325
10.962 3.166
42.453 2007 24.575
12.847 3.320
40.742 Kenaikan
Rata-rata -32,29
74,20 288,76
-8,48 Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bangka Belitung 2008
Secara umum, jumlah nelayan mengalami penurunan yang cukup besar. Berdasarkan Gambar 9 terlihat bahwa penurunan jumlah nelayan terjadi sejak
tahun 2004. Terjadinya hal tersebut karena pada tahun itu terjadi peningkatan jumlah perusahaan penambangan timah yang beroperasi di sungai, pesisir dan
lautan yang sering disebut oleh masyarakat dengan TI apung.
Gambar 9. Grafik Jumlah Nelayan pada Masing-Masing Kategori
Rumah Tangga Perikanan RTP menurut besarnya usaha yang dilakukan dalam perikanan tangkap dilihat dari jenis perahu yang digunakan . RTP adalah
rumah tangga yang melakukan kegiatan penangkapan ikanbinatang air lainnyatanaman air dengan tujuan sebagianseluruh hasilnya untuk dijual. Di
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung jenis RTP terbagi dalam empat jenis yaitu: 1 Yang tidak menggunakan perahu.
2Yang menggunakan perahu tanpa motor, terbagi dalam a.
Jukung; b. Perahu papan :
• Kecil perahu yang terbesar panjangnya kurang dari 7 m; • Sedang perahu yang terbesar panjangnya dari 7 sampai 10 m;
• Besar perahu yang terbesar panjangnya 10 m atau lebih;
3Yang menggunakan perahu motor tempel; 4Yang menggunakan kapal motor.
Berdasarkan Tabel 10 jumlah RTP terjadi kenaikan dan penurunan jumlah pada jenis-jenis RTP tertentu. Secara umum terjadi peningkatan rata-rata pada
setiap jenis RTP. Penurunan jumlah RTP yang cukup besar terjadi pada jenis RTP perahu tanpa motor sebesar 32,78. Sedangkan pada perahu motor tempel
meningkat drastis dengan kenaikan rata-rata tahun 2001-2007 sebesar 156,49.
Hal ini menunjukkan bahwa nelayan di Babel semakin mengalami proses moderenisasi atau peningkatan pada armada penangkapannya.
Tabel 10. Rumah Tangga Perikanan Menurut Besarnya Usaha Tahun 2001-2007 Satuan: Unit
Jenis RTP Tahun
Kenaikan Rata-rata 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2001-2007 2006-2007
Tanpa perahu -
3486 4351
4003 4736
- 16.8467019
Perahu tanpa motor 1026
1230 2079
2779 2154
2079 1373
33.8206628 -32.77623
Perahu motor
tempel 1156 1208 1705 2561 1807 1705 2965 156.487889 73.9002933 Kapal motor
3232 3445
8868 4852
5029 8868
7846 142.759901
-11.524583 Total 5414
5883 12652
13678 13341
16655 16920
212.523088 1.59111378
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bangka Belitung 2008
Semakin meningkatnya proses moderenisasi armada penangkapan nelayan di Babel ditunjukkan dengan peningkatan jumlah perahu yang menggunakan
mesin. Pada Lampiran 3 ditunjukkan bahwa jumlah perahu kapal perikanan tangkap dengan kategori perahu tanpa motor semakin mengalami penurunan
sekitar 50. Sedangkan perahu dengan menggunakan motor sebagai alat penggeraknya semakin mengalami peningkatan. Perbandingan jumlah RTP atau
perusahaan perikanan di Provinsi Babel dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Perbandingan Grafik RTP Perusahaan Perikanan
Walaupun secara umum terjadi peningkatan pada armada penangkapan ikan, peningkatan jumlah hasil tangkapan tidak sepenuhnya terjadi. Pada beberapa jenis
alat tangkap tertentu terjadi penurunan hasil tangkapan dari tahun ke tahun. Contohnya pada alat tangkap pancing rata-rata terjadi penurunan lebih dari 60
dalam kurun waktu 2001 hingga 2007. Jumlah produksi perikanan tangkap di laut menurut jenis alat penangkapan ikan di Provinsi Bangka Belitung secara rinci
dapat dilihat pada Lampiran 4.
c Kebijakan Pembangunan Sektor Perikanan
Pembangunan sektor perikanan di Bangka Belitung harus dilaksanakan secara serius oleh pemerintah. Pembangunan hendaknya dilaksanakan dengan
baik agar mampu mencapai tujuan pembangunan yang diinginkan. Tujuan pembangunan sektor perikanan yang harus dicapai antara lain:
a. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan
b. Meningkatnya produksi hasil perikanan
c. Meningkatnya ekspor hasil perikanan
d. Terpenuhinya kebutuhan konsumsi ikan
e. Terpeliharanyaterjaganya kelestarian sumberdaya dan lingkungan
f. Tersedianya lapangan kerja dan kesempatan berusaha
Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang diwaliki oleh Dinas Kelautan dan Perikanannya telah melaksanakan beberapa kebijakan
pengengelolaan terhadap pembangunan sektor perikanan. Beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan DKP Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah :
a. Merumuskan kebijaksanaan teknis di sektor kelautan dan perikanan
b. Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait
c. Memberikan pelayanan perizinan dan pelayanan umum
d. Pelayanan umum lintas kabupatenkota di bidang kelautan dan perikanan
e. Melaksanakan pembinaan terhadap dinas kabupatenkota
f. Melaksanakan pembinaan terhadap UPTD Provinsi
Dalam rangka peningkatan produksi perikanan dan perbaikan kesejahteraan nelayan, DKP telah melaksanakan beberapa program yang dimaksudkan untuk
menjamin tercapainya tujuan tersebut. Beberapa program kerja yang telah dilaksanakan antara lain:
1. Program pemberdayaan masyarakat dalam pengawasan dan pengendalian sumberdaya kelautan. Program ini dilaksanakan melalui beberapa kegiatan
yaitu: a.
Peningkatan Sarana Penunjang Kelompok Masyarakat Pengawas POKMASWAS Kelautan dan Perikanan.
b.Rapat Koordinasi Teknis Kelautan dan Perikanan. 2. Program peningkatan kesadaran dan penegakan hukum dalam pendayagunaan
sumberdaya laut. Program ini dilaksanakan dengan memberi bantuan operasional kapal patroli.
3. Program peningkatan kegiatan budaya kelautan dan wawasan maritim kepada masyarakat, yaitu dengan mengadakan Gelar Hari Nusantara.
4. Program pengembangan budidaya perikanan. Beberapa kegiatan yang pernah dilaksanakan antara lain:
a. Peningkatan Produksi Ikan Konsumsi Masyarakat PROKSIMAS Prov.
Kep. Babel b.
Operasional Balai Benih Ikan Sentral BBIS c.
Pengembangan Sarana dan Prasarana Balai Benih Ikan Sentral BBIS d.
Operasional Balai Benih Ikan Pantai BBIP e.
Operasional Balai Benih Udang BBU 5. Pengembangan perikanan tangkap dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan
sebagai berikut: a. Bimbingan teknis aplikasi dalam upaya peningkatan teknik penangkapan
b. Pengembangan aplikasi teknologi dan sarana perikanan tangkap c. Pembangunan pabrik es pendukung pengembangan perikanan tangkap
d. Operasional Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu hasil Perikanan LPPMHP
6. Program optimalisasi pengelolaan dan pemasaran produksi perikanan. Program ini dilaksanakan dengan mengadakan beberapa kegiatan yakni:
a. Pameran; bazar tingkat provinsi; nasional dan luar negeri
b. Penyusunan Raperda Retribusi Pengujian Mutu Hasil Perikanan
c. Pembangunan Etalase Kelautan dan Perikanan
d. Penyusunan Raperda Retribusi Pungutan Budidaya Air Tawar, Payau dan
Laut e.
Penyusunan Raperda Retribusi Perizinan Usaha Penangkapan Ikan f.
Penyusunan Raperda UPTD 7. Program pengembangan kawasan budidaya laut; air payau dan air tawar.
Pengembangan kawasan budidaya ini dilaksanakan melalui: a.
Kajian kawasan budidaya laut; air payau dan air tawar b.
Pengembangan dan pembinaan budidaya rumput laut c.
Bimbingan teknis budidaya air tawar, air laut, dan air payau Selain program-program kerja tersebut, Dinas Kelautan dan Perikanan
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki sebuah kebijakan unggulan yang merupakan sebuah paket kebijakan. Kebijakan ini adalah sebuah kebijakan yang
berskala nasional dan dilaksanakan berdasarkan instruksi dan pengawasan langsung dari pusat. Kebijakan yang dicanangkan ini adalah ” Etalase Kelautan”.
Etalase Kelautan adalah suatu kawasan dengan sekumpulan model-model pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan yang berkelanjutan dengan
keragaman sumberdaya, sistem pemanfaatan, sistem kelembagaan, secara optimal dan bijak yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah serta
meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Maksud dari etalase kelautan adalah menampilkan konsepsi perencanaan,
berdasarkan rumusan data dan informasi yang telah dikompilasi sehingga menghasilkan skenario dan kebijakan serta terciptanya model pengelolaan bidang
kelautan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Dan tujuan ditetapkan Babel sebagai etalase kelautan adalah:
1. Menarik perhatian dan dukungan stakeholder dalam rangka mewujudkan
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagai Etalase Kelautan dan Perikanan di Kawasan Barat Indonesia.
2. Mendorong terwujudnya pengelolaan kelautan terpadu.
3. Bahan referensi bagi upaya penggalangan dana.
Jadi pada dasarnya kebijakan etalase kelautan merupakan sebuah paket kebijakan pembangunan kelautan dan perikanan di Provinsi Bangka Belitung.
Melalui kebijakan ini diharapkan wilayah ini mampu menjadi sentral bagi pengembangan bidang kelautan. Oleh karena itu, pembangunan yang dilakukan
pada semua aspek pembangunan yaitu sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya buatan manusia man made serta sumber daya sosial dan
kelembagaan. Kerangka kerja Etalase Kelautan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dijelaskan secara jelas pada Gambar 11.
Gambar 11. Kerangka Kerja Kebijakan Etalase Kelautan Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Babel 2008
Untuk mencapai tujuan kebijakan ini, maka pembangunan dilaksanakan dengan menfokuskan pada beberapa program kerja. Kebijakan ini meliputi
beberapa bidang pembangunan yang ingin dicapai. Beberapa konsentrasi pembangunan yang akan dilakukan dalam etalase kelautan adalah peningkatan
pembangunan pada: 1. Perikanan tangkap
2. Perikanan budidaya mutiara dan rumput-laut
3. Pelabuhan perikanan tangkap dan budidaya 4. Pusat bisnis perikanan TPIPPI, pengolahan, bursa komoditi, dan lain-lain
5. Pusat informasi ITinternet services provider 6. Pusat wisata fishing, diving, marine tourism
7. Stocking port perikanan, cpo, crude oil 8. Pusdiklat SDM kelautan dan perikanan
9. Pusat penelitian kelautan dan perikanan 10. Kegiatan pendukung lainnya.
Dengan program-program pembangunan tersebut, maka diharapkan akan dihasilkan beberapa model pengembangan yang akan menjadi guidline
pemerintah Babel dalam pelaksanaan kebijakan Etalase Kelautan. Beberapa model pengembangan yang dicanangkan adalah sebagai berikut:
1. Model Pengembangan Perikanan Tangkap
2. Model Pelabuhan Perikanan
3. Model Pengembangan Budidaya
4. Model Konservasi dan Wisata Bahari
5. Model Pengembangan SDM
6. Model Pengembangan Desa Nelayan
7. Model Pengembangan Pelabuhan Cargo
8. Model Pengembangan Industri Maritim
9. Model Pengembangan Kota Pantai
10. Model Pengembangan Pulau-pulau Kecil
Hasil yang diharapkan melalui model pengembangan ini pada akhirnya akan benar-benar mampu menjadikan bidang kelautan sebagai prime mover bagi
perekonomian daerah. Sehingga Provinsi Bangka Belitung akan mampu menjadi role model bagi daerah lainnya dalam pemanfaatan sumberdaya kelautan secara
berkelanjutan.
5.5.2 Keragaan Sektor Pertambangan Laut a Keragaan Pertambangan Timah
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah wilayah yang memiliki kekayaan bahan tambang yang sangat besar, khususnya bahan tambang timah.
Berdasarkan data geologi Bangka Belitung, hampir di semua wilayah baik di darat maupun di laut mempunyai cadangan timah yang dikenal dengan istilah World’s
Tin Belt Sabuk Timah Dunia. Hal inilah yang menjadikan Babel sebagai pengekspor timah terbesar di wilayah Indonesia. Indonesia memasok lebih kurang
100.000 mttahun atau lebih kurang 40 konsumsi timah dunia. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memasok 95.000 mttahun atau setara 38 dari
konsumsi timah dunia dan 95 kebutuhan timah Indonesia dipasok dari provinsi ini.
Penambangan timah di Babel telah dilakukan sejak lama yaitu penambangan timah di Pulau Bangka dimulai tahun 1710 dan Pulau Belitung
tahun 1851. Pada awalnya bijih timah dijual kepada pedagang yang datang dari Portugis, Spanyol dan Belanda. Tahun 1720 penambangan timah dilakukan oleh
pengusaha Belanda yang tergabung oleh VOC. Saat ini penambangan timah dilakukan oleh PT. Tambang Timah BUMN, PT. Koba Tin PMA dan
perusahaan pertambangan lainnya swasta. Masing-masing perusahaan tersebut melakukan ekspoitasi penambangan
timah pada Kuasa Penambangan KP yang telah ditentukan. Secara keseluruhan, luas KP yang diijinkan oleh pemerintah untuk dieksploitasi berjumlah
5 5
3 3
2 2
. .
3 3
2 2
4 4
, ,
8 8
4 4
h h
e e
k k
t t
a a
r r
. .
T T
o o
t t
a a
l l
d d
a a
r r
i i
j j
u u
m m
l l
a a
h h
t t
e e
r r
s s
e e
b b
u u
t t
m m
a a
s s
i i
n n
g g
- -
m m
a a
s s
i i
n n
g g
d d
i i
b b
e e
r r
i i
k k
a a
n n
k k
e e
p p
a a
d d
a a
t t
i i
g g
a a
p p
e e
r r
u u
s s
a a
h h
a a
a a
n n
y y
a a
i i
t t
u u
PT. Tambang Timah seluas 4
4 7
7 3
3 .
. 8
8 ,
, 6
6 h
h e
e k
k t
t a
a r
r a
a t
t a
a u
u 8
8 9
9 , PT.
Koba Tin seluas 4
4 1
1 .
. 6
6 8
8 ,
, 3
3 h
h e
e k
k t
t a
a r
r atau 7,83 dan perusahaan pertambangan lainnya swasta seluas
1 1
6 6
. .
8 8
4 4
4 4
, ,
4 4
8 8
h h
e e
k k
t t
a a
r r
a a
t t
a a
u u
3 3
, ,
1 1
6 6
4 4
. Luas KP untuk penambangan timah di Babel dapat dilihat pada Tabel 11. Perusahaan
pertambangan swasta lainnya yang beroperasi di Bangka Belitung dapat dilihat pada Lampiran 5.
Tabel 11. Luas KK Eksploitasi Di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung N
N o
o P
P e
e r
r u
u s
s a
a h
h a
a a
a n
n H
H e
e k
k t
t a
a r
r P
P e
e r
r s
s e
e n
n t
t a
a s
s e
e 1
1 .
. P
P T
T .
. T
T a
a m
m b
b a
a n
n g
g T
T i
i m
m a
a h
h B
B U
U M
M N
N 4
4 7
7 3
3 .
. 8
8 ,
, 6
6 8
8 9
9 ,
, 2
2 .
. P
P T
T .
. K
K o
o b
b a
a T
T i
i n
n P
P M
M A
A 4
4 1
1 .
. 6
6 8
8 ,
, 3
3 7
7 ,
, 8
8 3
3 3
3 .
. P
P e
e r
r u
u s
s a
a h
h a
a a
a n
n P
P e
e r
r t
t a
a m
m b
b a
a n
n g
g a
a n
n L
L a
a i
i n
n n
n y
y a
a S
S w
w a
a s
s t
t a
a 1
1 6
6 .
. 8
8 4
4 4
4 ,
, 4
4 8
8 3
3 ,
, 1
1 6
6 4
4 J
J u
u m
m l
l a
a h
h 5
5 3
3 2
2 .
. 3
3 2
2 4
4 ,
, 8
8 4
4 1
1 Sumber: Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Kepulauan Babel, 2008
Secara umum, perekonomian di Bangka Belitung masing sangat tergantung pada sektor pertambangan timah. Hampir sebagian besar pendapatan
daerah provinsi ini ditopang dari pemasukan hasil ekspor timah ke luar negeri. Bahkan bisa dikatakan bahwa pembangunan infrasturktur di Babel di sumbang
oleh sektor ini. Pada tahun 2007, nilai ekspor timah Bangka Belitung mencapai 11 triliun rupiah dengan penerimaan negara sebesar Rp. 342.104.247.000,- dan
penerimaan provinsi sebesar Rp. 55.376.679.520,- serta Penerimaan KabupatenKota sebesar Rp. 218.946.718.080,-. Penerimaan pemerintah dari
ekspor timah ini dapat dilihat lebih rinci pada Lampiran 6.
Tabel 12. Jumlah Produksi Logam Timah di Provinsi Babel Tahun
Logam Timah Metrik Ton Perubahan Persen
1999 36.934,43
- 2000
42.109,31 12
2001 45.053,31
7 2002
61.431,10 27
2003 60.096,34
-2 2004
54.182,08 -11
2005 58.453,70
7 2006
118.555,26 51
2007 86.304,52
-37 2008
88.146,79 2
Rata-rata 65.126,68
6 Sumber: BPS, 2008
Jumlah produksi logam timah di Babel sangatlah besar. Rata-rata produksi pertahunnya adalah sekitar 65.126,68 metrik ton. Perubahan produksi dari tahun
1999 hingga 2008 relatif meningkat dengan rata-rata 6 persen pertahun. Jumlah produksi logan timah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dapat dilihat pada
Tabel 12. Berdasarkan Gambar 12 dapat dilihat secara umum produksi logam timah
mengalami peningkatan. Peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2006. Akan tetapi sejak tahun 2007, produksi timah mengalami penurunan yang cukup besar.
Hal ini disebabkan jumlah stok timah di Babel yang sudah semakin berkurang sehingga produktivitas usaha ini semakin menurun.
Gambar 12. Produksi Logam Timah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Fenomena semakin
menurunnya produksi pertambangan timah ini
memaksa Pemerintah Daerah untuk mencari solusinya. Untuk saat ini Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sedang berusaha mendorong pengembangan
industri hilir di bidang pertimahan. Hal ini disebabkan ekspor timah ke luar negeri lebih banyak mengandalkan ekspor bahan mentah raw material sehingga nilai
tambah yang diperoleh sangat sedikit. Industri hilir di bidang pertimahan yang akan dikembangkan adalah solder, tin plat, bahan pelapis untuk industri
otomotif dan elektronik dan bahan kimia timah untuk industri kimia.
b Keragaan Pertambangan dan Penggalian Lainnya
Potensi bahan tambang di Bangka Belitung tidak hanya dari timah. Akan tetapi masih banyak potensi bahan galian lainnya yang dapat dimanfaatkan
sebagai potensi perekonomian daerah. Bahan tambang yang biasa juga disebut bahan galian C ini tersebar hampir diseluruh wilayah di kabupaten dan kota di
provinsi ini. Letak dan potensi bahan galian C dan tambang di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung selengkapnya disajikan pada Lampiran 8. Setidaknya masih ada
8 jenis bahan galian lainnya yang dapat dimanfaatkan yaitu: pasir kuarsa, granit, diabas, bijih besi, pasir bangunan dan kaolin. Besarnya potensi dari masing-
masing jenis bahan galian tersebut dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Jenis Potensi Bahan Galian No Jenis
Bahan Galian
Potensi 1
Pasir Kuarsa 266.657.500 Ton
3 Granit 13.262.500.000
m
3
4 Diabas 89.000.000
m3 5
Bijih Besi 1.658.785,25 Ton
7 Pasir Bangunan
321.900.000 ton 8 Kaolin
224.300.000 ton
Sumber: Dinas Pertambangan dan Energi Babel, 2008
a. Pasir Kuarsa
Luas sebaran pasir kuarsa di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung diperkirakan mencapai 4.143,68 Ha dengan ketebalan yang sangat bervariasi
antara 2-6 meter sehingga potensi cadangannya untuk wilayah Pulau Bangka mencapai 252.500.000 Ton, sedangkan untuk wilayah Pulau Belitung mencapai
14.157.500 Ton. Lokasi penambangan pasir kuarsa yang memiliki potensi yang besar dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Potensi Pasir Kuarsa No
Lokasi Kecamatan
Potensi Ton 1
Sijuk Sijuk
12.500.000 2
Keleka Usang Tg. Pandan
870.000 3
Tg. Binga Tg. Pandan
187.500 4
Tg. Batu, Penyu Membalong
150.000 5
Kampung Baru Tg. Pandan
75.000 6
Tg. Empangl Jebut Tg. Pandan
37.500 Sumber: Dinas Pertambangan dan Energi Babel, 2008
Agar nilai tambah yang diperoleh lebih besar, maka pemerintah harus mengembangkan industri hilirnya juga. Industri hilir pasir kuarsa yang dapat
dikembangkan adalah : Industri gelaskaca, industri perminyakan sebagai gravel packages sand, campuran lumpur untuk penambangan minyak bumi, pabrik
semen, bata tahan api, pengecoran logam, bahan baku pembuatan tegel, mozaik keramik, bahan baku fero silicon, silikon carbida, ampelas, pasir filter, glass
wool, sand blasting.
b. Kaolin
Endapan kaolin di Propisi Kepulauan Bangka Belitung dijumpai pada beberapa tempat di antaranya di daerah Badau, Dendang, Manggar, Membalong,
Kelapa Kampit, dan wilayah lainnya. Kaolin ini berwarna putih, berbutir halus, lunak, dan lengket apabila basah, sebagian bersifat pasiran. Potensi kaolin Babel
dapat dilihat pada Tabel 15. Industri hilir kaolin yang dapat dikembangkan :industri keramik, kosmetik, kertas, industri farmasi, cat, pelapis coaster, pengisi
filler barang tahan api , isolator, sabun, karet dan pasta gigi.
Tabel 15. Potensi Kaolin No
Lokasi Kecamatan
Komoditi Status
Potensi Ton 1 Badau
Badau Kaolin
Hipotetis 7.510.817
2 Pangkalalang Dendang
Kaolin Hipotetis
4.268.000 3 Air Pajah
Manggar Kaolin
Hipotetis 1.879.000
4 Belitung Barat Membalong Kaolin
Hipotetis 111.246
5 Air Seru Kelapa Kampit
Kaolin Hipotetis
12.383 Jumlah
13.781.446 Sumber: Dinas Pertambangan dan Energi Babel, 2008
c. Batu Besi