asumsi kegiatan penangkapannya menggunakan jaring pada ikan pelagis kecil dan bubu pada ikan demersal. Alasan diambilnya kedua jenis alat tangkap ini
disebabkan dampak kerugian ekonomi yang paling besar sebagai akibat penambangan timah dirasakan oleh nelayan yang menggunakan alat tangkap
tersebut. Jumlah nelayan yang menggunakan jaring yang diwawancara sebanyak 65 orang, dan nelayan yang menggunakan bubu sebanyak 40 orang.
Penentuan sampel untuk analisis MPE menggunakan purposive sampling, dalam pengumpulan data responden diberikan informasi yang rinci oleh peneliti.
Responden adalah pakar yang memiliki kapasitas dalam mengambil keputusan pembangunan. Metode purposive sampling ini menentukan para pakar yang
dijadikan responden dalam menentukan bobot nilai dari kriteria kebijakan pembangunan
4.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang dipergunakan dalam penelitian ini diperoleh dari data primer dan sekunder. Pengambilan data primer meliputi stuktur biaya dari usaha
penangkapan ikan dan pola usaha perikanan dan wilayah tangkapan yang diperoleh dengan metode wawancara kepada nelayan. Wawancara dilakukan
dengan dipandu kuesioner. Data yang diperlukan: 1.
Data biaya operasional penangkapan ikan yang terdiri dari biaya bahan bakar minyak, oli, es balokbungkus, konsumsi makanan dan rokok
selama melaut. 2.
Data biaya pemeliharaan alat tangkap dan kapalperahu penangkap ikan 3.
Data harga ikan dan penghasilan per trip dari kapal dan alat tangkap yang digunakan.
Data sekunder dalam penelitian ini digunakan berupa data urut waktu time series
yang meliputi data landing produksi dan input yang digunakan effort
, harga per unit yaitu data yang diperoleh dari pengamatan pihak lain, yaitu harga ikan per kilogram per tahun dan indek harga konsumen consumers price
index. Untuk Tabel I-O, diperoleh data dari Badan Pusat Statistik BPS Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung. Selain itu, diperlukan juga data time series dari masing-masing sektor kelautan untuk melakukan update ke tahun 2007.
4.4 Metode Analisis Data 4.4.1 Analisis Bioekonomi Sumberdaya Perikanan
Dalam penilaian sumberdaya perikanan, hal terpenting yang perlu diketahui adalah nilai estimasi tangkapan lestari dari stok ikan, yang idealnya
dilakukan pada setiap spesies ikan. Untuk mengetahui nilai estimasi tangkapan lestari dapat diketahui dengan lebih dahulu mengetahui produktivitas dari stok
ikan yang biasanya diestimasi dengan model kuantitatif. Produktivitas stok ikan dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor biologi, iklim, maupun
aktifitas manusia yang menyebabkan turunnya kualitas perairan pencemaran, perusakan ekosistem pesisir serta pemutusan mata rantai makanan.
Dalam penelitian ini, untuk menganalisis stok ikan digunakan model surplus produksi. Model ini mengasumsikan stok ikan sebagai penjumlahan
biomas dengan persamaan :
t t
h X
F t
X −
= ∂
∂
.................................................................... 4.1
Dimana : F X
t
= Laju pertumbuhan alami h
t
= Laju penangkapan Ada dua bentuk model fungsional yang menggambarkan stok biomas,
yaitu bentuk logistik dan bentuk Gompertz, namun yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk logistik, yaitu :
t t
t
h K
X rX
t X
− −
= ∂
∂ 1
…………………………………….. 4.2
Dimana : r = Tingkat pertumbuhan intrinsik intrinsic growth rate
K = Daya Dukung lingkungan carrying capacity
Selanjutnya diasumsikan bahwa laju penangkapan linear terhadap biomas dan effort ditulis sebagai berikut :
t t
t
X qE
h =
……………………………………………. 4.3
Dimana q adalah koefisien kemampuan daya tangkap catchability coefficient
dan E
t
adalah upaya tangkap. Dengan mengasumsikan kondisi keseimbangan equilibrium maka kurva tangkapan lestari yield-effort curve dari
fungsi tersebut diatas dapat ditulis sebagai berikut :
2 2
E r
K q
qKE h
t t
⎟⎟ ⎠
⎞ ⎜⎜
⎝ ⎛
− =
…………………………………….. 4.4
Estimasi parameter r, K dan q untuk persamaan yield-effort dari model logistik di atas menggunakan teknik non-linear. Dengan menuliskan
t t
t
E h
U =
persamaan 4.4 dapat ditransformasikan menjadi persamaan linear, sehingga model regresi biasa dapat digunakan untuk mengestimasi parameter biologi dari
fungsi diatas. Teknik estimasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik estimasi parameter yang dikembangkan oleh Gordon-Schaefer 1957 dengan
persamaan : E
r K
q Kq
E H
⎟⎟ ⎠
⎞ ⎜⎜
⎝ ⎛
− =
2
…………………………………………………. 4.5 Dengan meregresikan hasil tangkapan per unit effort, yang disimbolkan dengan
U pada periode t+1, akan diperoleh koefisien r, q dan K secara terpisah. Selanjutnya disederhanakan persamaan 4.5 dapat diestimasi dengan OLS
melalui :
E U
β α
− =
………………………………………………….……… 4.6 Dimana :
E H
U =
………………………………….………………………… 4.7
Kq =
α ………………………………………………………. 4.8
r Kq
2
= β
………………………………………………. 4.9 Nilai parameter r. q dan K kemudian disubsitusikan kedalam persamaan 4.4
untuk memperoleh tingkat pemanfaatan lestari antar waktu. Dengan mengetahui koefisien ini, maka manfaat ekonomi dari ekstraksi sumberdaya ikan ditulis
menjadi :
4 Kr
q r
2
⎟⎟ ⎠
⎞ ⎜⎜
⎝ ⎛
− ⎟⎟
⎠ ⎞
⎜⎜ ⎝
⎛ +
Kpq c
Kpq c
rK 1
1 4
⎟ ⎠
⎞ ⎜
⎝ ⎛ −
⎟⎟ ⎠
⎞ ⎜⎜
⎝ ⎛
− K
x rx
qx c
p 1
2 K
cE E
r q
pqKE −
⎟ ⎠
⎞ ⎜
⎝ ⎛ −
= 1
π ....................................................................
4.10 Memaksimalkan persamaan diatas terhadap effort E akan menghasilkan :
⎟⎟ ⎠
⎞ ⎜⎜
⎝ ⎛
− =
pqK c
q r
E 1
2 …………………………………………… 4.11
Dengan tingkat panen optimal sebesar : ⎟⎟
⎠ ⎞
⎜⎜ ⎝
⎛ −
⎟⎟ ⎠
⎞ ⎜⎜
⎝ ⎛
+ =
pqK c
pqK c
rK H
1 1
4 …………………………………………… 4.12
Kemudian dengan mensubsitusikan kedua hasil perhitungan optimasi tersebut ke dalam persamaan 4.10, maka akan diperoleh manfaat ekonomi yang optimal.
Persamaan perhitungan bioekonomi yang dilakukan pada berdasarkan beberapa kondisi pengelolaan. Formula perhitungan statik bioekonomi
sumberdaya ikan pelagis kecil dan ikan demersal lebih rinci disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Formula Perhitungan Bioekonomi Parameter Kondisi
Pengelolaan MSY MEY
Open Access Biomass x,ton
Tangkapan h,ton
Effort E,trip
Rente ,Rp
- Sumber: Fauzi 2004
⎟⎟ ⎠
⎞ ⎜⎜
⎝ ⎛
− q
r c
Kr p
2 4
⎟⎟ ⎠
⎞ ⎜⎜
⎝ ⎛
− Kpq
c q
r 1
2 ⎟⎟
⎠ ⎞
⎜⎜ ⎝
⎛ +
Kpq c
K 1
2 pq
c
⎟⎟ ⎠
⎞ ⎜⎜
⎝ ⎛
− Kpq
c pq
rc 1
⎟⎟ ⎠
⎞ ⎜⎜
⎝ ⎛
− Kpq
c q
r 1
Pada perhitungan bioekonomi secara dinamik pada sumberdaya ikan pelagis kecil dan demersal aspek pengelolaan bersifat intertemporal dengan
memasukkan discount rate δ dalam perhitungan. Dalam Fauzi 2004 persamaan
perhitungan secara optimal ini adalah:
………………………………………………. 4.13
……………………………………………………… 4.14
……………………………………………………………………… 4.15
Langkah-Langkah dalam Pemodelan Bioekonomi
Untuk melakukan pemodelan bioekonomi ada beberapa langkah yang perlu dilakukan Fauzi dan Anna, 2005 :
1. Menyusun data produksi dan upaya effort dalam bentuk urut waktu
series , minimal 15 tahun yang lalu. Jika menyangkut multigear multispecies,
terlebih dahulu harus dipisahkan menurut jenis alat tangkap dan produksi tersebut diusahakan merupakan target spesies dari alat tangkap yang
dianalisis. 2.
Melakukan standarisasi alat tangkap. Langka ini diperlukan karena ada variasi atau keragaman dari kekuatan alat tangkap.
3. Melakukan pendugaan terhadap parameter biologi dengan teknik
Ordinary Least Square OLS.
4. Melakukan estimasi parameter ekonomi berupa harga per kg atau per ton
dan biaya memanen per trip atau per hari melaut, sebaliknya diukur dalam ukuran riil disesuaikan dengan indeks harga konsumen jadi harga nominal
pada periode tp
nt
, misalnya, bisa di konversi dengan harga riil p
rt
berdasarkan formula berikut : 100
X IHK
p p
t nt
rt
⎟⎟ ⎠
⎞ ⎜⎜
⎝ ⎛
= ………………………………………………… 4.16
Biaya riil yang dikeluarkan diperoleh melalui penyesuaian dengan inflasi berdasarkan formula:
⎥ ⎥
⎦ ⎤
⎢ ⎢
⎣ ⎡
+ ⎟⎟
⎠ ⎞
⎜⎜ ⎝
⎛ −
+ +
⎟⎟ ⎠
⎞ ⎜⎜
⎝ ⎛
− +
=
•
Kpqr c
r Kpq
c r
Kpq c
K x
δ δ
δ 8
1 1
4
2
⎟⎟ ⎠
⎞ ⎜⎜
⎝ ⎛
− =
=
• •
•
K x
rx h
x F
1
• •
•
= qx
h E
100 inf
X lasi
c c
t nt
rt
⎟⎟ ⎠
⎞ ⎜⎜
⎝ ⎛
= ………………………………………………… 4.17
5. Melakukan perhitungan nilai optimal berdasarkan formula yang sudah
ditetapkan. Langka ini dapat dilakukan dengan software EXCELL maupun MAPLE yang memudahkan repetisi untuk analisis sensitivitas maupun untuk
keperluan pembuatan grafik. Melakukan analisis kontras dengan data riil untuk melihat sejauh mana hasil
pemodelan bisa diterima sesuai data riil yang ada. Salah satu keterbatasan dari model bioekonomi diatas adalah bahwa
depresiasi sumberdaya perikanan hanya dilihat perubahan rente ekonomi yang diakibatkan oleh kegiatan penangkapan ikan, sementara pencemaran yang
dihasikan oleh kegiatan non-produksi pertambangan tidak dimasukan dalam model. Dalam penelitian ini mencoba memasukkan variabel ekstraksi
penambangan timah dalam model bioekonomi dengan fungsí persamaan sebagai berikut:
2 2
2 2
E r
q T
qE E
r q
E qK
h
T
− =
− =
α ………………………… 4.18
Dimana adalah pengaruh penambangan timah terhadap pertumbuhan biomas.
Persamaan 4.18 diasumsikan bahwa produksi timah berpengaruh pada daya dukung lingkungan perairan. Dalam model ini tidak memperhitungkan
pengaruh langsung pencemaran kekeruhan air akibat TSS Total Suspended Solid
, kandungan BOD, COD, perubahan suhu dan salinitas air laut.
4.4.2 Analisis Depresiasi Sumberdaya
Menurut Fauzi dan Anna 2005 terdapat beberapa tahapan dalam melakukan perhitungan depresiasi sumberdaya alam. Tahapan pertama dalam
menyusun panduan teknis penyusunan analisis deplesi, degradasi dan depresiasi adalah menyusun tahapan umum analisis. Tahapan ini meliputi bagian data,
indikator data, analisis data dan output dari analisis, yaitu berupa ukuran deplesi, degradasi dan depresiasi. Dalam tahapan ini juga dilakukan feed back loop untuk
mengantisipasi adanya kemungkinan adanya hubungan sebab akibat antara satu
variabel dengan variabel lainnya. Tahapan analisis depresiasi ini dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Kerangka Analisis Depresiasi Sumberdaya Sumber: Fauzi dan Anna 2005
Bagian data yang diukur untuk menghitung depresiasi terbagi atas tiga macam data, yaitu: data fisik yang terdiri atas 1 data spasial yang berupa
distribusi, sementara density-nya berbentuk density coefficient, kemudian 2 data laju pemanfaatan usage rate produksieksploitasi dalam level dan rate yang
diuji terlebih dahulu trending-nya melalui Trend Analysis. 3 data potensi yang digunakan untuk menghitung level sustainable atau optimalnya. Data moneter
terdiri dari data unit price dan data unit cost yang akan disesuaikan dengan Indeks Harga Konsumen untuk mencari nilai riilnya.
Keseluruhan data tersebut kemudian diolah untuk menentukan indikator pemanfaatan yang menyangkut level, rate laju, dan potensi lestari. Indikator ini
diperlukan untuk menentukan analisis tren, analisis rasio, dan analisis koefisien
Sumberdaya Daya Ikan
Input effort
Output produksi
Non-Degradatory Extraction
rente ekonomi lestari
Harga dan biaya
Produksi Lestari
Analisis Depresiasi
Analisis Degradasi
Actual lestari
?
No
yang dibutuhkan untuk menentukan tingkat degradasi dan depresiasi sumberdaya pesisir dan lautan di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Penentuan tingkat degradasi untuk sumberdaya ikan dilakukan melalui tahapan-tahapan berikut: pertama, dilakukan pendataan mengenai inputeffort dan
output produksi data ikan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dalam bentuk data time series 7 tahun. Dari kedua data tersebut dapat dihitung estimasi stok dan
tingkat panen lestari sustainable yield. Kemudian, dengan membandingkan kondisi ekstraksi aktual dan sustainable dengan analisis tren dan contrast, dapat
diketahui laju degradasinya. Jika fungsi produk lestari dari sumberdaya ikan adalah sebagai berikut:
2 2
E r
K q
qKE h
t t
⎟⎟ ⎠
⎞ ⎜⎜
⎝ ⎛
− =
……………………………………………..…… 4.19 Keterangan: h
st
= produksi lestari pada periode t q
= catchability coeffisien
K =
carrying capacity r
= pertumbuhan alami E
= input maka degradasi sumberdaya ikan dapat dihitung dengan persamaan:
………………………………………………………….…… 4.20
Depresiasi dari sumberdaya ikan dihitung dengan:
…………………… 4.21 maka perhitungan laju depresiasi pada dasarnya sama dengan laju degradasi,
hanya dalam laju depresiasi ini menggunakan parameter ekonomi yaitu sebagai berikut:
……………………………………………….……….… 4.22 Keterangan:
= Koefisien laju depresiasi
δ
= Rente sustainable = Rente aktual
4.4.3 Analisis Input-Output
Alat analisis yang digunakan dalam mempelajari peranan sektor-sektor bidang kelautan dalam perekonomian adalah Tabel Input Output. Dalam
penelitian ini digunakan Tabel Input-Output Tahun 2005. Tabel Input-Output ini digunakan untuk melihat peranan bidang kelautan yaitu sektor perikanan, sektor
pertambangan laut, sektor pariwisata bahari dalam pembentukan permintaan dan penawaran, output, nilai tambah bruto dan permintaan akhir yang dianalisis secara
deskriptif tabulasi. Selanjutnya untuk mengetahui dampak dan keterkaitan antar sektor-sektor tersebut, digunakan analisis keterkaitan dan penyebaran serta
multiplier dengan menggunakan Excel. Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menurunkan tabel I-O
adalah sebagai berikut: 1
Pada wilayah yang akan dibuat tabelnya dihitung komponen-komponen jumlah permintaan antara, input antara, input primer nilai tambah bruto,
permintaan akhir dan input primer dari masing-masing sektor. 2
Mengalikan matrik A koefisien input tabel I-O dengan total input sektor. Proses penyusunan matrik dengan menggunakan matrik pengganda baris ke-r
dan pengganda kolom ke-s, berlanjut terus sampai diperoleh suatu matrik, dimana jumlah angka untuk masing-masing baris sama dengan jumlah
permintaan antara masing-masing sektor dan jumlah angka masing-masing kolom sama dengan jumlah masing-masing input antara masing-masing
sektor. Kemudian menghitug indikator ekonomi dilakukan dengan metode yang telah dijelaskan sebelumnya.
Dalam melakukan penyusunan Tabel Input-Output, masalah yang sering dihadapi adalah bagaimana mengidentifikasi secara jelas kegiatan-kegiatan
ekonomi yang beragam ke dalam klasifikasi sektor tertentu. Untuk menganalis kontribusi dari masing-masing sektor kelautan terhadap struktur perekonomian
dan keterkaitan antar sektor-sektor tersebut di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, maka dilakukan analisis terhadap Tabel Input-Output Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2005. Data dasar yang digunakan adalah Tabel Input-Output Tahun 2005 dengan klasifikasi 45 sektor.
Menurut Resosudarmo dkk 2002, dalam melakukan analisis Input- Output untuk menentukan sektor-sektor di bidang kelautan, maka ada beberapa
langkah yang dapat dilaksanakan. Langkah pertama adalah mengidentifikasi dari klasifikasi 45 sektor tersebut, sektor mana yang terkait dengan kegiatan kelautan
dan perikanan. Dari sektor-sektor tersebut, sebagian memang 100 persen aktivitasnya dikategorikan kegiatannya kelautan dan perikanan seperti perikanan
laut, pengolahan ikan dan lain-lain. Namun sebagian sektor tidak seluruhnya merupakan kegiatan kelautan dan perikanan seperti pertambangan timah, jasa
restoran dan jasa perhotelan. Langkah kedua adalah melakukan modifikasi terhadap bebrapa sektor
yang ada di dalam Tabel I-O. Modifikasi pertama adalah penggabungan beberapa sektor. Penggabungan ini dilakukan karena sektor-sektor tersebut terkait erat dan
untuk memudahkan penerapan dalam kebijakan relatif mudah dipahami. Misalnya kegiatan hotel, restoran dan jasa-jasa hiburan yang berkaitan dengan kegiatan
kelautan dan perikanan dikelompokkan menjadi sektor Pariwisata Bahari. Berdasarkan Tabel Input-Output Tabel Input-Output Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung Tahun 2005 dengan klasifikasi 45 sektor, maka pengelompokkan yang dilakukan adalah seperti pada Tabel 3.
Tabel 3. Klasifikasi I-O Kelautan Kelompok Sektor Kelautan
Klasifikasi Sektor Tabel I-O Perikanan
• Perikanan • Industri Pengolahan dan
Pengawetan ikan • Industri Kerupuk
Pertambangan Laut • Penambangan Timah
• Pertambangan dan Penggalian
Lainnya Pariwisata Bahari
• Hotel • Restoran
• Jasa Hiburan dan Rekreasi
Industri Maritim • Industri Peleburan Timah
Transportasi Laut • Angkutan Laut, Sungai, Danau
dan Penyeberangan Bangunan Kelautan
• Bangunan Pelabuhan Jasa Kelautan
• Jasa Penunjang Angkutan Laut • Jasa Perdagangan Kelautan
• Jasa Pendidikan dan Penelitian
Kelautan Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Bangka Belitung diolah, 2006
a Analisis Deskriptif 1. Analisis Struktur Permintaan dan Penawaran
Model sisi permintaan dan penawaran merupakan faktor eksogen yang mempengaruhi perekonomian, dimana perokonomian dapat selalu tumbuh apabila
terdapat dorongan atau peningkatan pada permintaan akhir yang bersifat eksogen tersebut. Pendekatan sisi penawaran menjadikan perekonomian sebagai suatu
yang dikendalikan oleh sisi biaya produksi. Dalam model ini, pertumbuhan sektor-sektor produksi dimungkinkan bukan oleh permintaan akhir, namun karena
adanya perubahan biaya input primer. Analisis Input-Output sisi permintaan, setiap nilai transaksi antara dibagi dengan nilai total input sektor produksi yang
digunakan. Sisi penawaran setian nilai transaksi input antara dibagi dengan total output setiap sektor produksi yang berkelanjutan. Rumus yang digunakan adalah:
…………………………….……………………… ij=1,2,..n 4.23 keterangan: a
ij
= Hasil bagi nilai transaksi antara dengan total output Z
ij
= Penggunaan output sektor i oleh sektor j X
j
= total input sektor j
2. Analisis Struktur Output
Output merupakan nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor ekonomi, dimana total output sama dengan total input. Rumus yang digunakan
adalah sebagai berikut:
∑ ∑
= =
=
n j
j n
i i
X X
1 1
………………………….……………… ij=1,2,..n
4.24 Keterangan: X
i
= Total Output X
j
= Total Input
3. Analisis Struktur Nilai Tambah Bruto
Nilai tambah merupakan balas jasa yang diciptakan kepada faktor-faktor produksi yang berperan dalam proses produksi, dimana balas jasa mencakup
komponen yaitu: upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
∑
=
=
n j
ij j
V V
1
………………………….………………..…… ij=1,2,..n 4.25 Keterangan:V
j
= input primer dari sektor-j V
ij
= banyaknya output sektor –i yang digunakan input oleh sektor-j
4. Analisis Struktur Permintaan Akhir
Permintaan akhir menunjukkan penjualan barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor perekonomian yang langsung dipergunakan. Dalam Tabel
Input-Output, permintaan akhir mencakup pengeluaran rumah tangga, pengeluaran pemerintah, pembentukan modal, perubahan stok dan ekspor. Rumus
yang digunakan adalah sebagai berikut:
∑
=
=
n i
ij i
F F
1
…………………….……………..…………… ij=1,2,..n 4.26 Keterangan:F
i
= Permintaan akhir dari sektor-i F
ij
= banyaknya output sektor –i yang digunakan input oleh sektor-j
b Analisis Dampak 1. Analisis Dampak Output
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh kenaikan permintaan akhir suatu sektor dalam perekonomian suatu wilayah terhadap output
sektor yang lain, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk menghitung mengganda output sederhana digunakan rumus sebagai berukut:
Keterangan: MXS
j
= Pengganda output sederhana ke j C
ij
= Unsur matriks kebalikan Leontief I-A
-1
2. Analisis Dampak Nilai Tambah Bruto
Nilai tambah bruto adalah input primer yang merupakan bagian dari input secara keseluruhan. Sesuai dengan asumsi dasar yang digunakan dalam
penyusunan tabel I-O, maka hubungan antara nilai tambah bruto dengan output akan bersifat linier. Artinya setiap kenaikan atau penurunan output akan diikuti
secara proporsional oleh kenaikan dan penurunan nilai tambah bruto. Hubungan tersebut dapat dijabarkan dalam persamaan berikut:
= V
V X ………………………………………………..………………. 4.28
Keterangan: V = Matriks Nilai Tambah Bruto
V = Matriks diagonal koefisien NTB
X = Matriks I-A
-1
F
3. Daya Penyebaran
Analisis ini menunjukkan koefisien kaitan yang memberikan gambaran tentang pengaruh yang ditimbulkan oleh satu permintaan akhir untuk semua
sektor di dalam suatu perekonomian. Koefisien penyebaran merupakan
keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan yang dinormalkan dengan jumlah sektor dan jumlah seluruh koefisien matriks kebalikan Leontief.
Secara matematik dirumuskan sebagai berikut:
∑ ∑
∑
= =
=
=
n j
ij n
i n
i ij
j
C C
n b
1 1
1
…………………………………….………. ij=1,2,…n 4.29
Keterangan: b
j
= Koefisien penyebaran C
ij
= Unsur matriks kebalikan Leontief I-A
-1
∑
i
C
i
= Dampak yang ditimbulkan oleh permintaan akhir semua sektor
terhadap salah satu sektor.
4. Derajat Kepekaan
Koefisien kepekaan
memberikan gambaran tentang pengaruh yang
ditimbulkan oleh satu unit permintaan akhir untuk semua sektor di dalam suatu perekonomian. Koefisien kepekaan merupakan keterkaitan langsung ke belakang
yang dinormalkan dengan jumlah sektor dan jumlah seluruh koefisien matrik kebalikan Leontief. Secara matematik dapat dirumuskan sebagai berikut:
∑ ∑
∑
= =
=
=
n j
ij n
i n
i ij
j
C C
n f
1 1
1
………………………………….………. ij=1,2,…n 4.30
Keterangan: f
j
= Koefisien Kepekaan C
ij
= Unsur matriks kebalikan Leontief I-A
-1
∑
i
C
ij
= Dampak yang ditimbulkan oleh suatu unit permintaan akhir sektor ke-i terhadap semua sektor.
∑
j
C
ij
= Dampak yang ditimbulkan oleh suatu unit permintaan akhir sektor ke-i terhadap salah satu sektor
Apabila nilai indeks b
j
dari sektor i1, hal ini menunjukkan bahwa sektor tersebut mempengaruh dari sektor lainnya juga tinggi. Dengan kata lain sektor
tersebut mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap sektor lain. Sebaliknya
apabila nilai indeks f
i
dari sektor j1, maka ini berarti bahwa sektor tersebut terhadap sektor lain mempunyai kepekaan yang tinggi.
4.4.4 Analisis Kebijakan Melalui MPE
Menurut Marimin 2008 MPE Metode Perbandingan Eksponensial merupakan salah satu metode untuk menentukan urutan prioritas alternatif
keputusan dengan kriteria jamak atau disebut juga sebagai model keputusan berbasis indeks kerja. Teknik ini digunakan sebagai pembantu bagi individu
pengambilan keputusan untuk menggunakan rancang bangun model yang telah terdefinisi dengan baik pada tahapan proses. Berbeda dengan teknik lainnya, MPE
akan menghasilkan nilai alternatif yang perbedaannya lebih kontras. Dalam menggunakan metode perbandingan eksponensial ada beberapa
tahapan yang harus dilakukan yaitu: menyusun alternatif-alternatif keputusan yang akan dipilih, menentukan kriteria atau perbandingan kriteria keputusan yang
penting untuk dievaluasi, menentukan tingkat kepentingan dari setiap kriteria keputusan atau pertimbangan kriteria, melakukan penilaian terhadap semua
alternatif pada kriteria, menghitung skor atau nilai total setiap alternatif, dan menentukan urutan prioritas keputusan didasarkan pada skor atau nilai total
masing-masing alternatif. Beberapa prosedur MPE antara lain formulasi perhitungan skor untuk
setiap alternatif dalam metoda perbandingan eksponensial adalah:
∑
=
=
m i
j TKKj
ji i
RK TN
………………………………… …………. 4.31
dengan : TN
i
= Total nilai alternatif ke -i RK
ij
= derajat kepentingan relatif kriteria ke-j pada pilihan keputusan i TKK
j
= derajat kepentingan kritera keputusan ke-j; TKK
j
0; bulat n
= jumlah pilihan keputusan m
= jumlah kriteria keputusan
Penentuan tingkat
kepentingan kriteria dilakukan dengan cara penilaian dari pakar atau berdasarkan hasil perhitungan analisis sebelumnya. Penentuan
skor alternatif pada kriteria tertentu dilakukan dengan memberi nilai setiap alternatif berdasarkan nilai kriterianya. Semakin besar nilai alternatif semakin
besar pula skor alternatif tersebut. Total skor masing-masing alternatif keputusan akan relatif berbeda secara nyata karena adanya fungsi eksponensial. Matrik MPE
dapat dilihat secara jelas pada Tabel 4.
Tabel 4. Matriks Keputusan dengan Metode Perbandingan Eksponensial MPE Alternatif Kriteria
Nilai Rangking
K
1
K
2
….. K
n
Alternatif
1
V
11
V
12
….. V
1n
Nk
1
Alternatif
2
V
21
V
22
….. V
2n
Nk
2
Alternatif
3
: : :
Alternatif
m
V
m1
V
m2
….. V
mn
Nk
m
Bobot B
1
B
2
….. B
n
Sumber: Marimin 2008
Alasan memilih metode pengambilan keputusan dengan MPE ini adalah pada metode ini menggunakan penilaian yang seragam dengan model pengukuran
menggunakan skala ordinal. Melalui metode ini akan diperoleh prioritas hasil keputusan yang nyata dengan selang perbedaan yang besar. Hal ini menjadikan
keputusan yang diperoleh memiliki nilai bias yang kecil jika dibandingkan dengan keputusan lainnya.
4.5 Batasan dan Pengukuran
1. Bidang kelautan adalah bidang ekonomi yang terdiri atas tujuh sektor yaitu:
sektor perikanan, pariwisata bahari, pertambangan laut, industri kelautan, perhubungan laut, bangunan kelautan, dan jasa kelautan.
2. Stok ikan adalah persediaan biomass ikan yang terdapat dalam suatu
perairan pada periode tertentu. 3.
Effort adalah upaya untuk menangkap ikan dengan menggunakan teknologi penangkapan tertentu yang dinyatakan dalam satuan trip atau hari melaut day
fishing. 4.
Catch per Unit Effort CPUE adalah hasil tangkapan per satuan unit upaya yang dinyatakan dalam satuan tontrip atau tonhari.
5. Maximum Sustainable Yield MSY adalah hasil tangkapan maksimum yang
melestarikan sumberdaya. 6.
Maximum Economic Yield MEY adalah hasil tangkapan maksimum yang memberikan keuntungan ekonomi yang maksimum.
7. Nilai rente adalah selisih total penerimaan dikurangi dengan total biaya
penengkapan sumberdaya ikan. 8.
Biaya penangkapan ikan cost per unit effort adalah biaya total yang dikeluarkan untuk melakukan penengkapan ikan per tahun per unit effort.
9. Perikanan open access adalah kondisi dimana setiap nelayan dapat ikut terlibat
dalam memanfaatan atau melakukan perburuan ikan atau mengeksploitasi ikan tanpa adanya kontrol atau pembatasan.
10. Alokasi optimal adalah kondisi dimana sumberdaya perikanan di perairan
dapat dialokasi pada tingkat produksi yang optimal, tingkat upaya optimal, jumlah alat tangkap optimal dan jumlah nelayan optimal, sehingga pada
gilirannya rente optimal pemanfaatan sumberdaya ikan diperairan dapat teralokasi secara optimal per nelayan.
11. Degradasi adalah penurunan kualitas dan kuantitas sumberdaya perikanan
dalam satuan fisik. 12.
Depresiasi adalah penurunan kualitas dan kuantitas sumberdaya perikanan dalam satuan moneter.
13. Analisis kebijakan adalah sebuah disiplin ilmu sosial terapan yang
menggunakan berbagai metode penelitian dan argumen untuk menghasilkan dan memindahkan informasi yang ada hubungannya sehingga dapat
dimanfaatkan ditingkat politik dalam rangka memecahkan permasalahan kebijakan yang ada.
V. KEADAAN UMUM WILAYAH
5.1. Letak Geografis, Administrasi dan Batas Wilayah
Secara geografis Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terletak pada 104
o
50’-108
o
18’ Bujur Timur dan 01
o
20’- 03
o
15‘ Lintang Selatan, dengan batas- batas wilayah sebagai berikut :
• Disebelah Barat dengan Selat Bangka • Disebelah Timur dengan Selat Karimata
• Disebelah Utara dengan Laut Natuna • Disebelah Selatan dengan Laut Jawa
Peta Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung