Karakteristik Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Pengertian Depresiasi Sumberdaya Pesisir dan Lautan

2. Perhitungan harus detail yang menunjukkan nilai output dari semua tingkat industri yang ada. 3. Perhitungan harus bisa menggambarkan karakteristik industri yang memanfaatkan sumberdaya kelautan seperti pariwisata dan rekreasi.

2.3 Karakteristik Pengelolaan Sumberdaya Perikanan

Menurut Charles 2001, tiga komponen fishery system ini adalah natural system, management system, dan human system. Natural system yang dimaksud terdiri dari sumberdaya ikan itu sendiri, ekosistem, dan lingkungan biofisik. Human system adalah aspek yang menyangkut aktivitas kegiatan yang dilakukan oleh manusia yang terdiri atas nelayan, sektor pasca panen dan konsumen, rumah tangga dan komunitas nelayan, serta kondisi sosial ekonomi budaya dan lingkungan di masyarakat pesisir. Management system merupakan sistem pengelolaan perikanan yang terdiri perencanaan dan kebijakan perikanan, pembangunan dan pengelolaan perikanan dan penelitian di bidang perikanan. Keterkaitan antar sistem perikanan ini dapat digambarkan pada Gambar 2. Gambar 2. Keterkaitan Antar Sistem Perikanan Sumber: Charles A 2001

2.4 Pengertian Depresiasi Sumberdaya Pesisir dan Lautan

Pengelolaan sumberdaya pesisir utamanya sumberdaya perikanan yang kurang mengindahkan konsep pembangunan berkelanjutan hampir telah terjadi di seluruh wilayah pesisir Indonesia, terutama pada wilayah yang padat penduduk dengan tingkat pembangunan yang intensif. Hal ini menjadikan beberapa daerah telah menunjukkan kondisi sumberdaya yang cenderung mengalami penurunan depresiasi. Kerusakan sumberdaya yang terjadi baik pada ekosistem laut maupun ekosistem darat dan lainnya memang dapat dipicu oleh bebagai faktor. Namun secara umum dua faktor pemicu yang cukup dominan adalah kebutuhan ekonomi economic driven dan kegagalan kebijakan policy failure Fauzi 2005. Istilah depresiasi sumberdaya terkait dengan dua istilah lain yang mendahuluinya yaitu deplesi dan degradasi. Terkadang pengertian depresiasi, degradasi dan deplesi sumberdaya diartikan sama saja. Padahal ketiga istilah tersebut memiliki pengertian yang berbeda, walaupun pada dasarnya menunjukkan tujuan yang hampir sama. Menurut Fauzi dan Anna 2005 deplesi diartikan sebagai tingkat atau laju pengurangan stok dari sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharukan non- renewable resources . Sementara degradasi mengacu pada penurunan kuantitas dan kualitas sumberdaya alam yang dapat diperbaharui renewable resources. Dalam hal ini, kemampuan alami sumberdaya alam dapat diperbaharukan untuk bergenerasi sesuai dengan kemampuan kapasitas produksinya berkurang. Kondisi ini dapat terjadi karena disebabkan secara alami maupun akibat pengaruh aktivitas manusia. Pada sumberdaya alam pesisir dan lautan, kebanyakan degradasi terjadi akibat aktivitas ulah manusia anthropogenic, baik berupa aktivitas produksi penangkapan ataupun eksploitasi, maupun karena aktivitas non produksi seperti pencemaran limbah domestik atau rumah tangga maupun industri. Pada degradasi dan deplesi lebih mengutamakan pada indikator besaran fisik, terminologi depresiasi sumberdaya lebih ditujukan untuk mengukur perubahan nilai moneter dari pemanfaatan sumberdaya alam. Depresiasi juga dapat diartikan sebagai pengukuran deplesi dan degradasi yang dirupiahkan. Moneterisasi ini mengacu kepada pengukuran nilai riil, artinya untuk menghitungnya harus selalu mengacu pada beberapa indikator yakni perubahan harga, inflasi, indeks harga konsumen, dan sebagainya Fauzi dan Anna, 2005. Fauzi dan Anna 2005 menambahkan terjadinya depresiasi sumberdaya pesisir dan lautan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, baik faktor alam maupun manusia, faktor eksogenus maupun endogenus, dan juga kegiatan yang bersifat produktif maupun non-produktif. Depresiasi ini diperparah pula dengan adanya berbagai gejala kerusakan lingkungan termasuk pencemaran, overfishing, abrasi pantai, kerusakan fisik habitat pesisir, konflik penggunaan ruang dan sebagainya dikawasan-kawasan pesisir yang padat penduduk serta tinggi intensitas pembangunannya. Sementara itu, kemiskinan yang masih melilit sebagian besar penduduk pesisir juga menjadi akibat sekaligus penyebab kerusakan lingkungan kawasan pesisir dan lautan. Selanjutnya adalah mengaitkan nilai depresiasi sumberdaya alam tersebut terhadap pengukuran nilai kesejahteraan suatu bangsa. Dengan adanya perhitungan kerusakan sumberdaya, maka dapat diperoleh nilai output sebenarnya dari suatu negara. Selama ini perhitungan ekonomi suatu negara yaitu nilai Growth Domestic Product GDP dan PDRB dikritik memiliki kelemahan tidak menggambarkan nilai ekonomi sebenarnya karena tidak memasukkan nilai kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan yang terjadi di negara tersebut. Sehingga angka GDPPDRB yang tinggi disebuah negara belum tentu menggambarkan kinerja ekonomi yang sebenarnya secara keseluruhan Hartwick, 1990. Integrasi antara perhitungan depresiasi sumberdaya dengan nilai GDP suatu negara sangatlah penting dilakukan. Terlebih bagi negara yang masih tergantung pada sumberdaya alamnya resource dependent economies seperti Indonesia. Jika hal ini tidak dilakukan maka akan memberikan arahan yang keliru dalam mengelola sumberdaya alamnya, yang pada akhirnya akan menyebabkan keuntungan pendapatan yang semu dalam jangka pendek dan melahirkan kehilangan kesejahteraan nasional yang permanen dalam jangka panjang. Akan tetapi, dengan memasukkan nilai depresiasi sumberdaya dalam perhitungan GDPPDRB, diharapkan akan menjadi bahan pertimbangan bagi penyusun strategi kebijakan yang lebih tepat. Disinilah urgensi analisis perhitungan kerusakan lingkungan, berkaitan dengan depresiasi sumberdaya alam, khususnya sumberdaya pesisir dan lautan. Dengan demikian, diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas dan komprehensif mengenai kondisi sumberdaya pesisir laut kita, sehingga akhirnya kebijakan yang tepat untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dapat ditentukan Fauzi dan Anna, 2005. Sumberdaya pesisir dan lautan merupakan natural capital yang menjadi bagian dari proses produksi yang menghasilkan output GDP. Oleh karena itu, kita patut memperhatikan penurunan barang dan jasa yang dihasilkan dari sumberdaya alam. Salah satu cara yang menjembatani keterbatasan tersebut adalah dengan pengukuran deplesi dan degradasi sumberdaya alam agar dapat menghitung the truth national well being real GDP Green GDP. Dengan mengetahui kondisi GDPPDRB hijau yang sebenarnya, kita tidak terbuai oleh nilai tingkat pertumbuhan yang semu dan dapat menjadi early warning system serta dapat mencari jawaban permasalahan-permasalahan pembangunan yang kita alami selama ini Fauzi dan Anna, 2005.

2.5 Model Input Output