VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan untuk menentukan kebijakan pembangunan bidang kelautan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, maka
diperoleh beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut : 1.
Kontribusi bidang kelautan terhadap perekonomian Babel cukup besar yaitu berkisar rata-rata 48 dari total PDRB dan masih memiliki potensi besar
untuk dikembangkan. Potensi pada sektor perikanan mencapai 1.185.000 tontahun dengan estimasi nilai ekonomi Rp.19,6 trilyun per tahun dan baru
hanya berkisar 41 saja yang baru dimanfaatkan. Pembangunan sektor perikanan ini dicanangkan dalam sebuah kebijakan yang dinamakan Etalase
Kelautan. Sektor pertambangan juga menyumbangkan kontribusi yang besar sekitar 95.000 mttahun atau setara 38 dari konsumsi timah dunia. Selain
timah jenis bahan galian lainnya yang dapat dimanfaatkan yaitu: pasir kuarsa, granit, diabas, bijih besi, pasir bangunan dan kaolin. Hanya saja pemerintah
sudah mulai melakukan kebijakan untuk mengatur kegiatan pertambangan, khususnya timah di pesisir dan laut, karena telah menyebabkan degradasi
sumberdaya perikanan dan rusaknya lingkungan. Pada sektor pariwisata bahari telah menunjukkan peningkatan, walaupun pemanfaatannya masih
belum optimal. Oleh karena itu, melalui kebijakan “Visit Babel Archi 2010” sektor ini diharapkan akan dapat menjadi sektor unggulan Bangka Belitung.
Industri kelautan yang paling utama di Babel adalah industri peleburan timah smelter dengan jumlah perusahaan sekitar 18 buah. Sektor perhubungan
adalah nadi kehidupan yang menopang pertumbuhan perekonomian karena menjadi jalur penting angkutan barang dan penumpang. Pada sektor bangunan
kelautan Bangka Belitung memiliki 8 buah pelabuhan umum yang tersebar di seluruh wilayahnya.pada sektor jasa kelautan, jasa perdagangan adalah yang
paling penting disebabkan jalur ekspor impor lewat laut seperti jasa pengiriman barang dan jasa pergudangan.
2. Berdasarkan analisis bioekonomi, diperoleh hasil bahwa pengelolaan yang
optimal untuk sumberdaya ikan pelagis kecil adalah meningkatkan produksi sebesar 5.369,95 ton dan mengurangi effort sebesar 577.094,09 trip.
Pengelolaan pada ikan demersal adalah meningkatkan jumlah produksi sebesar 5.052,90 ton dan menambah jumlah effort sebesar 41.862,49 trip.
Interaksi yang terjadi antar sumberdaya perikanan dengan pertambangan, khususnya timah adalah bersifat negatif. Berdasarkan analisis degradasi dapat
diketahui bahwa telah terjadi peningkatan jumlah produksi timah tiap tahunnya yang mengakibatkan terjadinya penurunan keseimbangan produksi
dH pada ikan pelagis kecil sebesar 18.620 ton. Hal tersebut setara dengan perubahan keseimbangan harga pdH sebesar Rp 120.270.000,- per tahun.
Dan pada ikan demersal terjadi mengakibatkan penurunan keseimbangan produksi dH ikan demersal sebesar 4.620 ton. Hal tersebut setara dengan
perubahan keseimbangan harga pdH sebesar Rp 85.500.000,- per tahun. Namun secara umum, status degradasi dan depresiasi sumberdaya perikanan
masih relatif aman karena masih berada dikisaran nilai 0,5. Pada ikan pelagis kecil, rata-rata laju degradasinya adalah 0,2821 dan laju depresiasinya adalah
0,3143. Dan pada ikan demersal rata-rata laju degradasi adalah 0,2655 dengan laju depresiasi sebesar 0,3419.
3. Berdasarkan analisis Tabel I-O maka diperoleh hasil kontribusi dan
keterkaitan antar tujuh sektor dalam bidang kelautan terhadap perekonomian di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Pada analisis deskriptif, diperoleh
hasil bahwa total permintaan dan penawaran bidang kelautan adalah Rp 26.956.283 juta rupiah. Sektor terbesar adalah berasal dari pertambangan laut
sebesar Rp 10.261.850 juta dengan kontribusi 42,46 dan terkecil dari transportasi laut sebesar Rp. 89.949,81 juta atau 0,33. Dan analisis dampak
yang berdasarkan dampak outputnya, sektor perikanan yang terbentuk sebagai akibat dari konsumsi rumah tangga adalah sebesar Rp 1.596.066,18 juta yang
merupakan jumlah terbesar dari keseluruhan sektor. Penciptaan nilai tambah bruto di sektor perikanan yang dipengaruhi oleh pengeluaran konsumsi rumah
tangga sebesar Rp 796.602,79 juta dan pengaruh dari nilai ekspor sebesar Rp 72.789,84 juta. Jumlah total nilai tambah bruto sektor perikanan yang
dipengaruhi oleh komponen permintaan akhir adalah sebesar Rp 869.456,40 juta. Berdasarkan daya penyebarannya, sektor yang mempunyai daya
penyebaran tertinggi adalah sektor perikanan yaitu 2,47. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1 unit output sektor perikanan, maka akan
menyebabkan naiknya output sektor-sektor lainnya termasuk sektor perikanan sendiri secara keseluruhan sebesar 2,47 unit. Begitu juga jika
dilihat dari derajat kepekaan, maka sektor yang memiliki nilai indeks derajat kepekaan tertinggi adalah sektor perikanan dengan nilai indeks derajat
kepekaan sebesar 2,73. Ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1 unit output sektor perikanan, maka akan menyebabkan naiknya kebutuhan input dari
sektor-sektor lainnya secara keseluruhan sebesar 2,73 unit. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa sektor perikanan berperan penting bagi
perekonomian masyarakat di wilayah pesisir dan laut Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
4. Melalui analisis MPE Metode Perbandingan Eksponensial dengan tujuh
alternalif keputusan, dihasilkan tiga prioritas kebijakan yang tepat agar bidang kelautan mampu menjadi prime mover perekonomian di Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung. Prioritas pertama adalah mengutamakan pembangunan di sektor perikanan. Kebijakan ini dianggap paling tepat karena provinsi ini
memiliki potensi sumberdaya perikanan yang masih melimpah. Prioritas kedua adalah mengembangkan pariwisata bahari. Dan prioritas selanjutnya
adalah melakukan pengembangan yang lebih baik pada sistem transportasi laut di Provinsi Kepulauan Babel.
7.2 Saran