c. Analisis Dampak Tenaga Kerja Dampak tenaga kerja menunjukkan perubahan tenaga kerja yang
disebabkan oleh perubahan awal dari sisi output. Multiplier tenaga kerja tidak diperoleh dari elemen-elemen dalam Tabel Input-Output seperti multiplier output
dan pendapatan, karena dalam Tabel Input-Output tidak mengandung elemen- elemen yang berhubungan dengan tenaga kerja. Untuk memperoleh multiplier
tenaga kerja maka pada Tabel Input-Output harus ditambahkan baris yang menunjukkan jumlah dari tenaga kerja untuk masing-masing sektor dalam
perekonomian suatu wilayah atau negara. Penambahan baris ini untuk mendapatkan koefisien tenaga kerja e
i
. cara untuk memperoleh koefisien tenaga kerja adalah dengan membagi jumlah tenaga kerja setiap masing-masing sektor
perekonomian di suatu negara atau wilayah dengan jumlah total output dari masing-masing sektor tersebut.
Koefisien tenaga kerja e
i
menunjukkan efek langsung ketenagakerjaan dari setiap sektor akibat adanya perubahan output sektor ke-i. Efek langsung dan
tidak langsung ditunjukkan dengan α
ij
e
i
untuk setiap sektor, dan ∑
i
α
ij
ei untuk semua sektor dalam perekonomian suatu negara atau wilayah. Sedangkan efek
total ditunjukkan dengan α
ij
e
i.
2.7 Analisis Kebijakan
Analisis kebijakan adalah sebuah disiplin ilmu sosial terapan yang menggunakan berbagai metode penelitian dan argumen untuk menghasilkan dan
memindahkan informasi yang ada hubungannya sehingga dapat dimanfaatkan ditingkat politik dalam rangka memecahkan permasalahan kebijakan yang ada
Dunn 2003. Ruang lingkup dan metode-metode analisis sebagian bersifat deskriptif dan informasi yang nyata faktual mengenai sebab akibat kebijakan
sangat penting untuk memahami masalah-masalah kebijakan. Quandun dalam Dunn 2003 juga menegaskan bahwa analisis kebijakan
adalah setiap jenis analisa yang menghasilkan dan menyajikan informasi sehingga dapat menjadi dasar bagi para pengambil kebijakan dalam menguji pendapat
mereka. Kata “analisa” digunakan dalam pengertian yang paling umum yang secara tidak langsung menunjukkan penggunaan intuisi dan pertimbangan yang
mencakup tidak hanya pengujian kebijakan saja, tetapi juga merencanakan dan mencari sintesa atas alternatif-alternatif baru. Aktivitas ini meliputi sejak
penelitian untuk memberi wawasan terhadap masalah atau issue yang mendahului atau mengevaluasi program yang sudah selesai.
Menurut Partowidagdo 1999 analisis kebijakan mempunyai tujuan yang bersifat penandaan designative berdasarkan fakta, bersifat penilaian dan anjuran.
Prosedur analisis berdasarkan waktu dan letak hubungannya dengan tindakan dibagi dua yaitu ex ante dan ex post. Prediksi dan rekomendasi digunakan
sebelum tindakan diambil atau untuk masa datang ex ante, sedangkan deskripsi dan evaluasi digunakan setelah tindakan terjadi atau dari masa lalu ex post.
Analisis ex post berhubungan dengan analisis kebijakan retrospektif yang biasa dilakukan oleh ahli-ahli ilmu sosial dan politik, sedangkan analisis ex ante
berhubungan dengan analisis kebijakan prospektif yang biasa dilakukan oleh ahli ekonomi, sistem analisis, dan operations research. Analisis kebijakan biasanya
terdiri dari perumusan masalah, peliputan, peramalan, evaluasi, rekomendasi, dan kesimpulan. Bentuk-bentuk analisis kebijakan dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Bentuk-Bentuk Analisis Kebijakan Sumber: Dunn 2003
Retrospektif Ex Post: Apa yang akan terjadi dan
perbedaan apa yang dibuat Prospektif Ex Ante:
Apa yang akan terjadi dan apa yang harus dilakukan
Ada tiga pendekatan dalam analisis kebijakan yaitu: pendekatan empiris, pendekatan evaluatif, dan pendekatan normatif. Pendekatan empiris adalah
pendekatan yang menjelaskan sebab akibat dari kebijakan publik. Pendekatan evaluatif adalah pendekatan yang terutama berkenaan dengan penentuan harga
atau nilai dari beberapa kebijakan. Dan pendekatan normatif adalah pendekatan yang berkenaan dengan pengusulan arah tindakan yang dapat memecahkan
masalah kebijakan. Menurut Parsons 2005 analisis kebijakan terdiri dari rangkaian aktivitas
pada spektrum ilmu pengetahuan dalam in proses kebijakan; pengetahuan untuk for
proses kebijakan; dan pengetahuan tentang about proses kebijakan. Secara kontinum, proses pengambilan keputusan dalam sebuah kebijakan terdiri atas tiga
variasi yaitu analisis kebijakan, monitoring dan evaluasi kebijakan, dan analisis untuk kebijakan. Analisis kebijakan mencakup determinasi kebijakan yaitu
analisis yang berkaitan dengan cara pembuatan kebijakan, mengapa, kapan, dan untuk siapa kebijakan dibuat; dan isi kebijakan yang merupakan deskripsi tentang
kebijakan tertentu dan hubungannya dengan kebijakan sebelumnya. Monitoring dan evaluasi kebijakan berfokus pada pengkajian kinerja kebijakan dengan
mempertimbangkan tujuan kebijakan dan apa dampak kebijakan terhadap suatu persoalan tertentu. Analisis untuk kebijakan mencakup informasi untuk kebijakan
dan advokasi terhadap kebijakan. Dalam merumuskan sebuah kebijakan, permasalahan yang sering dihadapi
adalah sulitnya memperoleh informasi yang cukup serta bukti-bukti yang sulit disimpulkan. Oleh karena itu dalam pengambilan keputusan atau perumusan
kebijakan akan lebih mudah bila menggunakan suatu model tertentu. Model kebijakan policy model adalah sajian yang disederhanakan mengenai aspek-
aspek terpilih dari situasi problematis yang disusun untuk tujuan-tujuan khusus. Model-model kebijakan tersebut adalah model deskriptif, model verbal, model
normatif, model simbolik, model prosedural, model pengganti dan model perspektif.
Setiap model kebijakan yang ada tidak dapat diterapkan untuk semua perumusan kebijakan, sebab masing-masing model memfokuskan perhatiannya
pada aspek yang berbeda. Menurut Jay Forrester, seorang ahli model kebijakan
dalam Dunn 2003 bahwa persoalannya tidak terletak pada menggunakan atau membuang model, akan tetapi yang menjadi persoalan adalah pada pemilihan
diantara berbagai alternatif yang ada. Dalam merumuskan kebijakan kelautan pada penelitian ini, model yang dipakai adalah mengunakan model deskriptif
melalui analisis pengambilan keputusan dengan MPE Metode Perbandingan Eksponensial.
Untuk merumuskan kebijakan pengelolaan sumberdaya di wilayah pesisir dan lautan secara optimal dan berkelanjutan, maka diperlukan arahan dan
kebijakan secara terpadu. Hal ini disebabkan tingginya keterkaitan antar sektor yang ada di wilayah pesisir dan lautan tersebut. Oleh karena itu, dalam sebuah
kebijakan pembangunan kelautan harus memperhatikan empat aspek utama yaitu: 1 aspek teknis dan ekologis, 2 aspek sosial ekonomi-budaya, 3 aspek politis
dan 4 aspek hukum dan kelembagaan Indrawani 2000.
2.8 Studi Terdahulu