Implikasi Kebijakan Pengembangan Sektor Prioritas

Berdasarkan hasil perangkingan alternatif keputusan diatas, maka dapat diambil sebuah kebijakan pembangunan bidang kelautan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Kebijakan yang paling tepat bagi pembangunan bidang kelautan secara berkelanjutan di Babel adalah mengutamakan pembangunan di sektor perikanan. Kebijakan ini dianggap paling tepat karena provinsi ini memiliki potensi sumberdaya perikanan yang masih melimpah. Hanya saja, demi tercapainya pembangunan sektor perikanan yang optimal, maka pemerintah harus lebih memperhatikan aspek keberlanjutan ekologi perairan. Sebab jika pemerintah tidak serius menertibkan maraknya aktivitas penambangan timah yang dilakukan oleh masyarakat, maka sektor perikanan akan terganggu akibat pencemaran perairan akibat penambangan tersebut. Sektor kelautan lainnya yang harus dikembangkan adalah sektor pariwisata bahari. Sebagai provinsi yang terdiri atas pulau-pulau dengan pantai yang indah, maka Babel berpotensi untuk dikembangkan sebagai tujuan wisata alternatif selain Bali. Sebab keindahan wisata pantai yang dimiliki oleh provinsi ini begitu indah dan belum dikembangkan dengan optimal. Prioritas yang ketiga adalah terkait dengan pembangunan sistem transportasi laut di Babel. Dengan topografi berupa pulau-pulau kecil, maka sistem angkutan laut merupakan nadi bagi perekonomiannya. Oleh karena itu, pengembangan sistem transportasi yang lebih baik dan efesien harus diperhatikan oleh pemerintah dalam rangka menunjang tercapainya pembangunan perekonomian di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

6.5 Implikasi Kebijakan Pengembangan Sektor Prioritas

Berdasarkan analisis MPE, terdapat tiga sektor prioritas dalam pembangunan ekonomi kelautan sehingga kebijakan pembangunan diarahkan untuk mendukung pengembangan ketiga sektor tersebut. Pengembangan ketiga sektor unggulan tersebut yaitu sektor perikanan, pariwisata bahari dan transportasi laut harus dijadikan perhatian utama pemerintah daerah provinsi ini. Hal ini sesuai dengan potensi sumberdaya yang ada dan didukung oleh karakteristik Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang terdiri atas pulau-pulau kecil. Pembangunan ekonomi di wilayah kepulauan harus dilakukan dengan memperhatikan karakteristik wilayah tersebut. Keberhasilan dan keberlanjutan pembangunan haruslah mampu mengatasi kendala-kendala yang sering dihadapi pada pembangunan sebuah wilayah yang berbasis kepulauan seperti Bangka Belitung yang terdiri atas pulau-pulau kecil. Kusumastanto 2003 menyatakan bahwa beberapa kendala pembangunan pulau-pulau kecil adalah : 1 Ukuran yang kecil dan terisolasi keterasingan menyebabkan penyediaan prasarana dan sarana menjadi sangat mahal. Sumberdaya manusia yang andal dan mau bekerja di lokasi tersebut sedikit. Hal inilah yang menjadikan banyak sumberdaya manusia lokal yang berkualitas tidak mau menetap dan bekerja di Bangka Belitung dan lebih memilih menetap di kota besar seperti Jakarta, Bandung dan Yogyakarta. Kesukaran atau ketidakmampuan untuk mencapai skala ekonomi yang optimal dan menguntungkan dalam hal administrasi, usaha produksi dan transportasi juga menjadikan iklim investasi di wilayah ini menjadi kurang berkembang. 2 Ketersediaan sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan, seperti air tawar, vegetasi, tanah, ekosistem pesisir dan satwa liar, yang pada gilirannya menentukan daya dukung sistem pulau kecil dan menopang kehidupan manusia penghuni serta segenap kegiatan pembangunan. Keterbatasan daya dukung lingkungan inilah yang sering menjadi kendala dalam pengembangan pulau-pulau kecil dan wilayah pesisir di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Oleh karena itu, pembangunan yang dilakukan harus memperhatikan aspek keselarasan antara kebutuhan manusia dengan kemampuan ekologis wilayah tersebut. 3 Produktivitas sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan seperti pengendalian erosi yang terdapat di setiap unit ruang lokasi di dalam pulau dan yang terdapat di sekitar pulau saling terkait satu sama lain secara erat. Keterkaitan yang erat antar sumberdaya alam ini mengharuskan pemanfaatan sumberdaya di Bangka Belitung harus memperhatikan aspek keterpaduan antar sektor. Pemanfaatan sumberdaya pada pulau-pulau kecil seperti Bangka Belitung yang selaras dan tidak bertentangan antar satu dengan yang lainnya adalah kunci utama agar produktivitas sumberdaya alam ini mampu memberi manfaat dalam jangka panjang. 4 Budaya lokal kepulauan kadang kala bertentangan dengan kegiatan pembangunan. Contohnya terjadi pada pariwisata bahari yang akhir-akhir ini dianggap sebagai faktor pendorong bagi pembangunan pulau-pulau kecil. Di beberapa pulau kecil budaya yang dibawa oleh wisatawan dianggap tidak sesuai dengan adat atau agama di beberapa lokasi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, sehingga potensi alam yang indah tidak bisa dikembangkan karena tidak didukung oleh sosial budaya masyarakat disekitar lokasi wisata. Pembangunan ekonomi bidang kelautan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang selama ini dilakukan memang masih belum optimal. Kebijakan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah daerah terlalu mengedepankan pembangunan yang berorientasi pada daratan seperti perkebunan dan pertambangan. Padahal keunggulan komparatif dan kompetitif yang mampu menjadi penggerak ekonomi masyarakat secara berkelanjutan adalah memanfaatkan sumberdaya pesisir dan laut, khususnya sumberdaya yang dapat diperbaharui renewable resources seperti perikanan dan pariwisata bahari. a Arah Pengembangan Sektor Perikanan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki potensi sumber daya perikanan diperkirakan mencapai 1.185.000 tontahun dengan estimasi nilai ekonomi Rp.19,6 trilyun per tahun. Pemanfaatan potensi ini belum dapat dilakukan dengan optimal karena masih banyak kendala yang dihadapi. Salah satu masalah utama dalam pengembangan usaha perikanan tangkap adalah terjadinya degradasi habitat sumberdaya ikan akibat pencemaran yang ditimbulkan penambangan timah di sungai, pesisir pantai dan lautan. Analisis bioekonomi menunjukkan bahwa telah terjadi terjadinya penurunan keseimbangan produksi pada ikan pelagis kecil sebesar 18.620 ton atau setara dengan perubahan keseimbangan harga sebesar Rp 120.270.000,- per tahun. Pada ikan demersal terjadi penurunan keseimbangan produksi sebesar 4.620 ton yang setara dengan perubahan keseimbangan harga sebesar Rp 85.500.000,- per tahun. Tingginya profit yang didapatkan dari usaha penambangan menjadikan masyarakat lokal bahkan nelayan beralih profesi menjadi penambang dan turut melakukan perusakan alam tanpa memperhatikan kelestariannya. Budaya masyarakat yang myopic ini dipicu oleh keinginan memperoleh keuntungan yang besar dalam jangka pendek tanpa memikirkan keberlanjutan ekonomi selanjutnya. Faktor yang mempengaruhi keputusan untuk melakukan penambangan timah dan meninggalkan kehidupan sebagai nelayan adalah faktor harga yang tinggi dan biaya yang relatif rendah. Tingginya harga komoditas timah di pasaran dunia sejak tahun 2003 hingga 2008 yang mencapai Rp 100.000,- per kg telah mendorong terjadinya peningkatan ekspoitasi timah di Bangka Belitung secara masif. Akan tetapi sejak terjadinya krisis global pada akhir tahun 2008 menjadikan harga timah dunia juga menurun hingga 60 persen sehingga keuntungan yang diperoleh juga semakin menurun. Kondisi ini diperparah dengan semakin sedikitnya deposit timah yang terkandung sehingga hasil yang diperoleh penambang tidak lagi mampu memberikan keuntungan yang besar dan bahkan seringkali merugi. Kondisi inilah yang membuat pengembangan sektor perikanan akan kembali dapat diandalkan. Semakin banyaknya penambang timah yang kembali menjadi nelayan dan terus terjadinya peningkatan harga ikan, khususnya ikan karang yang berkualitas ekspor dapat menjadi faktor pendorong berkembangnya sektor perikanan di Provinsi Bangka Belitung. Pentingnya kembali meningkatkan sektor ini karena berdasarkan analisis Input-Ouput menunjukkan sektor perikanan adalah sektor yang menimbulkan multiplier efek yang paling besar pada perekonomian masyarakat di wilayah pesisir. Pengembangan sektor perikanan harus dilakukan dengan membuat beberapa kebijakan pembangunan yang tepat. Beberapa kebijakan yang dapat dilakukan untuk menjadikan sektor perikanan sebagai penggerak perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah: 1 Kebijakan pengaturan total allowable effort Pengaturan jumlah effort ini harus dilakukan untuk mencegah terjadinya overfishing pada beberapa lokasi penangkapan dan memanfaatkan wilayah lain yang masih berpotensi besar untuk dikembangkan. Hal ini perlu dilakukan karena dibeberapa wilayah di Pulau Bangka khususnya di Kabupaten Bangka Barat dan Kabupaten Bangka telah mengalami kerusakan habitat yang parah sehingga hasil tangkapan yang diperoleh sudah jauh berkurang. Melalui kebijakan pengaturan total allowable effort diharapkan akan mengurangi effort yang berlebih dan meningkatkan upaya tangkap pada ikan-ikan yang masih berpotensi besar. Berdasarkan analisis bioekonomi, pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis kecil dapat dilakukan secara optimal dan berkelanjutan adalah jumlah effort penangkapan harus dikurangi sebesar 577.094,09 trip karena effort aktualnya telah melebihi effort optimal. Pada ikan demersal jumlah effort penangkapan ikan masih bisa ditingkatkan sebesar 41.862,49 trip. Kebijakan pengurangan jumlah effort ini tidak harus dilakukan apabila kebutuhan terhadap tenaga kerja pada sektor ini tinggi. Penambahan effort ini dimungkinkan karena berdasarkan analisis bioekonomi masih terdapat potensi penambahan pada kondisi lestari. Pada jenis ikan pelagis kecil penambahan effort masih dapat dilakukan sebesar 207.040,08 trip. Pada ikan demersal penambahan jumlah effort juga dapat dilakukan menjadi 158.757,22 trip atau meningkat sekitar 58 persen dari jumlah effort pada kondisi optimal sebelumnya. 2 Kebijakan penghentian kegiatan pertambangan timah di daerah yang berpengaruh besar terhadap sumberdaya ikan Kebijakan ini dilakukan karena berdasarkan analisis degradasi dan depresiasi menunjukkan adanya hubungan yang negatif antara penambangan timah dengan sumberdaya ikan. Depresiasi sumberdaya perikanan yang paling besar akibat kerusakan habitat perairan oleh penambangan timah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terjadi cukup parah pada tahun 2004 hingga 2005. Hal ini terjadi karena pada awal tahun 2003 adalah mulai maraknya penambangan yang dilakukan oleh masyarakat dengan menggunakan TI apung yang banyak dilakukan di wilayah terumbu karang dan mangrove. Terumbu karang yang menjadi habitat ikan-ikan karang sudah jauh berkurang jumlahnya. Penyebab utamanya adalah kegiatan penambangan karang sebagai fondasi jalan dan rumah di pemukiman wilayah pesisir pantai. Kerusakan diperparah dengan meningkatnya jumlah penambangan timah dengan TI apung di sungai, pantai dan laut. Lokasi penambangan yang berada di areal terumbu karang sudah pasti merusak karang di laut, selain itu aktivitas penambangan di sungai dan laut juga menyebabkan tingginya kekeruhan air laut yang pada akhirnya mematikan bagi terumbu karang yang letaknya tidak berada di daerah penambangan. Hutan mangrove disekitar muara sungai juga banyak ditebang dan dirubah menjadi wilayah penambangan. Hal ini menjadikan wilayah spawning ground, nursery ground dan feeding ground beberapa jenis ikan menjadi rusak. Oleh karena itu, Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung harus mengeluarkan peraturan dan memberi sanksi yang tegas pada perusahaan dan mayarakat yang melakukan penambangan timah di di daerah yang berpengaruh besar terhadap sumberdaya ikan. Agar peraturan ini dapat berjalan maka pemerintah harus benar-benar mengadakan pengawasan secara terus menerus dan memberikan denda yang sangat besar pada para pelaku penambangan ini. 3 Kebijakan peningkatan pengawasan untuk mencegah illegal fishing. Harga ikan demersal yang relatif mahal menyebabkan banyak nelayan luar Bangka Belitung menangkap ikan di perairan karang yang banyak tersebar di wilayah ini. Hal ada ikan menyebabkan penurunan jumlah tangkapan nelayan adalah maraknya kegiatan pencurian ikan illegal fishing yang dilakukan oleh nelayan luar daerah maupun nelayan asing seperti nelayan Thailand, Vietnam dan Filipina. Oleh karena itu, pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung harus meningkatkan kegiatan pengawasan di perairannya dengan menambah jumlah armada kapal pengawas dan personil pengawas. 4 Kebijakan pengembangan teknologi bagi nelayan dan pembudidaya ikan Kebijakan ini adalah upaya dalam peningkatan produktivitas nelayan dan pembudidaya ikan di Bangka Belitung. Beberapa fokus utama dalam kebijakan ini antara lain: 1. Penguasaan, pengembangan dan penerapan teknologi untuk optimasi pemanfaatan sumberdaya perikanan dan rehabilitasi ekosistem, 2. Penguasaan dan penerapan teknologi penangkapan ikan, 3. Penguasaan dan penerapan teknologi budidaya laut termasuk sea farming sea ranching, 4. Penguasaan dan pengembangan serta penerapan bioteknologi, 5. Penguasaan dan pengembangan dan penerapan IPTEK prapanen dan pascapanen, 6. Penguasaan dan pengembangan teknik dan manajemen pemasaran, 7. Penguasaan, pengembangan dan penerapan teknologi pengelolaan limbah. 5 Kebijakan pengembangan pasca panen Kebijakan ini diperlukan untuk mempercepat peningkatan kesejahteraan nelayan melalui pengembangan nilai tambah produk. Melalui kegiatan pengolahan produk perikanan ini pemasukan keluarga tidak hanya mengandaklan nelayan yang menangkap ikan saja, akan tetapi juga akan dibantu oleh anggota keluarga lainnya seperti istri nelayan dan anak-anak nelayan. Dalam pelaksanaannya diperlukan perlu kebijakan pengembangan pasca panen dan bioteknologi dalam mendukung upaya percepatan tersebut. Nelayan di Provinsi Bangka Belitung telah memiliki teknik pengolahan produk perikanan yang unik dan berkualitas tinggi. Terasi Bangka adalah salah satu produk unggulan yang telah terkenal akan kualitasnya di seluruh nusantara. Ada juga sebuah metode pengolahan ikan yang unik yang dilakukan nelayan yaitu fermentasi ikan-ikan kecil seperti teri dan udang rebon yang secara loka disebut rusep dan kecalok. Kedua jenih makanan olahan ini memiliki rasa yang lezat dan telah menjadi produk khas Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 6 Kebijakan pengembangan budidaya perikanan Perikanan budidaya adalah usaha yang masih relatif belum berkembang dengan baik di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Pengembangan budidaya perikanan di Bangka Belitung harus berpihak kepada skala kecil dan menengah. Pemerintah daerah harus memfokuskan kebijakan pengembangan budidaya perikanan ini dengan memperhatikan pembangunan pada aspek penyediaan infrastruktur, penyediaan input dan membantu dalam ketersediaan modal. Ketiga aspek ini perlu diperhatikan karena sering menjadi kendala yang dihadapi nelayan dalam usaha budidaya perikanan. 7 Kebijakan pengembangan sumberdaya manusia kelautan Keterbatasan sumberdaya manusia yang berkualitas menjadikan pembangunan sektor perikanan sulit dilakukan di Provinsi Bangka Belitung. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia ini tidak hanya terjadi pada nelayan dan masyarakat saja, akan tetapi juga pada aparat pemerintah yang mengatur pembangunan di wilayah pesisir. Oleh karena itu, pengembangan sumberdaya manusia kelautan menjadi mutlak diperlukan dalam usaha pembangunan perekonomian wilayah pesisir. Beberapa strategi kebijakan yang perlu dilakukan dalam upaya meningkatkan kualitas sumberdaya manusia untuk pembangunan di wilayah pesisir adalah sebagai berikut: 1. Mengembangkan kapasitas aparat pemerintahan, 2. Meningkatan kapasitas masyarakat lokal, 3. Membangun sebuah pusat pelatihan keterampilan, 4. Pelatihan penjaga pantai baywacth di daerah-daerah tujuan wisata bahari. 8 Kebijakan pengelolaan secara terpadu melalui IRCOM Pengelolaan wilayah pesisir dan laut secara terpadu di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan IRCOM Integrated River Basin Coastal and Ocean Management. Dalam IRCOM pengelolaan sumberdaya dilakukan dengan melakukan zonasi atau pengaturan tata ruang pemanfaatan sumberdaya alam yang berkelanjutan. Pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam dan jasa lingkungan juga harus mengutamakan aspek keterpaduan yaitu: 1. Keterpaduan ekologis Keterkaitan ekologis yang sangat tinggi di wilayah pesisir dan lautan menyebabkan perlunya pengelolaan yang terpadu secara ekologis. Pemerintah daerah harus mampu menciptakan kebijakan pengelolaan yang selaras antara kegiatan ekonomi di wilayah daratan hingga lautan. Keterpaduan yang paling penting untuk diperhatikan adalah pengaturan kegiatan pemanfaatan sumberdaya di perairan mulai dari hulu dan hilir sungai, muara, pesisir hingga tengah lautan. 2. Keterpaduan sektoral Keberhasilan pembangunan ekonomi di wilayah pesisir dan lautan juga tergantung pada keterpaduan sektor-sektor yang terdapat di kawasan pesisir dan laut seperti perikanan, pariwisata, pertambangan, industri, dan lain-lain. Agar tercapainya keterpaduan ini, di wilayah Bangka Belitung perlunya dilakukannya pengaturan terhadap aktivitas penambangan timah di DAS dan wilayah yang berpengaruh besar terhadap sumberdaya ikan. Hal ini penting dilakukan untuk menjamin kelestarian sumberdaya ikan sehingga usaha perikanan tangkap dan budidaya dapat berkembang. Kegiatan pertambangan timah juga harus diatur agar tidak merusak keindahan wilayah pantai sehingga sektor pariwista bahari di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dapat terus maju. 3.Keterpaduan bidang ilmu Keterpaduan antara berbagai disiplin ilmu penting dilakukan untuk menjamin terciptanya sebuah konsep pengelolaan yang komprehensif. Beberapa bidang ilmu yang terkait dengan pengelolaan wilayah pesisir dan laut adalah oseanografi, biologi laut, keteknikan, sosiologi, hukum, dan sebagainya. 4. Keterpaduan stakeholder Keterpaduan antar berbagai stakeholder harus dilakukan oleh pemerintah, swasta, masyarakat, LSM dan perguruan tinggi. Adanya hubungan kerjasama antar stakeholder ini dapat menjamin keberlangsungan sistem pengelolaan yang terpadu. 5. Keterpaduan geografis Keterpaduan geografis adalah adanya pengaturan wilayah kekuasaan antara provinsi dengan kabupatenkota di Babel. Dengan adanya kejelasan wilayah territorial maka hubungan kerjasama dan koordinasi pengelolaan dapat dilakukan dengan lebih baik. b Arah Pengembangan Sektor Pariwisata Bahari Salah satu potensi besar dalam kerangka pengembangan ekonomi daerah berbasis kepulauan adalah pengembangan wisata pulau-pulau kecil. Kegiatan pariwisata bahari menjadi fokus utama karena secara natural potensi kawasan pesisir dan laut pulau-pulau kecil hampir tersebar di seluruh pulau Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Dengan ukuran fisiknya yang relatif kecil dan keterbatasan daya dukung yang dimiliki pulau-pulau kecil, seyogyanya pengembangan pariwisata di pulau-pulau kecil juga mempertimbangkan “kapasitasnya” yang “kecil”, tetapi dapat menawarkan “keindahan” yang berskala besar, bahkan internasional. Terkait dengan konsep “kecil itu indah”, pengembangan pariwisata di pulau-pulau kecil harus membatasi skala pengembangan yang tidak boleh melewati batas ambang carrying capacity yang dimiliki pulau kecil tersebut. Keterbatasan skala pengembangan tidak berarti membatasi “nilai” yang bisa diraih dengan pengembangan pariwisata di pulau-pulau kecil. Oleh karena itu, pengembangan yang membatasi “jumlah” ini harus diimbangi dengan pencapaian “nilai” yang besar. Pengembangan pariwisata di pulau-pulau kecil harus mencerminkan identitas lokal yang unik, khas, dan berbeda, baik pada pengembangan objek dan daya tarik wisatanya maupun penyediaan sarana dan prasarana penunjangnya. Potensi pariwisata di Babel tidak hanya mengandalkan keindahan alamnya saja, akan tetapi juga diperkaya dengan beragamnya khasanah budaya berupa kegiatan perayaan adat istiadat yang banyak dilakukan oleh masyarakat lokal. Adat istiadat ini tetap dipelihara dan dijaga kelestariannya Pengelolaan pulau-pulau yang sangat kecil dan tidak berpenghuni, dapat dikembangkan suatu bentuk resort wisata yang dikelola secara profesional oleh suatu manajemen tertentu. Pengelolaan di bawah satu manajemen memungkinkan pengawasan yang lebih terkontrol, misalnya dalam hal mengelola limbah yang dihasilkan. Dengan konsep ini, pariwisata menjadi alat untuk meningkatkan nilai tambah bagi lingkungan dan perekonomian di pulau-pulau kecil. Fokus utama dalam kebijakan pengembangan pariwisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terutama diarahkan untuk: 1 Meningkatkan ketersediaan prasarana dan sarana publik yang mendukung dalam pelayanan dan kenyamanan para wisatawan seperti ketersediaan hotel dan sarana hiburan lainnya. 2 Meningkatkan kualitas dan kapasitas sumberdaya manusia yang bekerja dalam pengelolaan pariwisata bahari. 3 Mengembangkan sistem pendataan dan informasi yang lengkap sehingga memudahkan wisatawan mendapatkan informasi dengan akses yang cepat, mudah serta murah. Pengembangan sistem pendataan dan informasi ini sekaligus melayani dan mendukung kegiatan promosi dan investasi di sektor pariwisata bahari. 4 Mengembangkan aktivitas ekonomi nonpariwisata yang memiliki keterkaitan dengan periwisata bahari seperti industri kerajinan tangan, industri makanan olahan, restoran sea food dan jasa angkutan laut. 5 Meningkatkan jaminan dan sistem keamanan yang kuat bagi wisatawan yang memanfaatkan potensi pariwisata bahari. Hal ini penting dilakukan untuk menarik kedatangan wisatawan dari luar negeri. 6 Menciptakan iklim investasi yang kondusif bagi kalangan investor untuk mengembangkan pariwisata bahari seperti insentif maupun disinsentif. 7 Mengembangkan model pengelolaan yang mampu menjaga kelestarian ekosistem laut dan memperhatikan kesesuaian dengan budaya masyarakat lokal. c Arah Pengembangan Transportasi Laut Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang terdiri atas pulau- pulau kecil dan wilayah perairannya lebih dari 80 dari total luas wilayahnya menjadikan pengembangan transportasi laut sangat penting dilakukan. Transportasi laut faktor utama yang menjadi penunjang pertumbuhan perekonomian di Bangka Belitung. Oleh karena itu, keberadaan sistem transportasi laut efektif dan efesien sangatlah menunjang perkembangan dan kemajuan provinsi ini. Arah kebijakan yang dilakukan untuk melakukan pengembangan sistem transportasi laut di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah sebagai berikut: 1 Meningkatkan kapasitas, jumlah, jangkauan dan kemampuan armada kapal. Peningkatan ini perlu dilakukan pada kapal-kapal yang mengangkut barang yang keluar maupun yang masuk provinsi. Terjadinya peningkatan ini diharapkan akan mampu mendorong peningkatan volume perdagangan baik ekspor dan impor wilayah Bangka Belitung 2 Mengembangkan kebijakan yang mampu mendorong lembaga keuangan perbankan maupun non-bank untuk memudahkan dalam hal pinjaman untuk pengadaan kapal. Melalui kebijakan ini diharapkan mampu meningkatkan kemampuan pengusaha lokal untuk mengembangkan investasinya dalam usaha perhubungan laut. 3 Menciptakan kemudahan dalam proses perijinan pemilikan kapal dan prosedur kepelabuhanan. Kemudahan birokrasi dalam pembuatan ijin kepemilikan kapal akan membuat iklim investasi pada sektor perhubungan laut menjadi meningkat.

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan untuk menentukan kebijakan pembangunan bidang kelautan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, maka diperoleh beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut : 1. Kontribusi bidang kelautan terhadap perekonomian Babel cukup besar yaitu berkisar rata-rata 48 dari total PDRB dan masih memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Potensi pada sektor perikanan mencapai 1.185.000 tontahun dengan estimasi nilai ekonomi Rp.19,6 trilyun per tahun dan baru hanya berkisar 41 saja yang baru dimanfaatkan. Pembangunan sektor perikanan ini dicanangkan dalam sebuah kebijakan yang dinamakan Etalase Kelautan. Sektor pertambangan juga menyumbangkan kontribusi yang besar sekitar 95.000 mttahun atau setara 38 dari konsumsi timah dunia. Selain timah jenis bahan galian lainnya yang dapat dimanfaatkan yaitu: pasir kuarsa, granit, diabas, bijih besi, pasir bangunan dan kaolin. Hanya saja pemerintah sudah mulai melakukan kebijakan untuk mengatur kegiatan pertambangan, khususnya timah di pesisir dan laut, karena telah menyebabkan degradasi sumberdaya perikanan dan rusaknya lingkungan. Pada sektor pariwisata bahari telah menunjukkan peningkatan, walaupun pemanfaatannya masih belum optimal. Oleh karena itu, melalui kebijakan “Visit Babel Archi 2010” sektor ini diharapkan akan dapat menjadi sektor unggulan Bangka Belitung. Industri kelautan yang paling utama di Babel adalah industri peleburan timah smelter dengan jumlah perusahaan sekitar 18 buah. Sektor perhubungan adalah nadi kehidupan yang menopang pertumbuhan perekonomian karena menjadi jalur penting angkutan barang dan penumpang. Pada sektor bangunan kelautan Bangka Belitung memiliki 8 buah pelabuhan umum yang tersebar di seluruh wilayahnya.pada sektor jasa kelautan, jasa perdagangan adalah yang paling penting disebabkan jalur ekspor impor lewat laut seperti jasa pengiriman barang dan jasa pergudangan.