h. Pasir Bangunan
Lokasinya tersebar hampir di seluruh wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Kualitas pasir bangunan yang ada di Kepulauan Bangka Belitung
mempunyai kualitas terbaik kedua di dunia setelah Brasil.
i. Fire Clay
Suatu jenis lempung yang tersusun dari mineral kaolinit yang bentuk kristalnya fire clay adalah lempung yang terdiri dari mineral Kaolinit yang bentuk
kristalnya tidak sempurna Melorit = Disortered Kaolinite, Ilit, Kuarsa dan mineral lempung lainnya, bersifat lunak dan tidak mempunyai perlapisan.
Lempung ini mempunyai nilai PCE lebih besar dari 19 sehingga lainnya bersifat lunak, dan tahan terhadap suhu tinggi lebih dari 1500oC tanpa adanya
pembentukan massa gelas. Berbeda dengan ball clay dan bond clay, fire clay terbentuk karena tanah soil yang tertimbun oleh sedimen lain di daratan atau
cekungan lakustrine ataupun delta yang umumnya mengandung lapisan batubara muda Coal Measure, digunakan untuk bahan baku pembuatan bata tahan api.
Terdapat di Manggar Belitung Timur dan endapan sedimen kuarter di pulau Bangka.
j. Ball Clay dan Bond Clay
Ball clay adalah suatu jenis lempung yang tersusun dari mineral Kaolinit yang bentuk kristalnya tidak sempurna Disordered Kaolinit 49-60, Ilit
18-33, Kuarsa 7-22 dan mineral lain yang mengandung karbon 1- 4. Apabila sifat sifat fisik Ball Clay tersebut lebih rendah dari standar maka
lempung tersebut adalah Bond Clay. Ball Clay dan Bond Clay umumnya bersifat sangat plastis karena terdiri dari partikel sangat halus, selain plastis bond clay juga
mempunyai sifat daya ikat dan daya alir yang sangat baik. Ball Clay dan Bond Clay terjadi karena proses sedimentasi dalam cekungan lakustrine atau delta serta
berasosiasi dengan endapan pasir, lanau dan lignit. Kegunaannya Ball Clay dan Bond Clay terutama untuk industri keramik dan refraktori, industri karet. Ball
Clay dan Bond Clay terdapat di daerah Manggar-Belitung Timur.
k. Bauksit
Biji bauksit terjadi di daerah tropika dan subtropika yang memungkinkan pelapukan yang sangat kuat. Bauksit terbentuk dari batuan sedimen yang
mempunyai kadar Al nisbi tinggi, kadar Fe rendah dan kadar kuarsa SiO
2
bebasnya sedikit atau bahkan tak mengandung sama sekali. Cadangan di Pulau Bangka diperkirakan berjumlah 13,5 juta ton, namun belum dilakukan analisa
secara terperinci. Bauksit dapat diolah menjadi alumina dan aluminium.
l. Minyak Bumi dan Gas Bumi
Peluang lain yang cukup menarik di bidang pertambangan adalah terdapatnya cadangan minyak bumi dan gas bumi di lepas pantai offshore.
Lokasinya tersebar di sekitar perairan bagian selatan Pulau Bangka dekat Pulau Kebatu dan di perairan bagian utara Pulau Bangka dekat Pulau Tujuh.
Cadangan minyak bumi dan gas bumi dimungkinkan karena daerah tersebut secara geologi termasuk dalam Peta Reservoir Minyak Bumi dan Gas Bumi.
c Kebijakan Pengembangan Pertambangan Laut
Mengingat besarnya potensi pertambangan laut di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, maka Pemda telah mengeluarkan beberapa kebijakan yang
bertujuan mengatur pemanfaatan potensi sumberdaya tambang ini. Beberapa kebijakan yang telah dikeluarkan Pemda Babel antara lain:
1 Penataan usaha pertambangan timah •
Permasalahan pertimahan pada akhir tahun 2006 sampai dengan sekarang sudah lebih tertata pengelolaannya daripada sebelumnya
• Pemegang kuasa pertambangan pengolahanpemurnian berkurang dari 37
menjadi 18. •
Mendorong pola kemitraan antara tambang inkonvensionaltambang rakyat dengan perusahaan pertambangan.
• Penertiban yang terus menerus bekerjasama dengan aparat keamanan.
• Pelarangan ekspor bijih timah.
• Standarisasi ekspor logam timah.
• Mendorong pengembangan industri hilir dibidang pertimahan.
2 Kebijakan perizinan pertambangan umum ¾
Semua kegiatan pengelolaan usaha pertambangan umum wajib memiliki perizinan.
¾ Proses perizinan dapat diperoleh di masing-masing wilayah operasional
kegiatan pengelolaan pertambangan sesuai kewenangannya, yaitu menteri, gubernur dan bupatiwalikota berdasarkan PP nomor 75 tahun 2001.
Peraturan Pemerintah RI nomor 75 tahun 2001 yang berbunyi: Pasal 1 ayat 1 dan 2 :
Setiap usaha pertambangan bahan galian yang termasuk dalam golongan bahan galian strategis dan golongan bahan galian vital, baru dapat
dilaksanakan apabila terlebih dahulu telah mendapatkan kuasa pertambangan.
Kuasa pertambangan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dapat diberikan oleh :
a Bupatiwalikota apabila wilayah kuasa pertambangannya terletak dalam wilayah kabupatenkota danatau di wilayah laut sampai dengan 4 empat
mil laut; b Gubernur apabila wilayah kuasa pertambangannya terletak dalam beberapa wilayah kabupatenkota dan tidak dilakukan kerjasama
antara kabupatenkota maupun antara kabupatenkota dengan provinsi, danatau di wilayah laut yang terletak antara 4 empat sampai dengan 12
dua belas mil laut; c Menteri apabila wilayah kuasa pertambangannya terletak dalam beberapa wilayah provinsi dan tidak dilakukan kerjasama
antara provinsi, danatau di wilayah laut yang terletak di luar 12 dua belas mil laut.
3 Kebijakan penggunaan alat berat ¾
Pertambangan rakyat tidak diperkenankan menggunakan alat berat. ¾
Klasifikasi peralatan yang digunakan adalah peralatan sederhana dan non mekanik atau maksimal 2 dua unit mesin yang masing berkekuatan
maksimal 20 pk. ¾
Penggunaan alat dapat dilakukan pada perizinan secara badan hukum, yaitu melalui kuasa pertambangan eksploitasi.
4 Kebijakan pertambangan rakyat: ¾
Pertambangan rakyat bertujuan memberikan kesempatan kepada rakyat setempat dalam mengusahakan bahan galian
untuk turut serta membangun daerah dibidang pertambangan dengan bimbingan pemerintah propinsi.
¾ Pertambangan rakyat hanya dapat dilakukan oleh rakyat setempat yang
memegang kuasa pertambangan izin pertambangan rakyat. ¾
Apabila pertambangan rakyat pada suatu kabupatenkota merugikan atau menjadi permasalahan kabupatenkota lainnya, maka gubernur berwenang
menetapkan kelanjutan pertambangan tersebut. ¾
Tambang rakyat tidak diperkenankan menggunakan alat-alat mekanikalat berat.
Dalam melaksanakan
kebijakan-kebijakan tersebut, beberapa upaya yang telah dilakukan oleh Pemda Babel yaitu:
1. Mengeluarkan Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor
3 Tahun 2004 Tentang Pengelolaan Usaha Pertambangan Umum. 2.
Mengeluarkan pedoman tata cara penerbitan Kuasa Pertambangan KP dalam bentuk Peraturan Gubernur No. 5.C Tahun 2006
3. Mengeluarkan Peraturan Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Nomor 27
Tahun 2007 Tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Penjualan Logam Timah Di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung namun sudah dicabut dengan Peraturan
Gubernur Nomor 7 Tahun 2008 Tentang Pencabutan Peraturan Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Petunjuk Teknis
Tata Cara Penjualan Logam Timah Di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung . 4.
Penataan usaha pertambangan timah semula 37 smelter menjadi 18 smelter . 5.
Mencanangkan dan pelaksanaan program green babel program babel hijau. 6.
Melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap perusahaan pertambangan.
7. Pembinaan terhadap pemegang Kuasa Pertambangan KP pengolahan dan
pemurnian dengan memfasilitasi penyelenggaraan diklat Pengawas Operasional Pertama POP.
8. Mendorong kepada pemegang KP agar segera melaksanakan reklamasi
setelah menambang. 9.
Meminta kepada pemegang KP agar dapat melaksanakan program CDCSR terutama di daerah yang berdampak langsung terhadap usaha pertambangan.
Mengingat kegiatan pertambangan adalah kegiatan ekstraktif yang berdampak buruk bagi lingkungan, maka pemerintah sangat menekankan pada
kegiatan reklamasi pasca tambang. Beberapa upaya perbaikan lingkungan yang telah dilakukan adalah : program green babel, kawasan pertanian dan perikanan,
kawasan pariwisata, kawasan industri, peternakan bebek peking, sapi, perkebunan kelapa sawit dan karet, persediaan air bersih, kawasan hutan luas
lahan reklamasi. Kebijakan untuk melaksanakan reklamasi lahan tambang ini hanya bisa
dilaksanakan oleh perusahan-perusahaan besar. Sedangkan kegiatan penambangan yang dilakukan oleh rakyat biasanya tidak melakukan upaya perbaikan
lingkungan setelah menambang. Hal inilah yang menjadikan lingkungan di Babel baik di laut maupun di darat menjadi rusak.
Kegiatan reklamasi lahan bekas tambang memang membutuhkan dana yang relatif besar. Oleh karena itu, hanya dua perusahan penambang timah saja
yang melakukannya yaitu PT Timah dan PT Koba Tin. Luas lahan reklamasi kedua perusahaan tambang ini adalah sebagai berikut:
1 PT Timah: a. Luas lahan reklamasi
- Bangka Tengah 1.621,5 ha - Bangka Selatan 686,02 ha
- Bangka Barat 718,5 ha - Belitung dan Belitung Timur 1.528, 7 ha
b. Luas lahan belum reklamasi - Bangka Tengah 418 ha
- Bangka Selatan 39,66 ha - Bangka Barat 115,5 ha
- Belitung dan Belitung Timur 185,21 ha 2 PT. Koba Tin
a. Luas lahan reklamasi 3.364 ha b. Luas lahan belum reklamasi 1.942 ha
5.5.3 Keragaan Sektor Pariwisata Bahari
Selain memiliki potensi sumberdaya kelautan yang tangible, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung juga dianugrahi dengan kekayaan sumberdaya
intangible berupa keindahan panorama laut berupa pantai yang sangat indah. Selain itu, keindahan terumbu karang dan masih banyaknya sumberdaya ikan
menjadikan wisata selam dan sport fishing sebagai wisata alternatif yang dapat dikembangkan. Beberapa objek wisata alam yang terdapat di masing-masing kota
dan kabupaten di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung disajikan pada Lampiran 8.
Potensi pariwisata di Babel tidak hanya mengandalkan keindahan alamnya saja, akan tetapi juga diperkaya dengan beragamnya khasanah budaya berupa
kegiatan perayaan adat istiadat yang banyak dilakukan oleh masyarakat lokal. Adat istiadat ini tetap dipelihara dan dijaga kelestariannya. Beberapa event
perayaan adat istiadat yang dijadikan sebagai tujuan wisata di Babel dapat dilihat pada Lampiran 9.
Keindahan alam dan keanekaragaman budaya inilah yang menjadikan Bangka Belitung banyak dijadikan tujuan wisata. Hanya saya karena masih
kurang dalam hal promosi, Babel belum begitu terkenal di kalangan turis. Padahal jika dibandingkan dengan Bali, Babel tidak kalah indahnya, bahkan mungkin
lebih indah. Hal ini disebabkan, pantai-pantai di Bangka Belitung memiliki pantai landai yang berpasir putih bersih dan banyak terdapat batu granit raksasa di
sekitar pantai. Wisatawan yang datang ke Bangka Belitung masih didominasi oleh
wisatawan nusantara. Kunjungan wisatawan mancanegara masih relatif sedikit. Berdasarkan Tabel 16 dapat dilihat bahwa jumlah rata-rata wisatawan nusantara
yang datang adalah 67.591 orang atau sekitar 98,60. Dan jumlah wisatawan mancanegara hanya mencapai 961 orang atau 1,40 saja.
Tabel 16. Jumlah Wisatawan di Provinsi Bangka Belitung Tahun
Wisatawan Mancanegara Orang
Wisatawan Nusantara Orang
2001 799
77.192 2002
126 57.984
2003 578
40.549 2004
992 72.573
2005 2.301
79.593 2006
1.496 71.099
2007 433
74.148 Rata-rata
961 67.591
Persentase 1,40 98,60
Sumber: BPS, 2008
Berdasarkan Gambar 13 terlihat bahwa jumlah wisata yang paling banyak datang terjadi peningkatan yang signifikan sejak tahun 2004. Ini terjadi sebagai
dampak dari beberapa isu terorisme yang melanda lokasi wisata di Bali. Akibatnya banyak wisatawan yang mengalihkan tujuan wisatanya ke Babel
karena wilayah ini relatif aman dari ancaman teror. Oleh karena itu, dengan semakin gencarnya aksi pengeboman di beberapa lokasi wisata Bali, maka akan
dapat dipastikan bahwa Babel akan semakin ramai dikunjungi turis.
Gambar 13. Grafik Jumlah Wisatawan Babel.
Agar sektor pariwisata ini mampu berkembang lebih baik, maka Bangka Belitung harus menyediakan sarana dan prasarana penunjang kegiatan pariwisata.
Salah satu sarana penunjang adalah ketersediaan penginapan atau hotel untuk para wisatawan yang datang. Secara umum, jumlah hotel dan penginapan di Babel
masih relatif sedikit, walaupun mengalami peningkatan jumlahnya, seperti yang terdapat pada Tabel 17.
Tabel 17. Jumlah Hotel dan Penginapan di Bangka Belitung Tahun
Hotel dan Penginapan 2001 50
2002 53 2003 56
2004 57 2005 61
2006 61 2007 61
2008 70 Sumber: BPS, 2008
Kondisi hotel dan penginapan di Provinsi Bangka Belitung masih relatif belum begitu baik. Hanya sedikit saja hotel berbintang yang terdapat di lokasi
wisata. Selain itu, letak hotel tidak tersebar merata di seluruh objek wisata yang ada. Hotel hanya banyak terkonsentrasi di wilayah yang memang relatif maju,
sedangkan daerah yang masih belum maju jumlah hotelnya sangat sedikit bahkan tidak ada sama sekali. Nama dan lokasi hotel di Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung dapat dilihat lebih rinci pada Lampiran 10.
a Kebijakan Pengembangan Pariwisata Bahari
Visi dan misi pembangunan pariwisata Kepulauan Bangka Belitung sudah ditetapkan oleh Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Visi
pembangunan pariwisata Kepulauan Bangka Belitung adalah ”Terwujudnya
Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2013 sebagai Daerah Tujuan Wisata DTW utama di Kawasan Barat Indonesia yang berdaya saing tinggi dengan
menampilkan perpaduan keragaman kebudayaan daerah serta kekuatan potensi wisata bahari melalui pemanfaatan secara terkendali, berkelanjutan, dan
berwawasan lingkungan”. Misi pembangunan pariwisata yang ditetapkan dalam RIPPDA Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung 2007-2013 ini adalah: 1.
Penciptaan citra pariwisata Kepulauan Bangka Belitung yang berbasiskan potensi wisata bahari dan kekhasan budaya pesisir sebagai identitas provinsi.
2. Peningkatan daya saing pariwisata Kepulauan Bangka Belitung melalui
pengembangan kawasan wisata unggulan provinsi yang memiliki keunggulan produk wisata dan keterpaduan dalam pengelolaan.
3. Penerapan perencanaan dan pengelolaan produk wisata yang berkelanjutan
dan berwawasan lingkungan. 4.
Peningkatan kualitas lingkungan fisik, sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat Kepulauan Bangka Belitung melalui pengembangan pariwisata.
5. Peningkatan apresiasi masyarakat terhadap pariwisata Kepulauan Bangka
Belitung yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Tujuan dan sasaran pembangunan pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung dijabarkan dengan lebih jelas dan terukur pada tujuan dan sasaran pembangunan pariwisata. Tujuan Pembangunan Pariwisata Kepulauan Bangka
Belitung adalah sebagai berikut: 1.
Menciptakan keanekaragaman dan keunggulan potensi wisata bahari yang khas sebagai daya tarik wisata unggulan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung,
dengan memunculkan identitas dan unsur-unsur budaya pesisir khas Kepulauan Bangka Belitung.
2. Meningkatkan nilai jual pariwisata Kepulauan Bangka Belitung, melalui
pengembangan pariwisata Kepulauan Bangka Belitung yang ramah lingkungan, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial.
3. Menciptakan perencanaan pariwisata yang terpadu dan sinergis dengan sektor
lain.
4. Mendorong partisipasi aktif pelaku pariwisata, termasuk masyarakat, dalam
pengembangan pariwisata, yang meningkatkan manfaat sosial, budaya, dan ekonomi dari pengembangan pariwisata bagi masyarakat.
5. Menjadikan kawasan wisata unggulan provinsi sebagai motor penggerak
perekonomian daerah, sekaligus menyebarkan perkembangan pariwisata ke daerah-daerah yang pariwisatanya belum berkembang.
Sasaran pengembangan
pariwisata Kepulauan Bangka Belitung yang ingin
dicapai antara lain: 1.
Teridentifikasinya potensi wisata bahari yang khas untuk setiap daya tarik wisata bahari, terutama daya tarik wisata bahari unggulan Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung. 2.
Terciptanya nuansa budaya pesisir di setiap produk wisata Kepulauan Bangka Belitung.
3. Terwujudnya budaya wisata bahari dan pulau-pulau kecil sebagai citra
pariwisata Kepulauan Bangka Belitung 4.
Terwujudnya tema pengembangan kawasan wisata untuk memperkuat identitas pariwisata Kepulauan Bangka Belitung.
5. Terwujudnya pengelolaan produk wisata dan pasar wisatawan yang ramah
lingkungan. 6.
Meningkatnya kualitas penyediaan data dan informasi sebagai modal dasar dalam pengembangan pariwisata KepulauanBangka Belitung bagi wisatawan,
pelaku bisnis pariwisata, dan pengambil keputusan. 7.
Terwujudnya pemasaran dan promosi pariwisata Kepulauan Bangka Belitung ke pasar wisatawan yang tepat dan terarah.
8. Terwujudnya iklim investasi yang harmonis dan menguntungkan bagi
masyarakat Kepulauan Bangka Belitung. 9.
Meningkatnya peluang keterlibatan masyarakat Kepulauan Bangka Belitung dalam perencanaan, pengelolaan, dan pengendalian pengembangan pariwisata
untuk peningkatan kualitas kehidupannya. 6.
Meningkatnya kualitas sumber daya manusia yang kompeten dan berkualitas dalam pengembangan pariwisata.
7. Meningkatnya arus perjalanan wisata di dalam dan ke dalam Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung. 8.
Terciptanya koordinasi yang seimbang antara sektor publik dan swasta yang terkait dalam pengembangan pariwisata, serta dengan masyarakat lokal,
lembaga swadaya masyarakat dan akademisi. Arah pengembangan pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
didasarkan pada konsep pengembangan, visi dan misi, serta tujuan dan sasaran yang hendak dicapai dalam pengembangan pariwisata. Arah pengembangan ini
menjadi acuan dalam perumusan kebijakan, strategi, dan indikasi program pengembangan kepariwisataan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Strategi
pengembangan pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung antara lain: 1.
Pengembangan Perwilayahan Dimaksudkan untuk mendukung dan memacu perkembangan sektor-sektor di
seluruh wilayah secara keseluruhan secara terintergrasi, berdaya saing, keanekaragaman yang harmonis saling melengkapi.
2. Pengembangan Produk Wisata
Produk unggulan yang : mendukung tema wisata bahari dan pariwisata pulau- pulau kecil, bermanfaat dan berkelanjutan serta unikkhas tradisi
mencerminkan jati diri, berkeseimbangan; pemberdayaan dan memperhatikan daya dukung spesifik daerah dan yang paling penting adalah berkualitas.
3. Pengembangan Pasar dan Pemasaran
Fokus pada pasar eksisting wisnus regional, sambil mengembangkan pasar Wisatawan mancanegara. Strategi pemasaran yang berdasarkan karakteristik
pasar terpadu, efisien, efektif dan terorganisir dengan baik. 4.
Pengembangan Transportasi dan Infrastruktur Penunjang Peningkatan aksesibilitas khususnya dari pasar potensial, ke dan antar
kawasan wisata Bangka Belitung. Terintergrasi berdasarkan pergerakan dan kebutuhan perjalanan sesuai dengan tujuan dan sasaran pengembangan
wilayah keseluruhan. 5.
Pengembangan Sumber Daya Manusia Meningkatkan peran SDM melalui Pemberdayaan masyarakat sebagai subjek
dan pengembangan SDM yang berkualitas dan berkompeten.
6. Pengembangan Kelembagaan
Program antar lembaga yang terkoordinasi dan bersinergi, kerjasamakemitraan baik di dalam maupun di luar negeri. sistem
kelembagaan yang efektif sehingga kondusif bagi investasi. Kelembagaan perpajakan, retribusi serta pemasaran dan promosi.
7. Pengelolaan Lingkungan
Penegakan hukum dan payung hukum bagi perlindungan lingkungan obyek wisata. Meningkatkan peran pemerintah dan masyarakat dalam penangan
masalah lingkungan. Pengelolaan permasalahan lingkungan melalui pariwisata.
Melihat besarnya potensi pariwisata bahari yang dimiliki Babel, maka Pemerintah Daerah telah menyusun sebuah kebijakan pengembangan pariwisata.
Kebijakan tersebut dirancang dalam sebuah program khusus dan dijadikan kebijakan unggulan. Kebijakan pengembangan pariwisata bahari ini terangkum
dalam sebuah kebijakan yang yaitu “ Visit bangka belitung Archipelago 2010.
Visit Bangka Belitung Archipelagic yang disingkat Visit Babel Archi 2010
adalah salah satu program unggulan berbasis pada sektor pariwisata yang didukung oleh kekuatan sektor-sektor pembangunan lainnya secara terpadu,
terarah dan berkesinambungan, sehingga mampu memberikan pelayanan yang optimal dalam rangka menerima kunjungan wisatawan baik domestik terlebih-
lebih mancanegara ke Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Diharapkan dengan adanya upaya-upaya tersebut akan memicu dan memacu pembangunan sektor
pariwisata berkeunggulan kompetitif pada tataran regional dan global. Sebagai outcome yang diharapkan adalah sektor pariwisata dapat memberikan kontribusi
yang cukup besar pada percepatan pertumbuhan ekonomi daerahnasional, terciptanyan lapangan kerja dan lapangan berusaha, serta meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Wisata unggulan yang akan dipamerkan adalah Festival Memancing
tingkat Nasional, Pertandingan Skin Diving dan menyeberang Selat Gelasa mulai dari Tanjung Berikat ke Tanjung Pandan, Pertandingan Jetski di Sadai Bangka
Selatan, Festival Perahu Naga di Sungai Baturusa, dan event-event lainnya yang secara teratur dilakukan sepanjang tahun 2010.
Dalam rangka menjamin terlaksananya program ini, maka dibutuhkan kesiapan dari sarana dan prasarana. Beberapa sarana dan prasarana yang telah
disiapkan antara lain: mempersiapkan objek-objek wisata andalan yang ada di seluruh wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Infrastruktur jalan dan
jembatan, terutama yang menghubungkan objek-objek wisata serta sistem transportasi dari bandara-bandara dan pelabuhan-pelabuhan laut yang ada ke
objek-objek wisata. Beberapa investor juga telah siap membangun hotel-hotel berbintang 345 sebanyak tiga buah dengan kapasitas kamar minimal 500 kamar
didukung oleh hotelresort berbintang 1 atau 2 serta melati yang memiliki daya tampung lebih dari 500 kamar. Jembatan Baturusa II dan III serta Jalan Lingkar
Timur Bangka yang menghubungkan kota Pangkalpinang – Sungailiat lewat pantai timur telah selesai dibangun guna menunjang kelancaran perjalanan.
Arah kebijakan Promosi pariwisata terus digencarkan sejak dini dengan melibatkan seluruh komponen pemangku kepentingan baik pemerintah,
pemerintah provinsi dan pemerintah kabupatenkota, pihak investorswasta maupun masyarakat. Dinas Pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
sebagai leading sector Agenda Visit Babel Archi 2010 dengan melakukan Koordinasi, Integrasi, Sinkronisasi dan Sinergi KISS dengan dinas-dinas lainnya
di lingkungan Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sekaligus mengintensifkan KISS dengan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata di
Jakarta secara rutin demikian juga melakukan upaya kemitraan dengan Pemerintah KabupatenKota secara terus menerus, serta mengikutsertakan
lembaga-lembaga independen dan swadaya masyarakat, pelaku-pelaku bisnis, pengamat pariwisatasenibudaya serta tokoh-tokoh masyarakat termasuk
didalamnya tokoh-tokoh pemuda.
b Konsep Pengembangan Pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Pengembangan pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengacu pada konsep pengembangan yang akan menjadi ”kerangka” dalam merumuskan
kebijakan dan strategi pengembangan. Konsep pengembangan ini terkait dengan potensi dan permasalahan pengembangan kepariwisataan, isu-isu strategis
pengembangan kepariwisataan, serta analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman dalam pengembangan kepariwisataan. Beberapa konsep pengembangan pariwisata bahari yang dapat dilakukan antara lain:
1 Konsep Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan
Pembangunan pariwisata yang berkelanjutan adalah pembangunan yang didukung secara ekologis dalam jangka panjang, sekaligus layak secara ekonomi,
adil secara etika dan sosial terhadap masyarakat. Potensi sumber daya wisata Kepulauan Bangka Belitung sekaligus potensi pasar wisatawan yang tersebar
tidak merata, kondisi lingkungan fisik yang cenderung sudah rusak terutama akibat penambangan timah, serta keragaman kondisi sosial, budaya, maupun
ekonomi menyebabkan pengembangan pariwisata yang sesuai dengan kerangka pembangunan berkelanjutan menjadi tidak bisa ditawar-tawar lagi.
Pengembangan kepariwisataan harus disesuaikan dengan daya dukung spesifik untuk tiap-tiap wilayahnya.
Pembangunan kepariwisataan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang berkelanjutan berprinsip pada:
¾ Terjaminnya keberlanjutan sumber daya wisata dan sumber daya pendukung
pembangunan pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung untuk kesejahteraan masyarakat.
¾ Terintegrasinya pembangunan kepariwisataan Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung dengan lingkungan alam, budaya, dan manusia, serta menjamin perubahan yang terjadi akibat pembangunan pariwisata dapat diterima oleh
lingkungan. ¾
Terpadunya perencanaan dan pengembangan pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang disusun pemerintah dan otoritas yang berwenang
dengan seluruh pemangku kepentingan pariwisata. Dengan konsep ini pariwisata menjadi alat untuk meningkatkan kualitas fisik, sosial budaya, dan
ekonomi, serta ditujukan untuk keberlanjutan sumber daya dan kesejahteraan masyarakat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
2 Konsep Pengembangan Pariwisata Pulau-pulau Kecil
Konsepsi pengembangan pariwisata pulau-pulau kecil tidak dapat dilepaskan dari konsepsi pembangunan kepariwisataan nasional. Dalam konsepsi
pembangunan kepariwisataan nasional, pembangunan kepariwisataan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang dilaksanakan secara
berkelanjutan dan bertujuan untuk mewujudkan peningkatan kepribadian dan kemampuan manusia dan masyarakat Indonesia melalui pemanfaatan ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan memperhatikan tantangan perkembangan global.
Pengembangan pariwisata pulau-pulau kecil dengan demikian harus
memperkukuh nilai kesatuan dan persatuan negara Republik Indonesia. Pada hakekatnya pengembangan pariwisata di pulau-pulau kecil harus berlandaskan
pada nilai-nilai agama dan budaya lokal, dengan memperhatikan dan menghormati hak-hak ulayat masyarakat di sekitarnya. daya yang sangat khas,
pengembangan pariwisata di Kepulauan Bangka Belitung harus menerapkan pendekatan perencanaan dan pengelolaan pariwisata di pulau-pulau kecil, yaitu:
1. Kecil itu Indah Small is beautiful
Dengan ukuran fisiknya yang relatif kecil dan keterbatasan daya dukung yang dimiliki pulau-pulau kecil, seyogyanya pengembangan pariwisata di
pulau-pulau kecil juga mempertimbangkan “kapasitasnya” yang “kecil”, tetapi dapat menawarkan “keindahan” yang berskala besar, bahkan internasional.
2. Intensitas Rendah – Nilai Tinggi Low intensity – High value
Terkait dengan konsep “kecil itu indah”, pengembangan pariwisata di pulau- pulau kecil harus membatasi skala pengembangan yang tidak boleh melewati
batas ambang carrying capacity yang dimiliki pulau kecil tersebut. Keterbatasan skala pengembangan tidak berarti membatasi “nilai” yang bisa
diraih dengan pengembangan pariwisata di pulau-pulau kecil. Oleh karena itu, pengembangan yang membatasi “jumlah” ini harus diimbangi dengan
pencapaian “nilai” yang besar.
3. Identitas Lokal Local identity
Pengembangan pariwisata di pulau-pulau kecil harus mencerminkan identitas lokal yang unik, khas, dan berbeda, baik pada pengembangan objek dan daya
tarik wisatanya maupun penyediaan sarana dan prasarana penunjangnya. 4. Satu Pulau-Satu Manajemen One island one management
Untuk pulau-pulau yang sangat kecil dan tidak berpenghuni, dapat dikembangkan suatu bentuk resor wisata yang dikelola secara profesional oleh
suatu manajemen tertentu. Pengelolaan di bawah satu manajemen memungkinkan pengawasan yang lebih terkontrol, misalnya dalam hal
mengelola limbah yang dihasilkan. Dengan konsep ini, pariwisata menjadi alat untuk meningkatkan nilai tambah bagi lingkungan dan perekonomian di
pulau-pulau kecil.
3 Konsep Pengurangan Ketimpangan Pembangunan Wilayah
Pertumbuhan dan kegiatan masyarakat cenderung terpusat di daerah yang relatif memiliki sumber daya yang lebih baik, sehingga seringkali menyebabkan
daerah yang kurang berkembang menjadi semakin tertinggal. Pembangunan wilayah seyogyanya dilakukan untuk mengurangi ketimpangan dan bukan
memperparah perbedaan. Dengan mempertimbangkan bahwa pariwisata juga dan justru perlu dikembangkan sebagai penggerak pembangunan di daerah yang
memiliki sektor lain yang sukar atau tidak dapat ditumbuhkan, maka pariwisata menjadi salah satu alat dalam mengurangi ketimpangan pembangunan wilayah.
Pariwisata merupakan sektor yang ’relatif’ dapat dikembangkan di mana saja, dengan menciptakan daya tarik dan aksesibilitas, serta melakukan kegiatan
promosi efektif kepada wisatawan yang menjadi sasaran. Pengembangan ini tentu saja harus tetap mengacu pada rambu-rambu pembangunan dan norma-
norma budaya. Dengan demikian, perkembangan pariwisata di wilayah yang relatif lebih maju diharapkan dapat memicu dan berefek ganda pada wilayah
belakangnya. Pembangunan yang dilakukan di daerah yang lebih maju juga dimaksudkan untuk menyebarkan pembangunan ke daerah sekitarnya.
Pariwisata di daerah-daerah yang relatif belum seberkembang daerah lainnya, perlu didukung dan diprioritaskan pengembangannya. Penyediaan sarana
dan prasarana penunjang, khususnya prasarana jalan di kawasan wisata yang
belum berkembang namun berpotensi untuk menjadi unggulan, harus diprioritaskan. Semua sektor dan pihak yang terkait, termasuk para pengambil
keputusan, akan mendukung dan memberikan komitmen yang menerus dalam meratakan pembangunan wilayah Kepulauan Bangka Belitung. Dengan konsep ini
pariwisata menjadi alat untuk mengurangi ketimpangan pembangunan wilayah Kepulauan Bangka Belitung.
4 Konsep Keterkaitan Antarsektor
Pengembangan wilayah melihat sektor-sektor sebagai suatu sistem yang saling berkaitan. Sektor ekonomi yang utama di suatu wilayah perlu
dikembangkan dalam kerangka saling mendukung dengan sektor lain. Pariwisata sangat multisektoral dan tidak dapat maju dan berkembang dengan sendirinya
tanpa dukungan dari sektor lain. Di lain pihak, sektor lain pun dapat memanfaatkan pariwisata untuk bersinergi secara positif sehingga saling
mendukung dan menguntungkan. Dengan kreativitas dan inovasi perencanaan, pariwisata dapat dikembangkan seiring dan sejalan dengan sektor lainnya tanpa
harus memunculkan konflik. Oleh karena itu pengembangan pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung harus: 1
Dikaitkan dan diselaraskan dengan sektor ekonomi dasar yang berkembang atau berpotensi di daerah yang bersangkutan, misalnya pengembangan wisata
agro perkebunan lada dan nanas di kawasan kebun lada dan nanas, kegiatan wisata tambang timah di kawasan pertambangan timah.
2 Secara kreatif menggali potensi, baik yang tangible maupun intangible dari
potensi sumber daya sektor-sektor lain di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 3
Bekerja sama dan berkoordinasi dengan sektor lain, dalam berbagai tahapan perencanaan, implementasi dan pengawasan pembangunan, serta dengan jelas
menguraikan ’siapa melakukan apa’ di antara sektor-sektor yang ada dalam pemerintahan, industri pariwisata, masyarakat, dan pemangku kepentingan
pariwisata lainnya. Dengan konsep ini pariwisata menjadi alat pemersatu sektor-sektor
pembangunan wilayah dan mengurangi potensi konflik antar kepentingan.
5 Konsep Kehidupan yang Berkeseimbangan
Falsafah pembangunan kepariwisataan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menyangkut hubungan kehidupan yang berkeseimbangan antara
manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa, hubungan antara sesama manusia, dan hubungan antara manusia dengan lingkungan alam. Segala bentuk kegiatan
kepariwisataan harus sejalan dengan nilai-nilai luhur yang menjadi landasan spiritual, moral dan etika. Pengembangan pariwisata Kepulauan Bangka Belitung
juga tidak mengenal perbedaan ras, suku, bangsa, agama, jenis kelamin, bahasa, seperti pengakuan atas prinsip dasar hak asasi manusia HAM.
Pemanfaatan lingkungan bagi pengembangan pariwisata Kepulauan Bangka Belitung harus menerapkan keseimbangan mikro manusia dan makro
alam untuk mencegah ketidakadilan, keserakahan, dan pengrusakan terhadap budaya dan alam Kepulauan Bangka Belitung. Selain itu, pembangunan
kepariwisataan Kepulauan Bangka Belitung juga mengedepankan peran serta dan keterlibatan masyarakat Kepulauan Bangka Belitung. Manusia ditempatkan
sebagai subjek dan juga objek pembangunan dalam pengembangan pariwisata yang berbasis masyarakat community based tourism.
6 Konsep Pengembangan “ship promotes the trade” dan “trade follow the
ship”
Konsep ini terkait dengan pengembangan sistem transportasi sebagai sistem infrastruktur, yang secara fungsional harus diselenggarakan untuk
memenuhi fungsi utama, yakni: a
Fungsi akses: menyediakan akses bagi ruang kegiatan secara cukup dan merata di semua wilayah pelayanannya.
b Fungsi mobilitas: jaringan transportasi harus tersedia secara cukup untuk
mengakomodasimeneruskan pergerakan orangbarang antarwilayah secara efisien.
c
Fungsi-fungsi lain seperti pertahanan keamanan, pendorongimpuls bagi kegiatan ekonomi, dan lain sebagainya pada dasarnya merupakan turunan dari
kedua fungsi utama tersebut.
7 Konsep Pengembangan Perwilayahan Pariwisata Unggulan
Untuk memacu pertumbuhan pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, pengembangan pariwisata difokuskan pada kawasan wisata berskala
provinsinasionalinternasional. Kawasan wisata dengan skala provinsi dijadikan sebagai kawasan wisata unggulan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Kawasan
wisata unggulan provinsi dapat terdiri dari beberapa daya tarik wisata dan berada dalam daerah administrasi yang berbeda, serta memiliki peran strategis karena
memiliki keunikan daya tarik yang bernilai tinggi dan mendukung tema dan citra Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Perkembangan pariwisata di kawasan
wisata ini diharapkan dapat menyebarkan pengembangan pariwisata ke daerah- daerah lain di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Pengertian kawasan wisata didasarkan pada konsep yang memandang pengembangan pariwisata sebagai bagian atau alat dalam pengembangan
wilayah. Suatu kawasan wisata merupakan rangkaian tujuan wisata yang dihubungkan oleh koridor sirkulasi, yang dapat berwujud jaringan jalan, rute
penerbangan, atau pelayaran kapal. Setiap kawasan wisata memiliki daya tarik wisata dan atau kelompok daya tarik wisata, fasilitas dan pelayanan wisata, serta
gerbang masuk kawasan yang dapat berupa bandara, terminal, stasiun atau bahkan jalan raya. Kawasan wisata dapat berada di permukiman penduduk, lahan
pertanian, hutan lindung, dan lain-lain. Pengelompokan daya tarik wisata ke dalam suatu kawasan wisata
dilakukan dengan tujuan: a
Memunculkan kekhasan produk wisata yang dimiliki Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
b Secara kolektif membentuk atau memunculkan ciri khas yang mengedepankan
atau mengangkat jati diri masyarakat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. c
Meningkatkan daya saing produk wisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. d
Menciptakan keterpaduan pengembangan pariwisata antar kawasan.
e
Efisiensi pelaksanaan program pembangunan pariwisata, baik perencanaan, pengelolaan, maupun pemasaran dan promosi.
Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan pengelompokan tersebut adalah:
1. Faktor geografis: kedekatan geografis merupakan faktor penting yang harus
dipertimbangkan dalam menentukan pengelompokan kawasan pariwisata. Perencanaan dan pengembangan pariwisata akan lebih mudah dilakukan jika
jarak fisik antarkawasan dekat. Kedekatan geografis juga akan mempermudah koordinasi pihak-pihak yang terkait dalam pengembangan kawasan.
2. Faktor aksesibilitas: faktor kedekatan geografis harus ditunjang dengan
aksesibilitas yang baik. Walaupun letak daerah tujuan wisata berdekatan, bila tidak ditunjang oleh aksesibilitas yang mudah, maka pengelompokannya akan
dilakukan dengan daerah tujuan wisata lain yang aksesibilitasnya lebih baik. Faktor kemudahan aksesibilitas ini diperlukan agar perkembangan pariwisata
di suatu daerah tujuan wisata akan mempengaruhi perkembangan pariwisata di daerah tujuan wisata lainnya yang berada dalam satu kawasan pengembangan
pariwisata. 3.
Faktor pengikat, merupakan ’tanda’ fisik atau non fisik yang berfungsi sebagai pengikat beberapa daerah tujuan wisata. ’Tanda’ fisik dapat berupa bentang
alam, jalur jalan, atau batas wilayah, sedangkan nonfisik dapat berupa pengaruh suatu budaya tertentu. Daerah tujuan wisata yang berada dalam satu
faktor pengikat yang sama memiliki kecenderungan karakteristik fisik dan nonfisik wilayah yang sama sehingga mempermudah perumusan rencana dan
program yang akan dilakukan pada kawasan pengembangan pariwisata tersebut.
4. Karakteristik produk wisata unggulan yang sama dan atau saling melengkapi.
Suatu kawasan pariwisata sebaiknya memiliki produk wisata unggulan yang dapat dijadikan tema pengembangan sehingga dapat memunculkan identitas
kawasan. 5.
Keragaman produk wisata unggulan antarkawasan: kawasan pariwisata yang terbentuk harus dapat menunjukkan keragaman dan keunikan satu sama lain
sehingga kekayaan pariwisata Kepulauan Bangka Belitung dapat dimanfaatkan secara optimal sebagai daya tarik wisata utama provinsi.
Kawasan Wisata Unggulan KWU Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan kawasan tingkat provinsi yang wisata yang diunggulkan di berperan
dalam menjawab isu-isu pokok pembangunan kepariwisataan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Kawasan Wisata Unggulan ini berperan strategis karena
keunikan daya tarik wisatanya yang mewakili karakteristik provinsi. Kawasan Wisata Unggulan Provinsi dapat terdiri dari beberapa daya tarik wisata dalam
daerah administratif yang berbeda lintas kabupatenkota, yang memiliki keunggulan produk wisata yang dapat bersaing di tingkat regional, nasional dan
bahkan internasional, dengan target segmen pasar wisatawan nasionalinternasional. Setiap Kawasan Wisata Unggulan Provinsi memiliki daya
tarik wisata unggulan yang mencirikan kekhasan dan menjadi unggulan provinsi, serta memiliki daya tarik wisata lain yang mendukung tema pengembangan
pariwisata kawasan. Berdasarkan hasil analisis terhadap potensi dan permasalahan
kepariwisataan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, maka kawasan wisata unggulan provinsi terdiri dari:
1. KWU Sejarah - Mentok 2. KWU Rekreasi Pantai – Sungailiat
3. KWU Perkotaan – Pangkalpinang 4. KWU Agrowisata – Koba
5. KWU Alam Bahari – Selat Lepar 6. KWU Budaya Pesisir – Tanjung Binga
7. KWU Bahari Minat Khusus - Memperak Gambaran masing-masing kawasan dapat disampaikan sebagai berikut:
a. Kawasan Wisata Sejarah – Mentok Kawasan wisata sejarah Mentok terletak di Kota Mentok, Kabupaten
Bangka Barat, sekitar 138 km dari ibukota Pangkalpinang dan dapat dicapai melalui alur provinsi yang berkondisi sangat baik. Kawasan Mentok juga menjadi
gerbang masuk bagi wisatawan dari Palembang, Sumatera Selatan yang datang dengan menggunakan fery. Secara umum, akses antar objek-objek wisata dapat
dikatakan sudah sangat memadai, sebagian besar jalan darat berupa aspal halus. Kawasan wisata ini memiliki potensi daya tarik sejarah tinggi.
Keberadaan wisata yang bernilai bangunan bersejarah, tempat pengasingan Presiden Republik Indonesia pertama Bung Karno, dan pemimpin tertinggi
Indonesia lainnya menjadi daya tarik wisata unggulan kawasan ini. Wisma Ranggam dan Pesanggrahan di Bukit Menumbing merupakan daya tarik wisata
sejarah unggulan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Monumen Proklamator Soekarno-Hatta di Kota Mentok yang dibangun tahun 2000 juga merupakan daya
tarik wisata yang mendukung tema wisata sejarah yang diunggulkan di kawasan ini.
Daya tarik wisata lain yang tidak kalah menariknya dan menunjang tema wisata sejarah di kawasan wisata unggulan Mentok adalah Pantai Tanjung
Kalian yang memiliki mercusuar peninggalan Belanda yang dibangun pada tahun 1862 setinggi 56 meter. Fungsi menara tersebut adalah untuk melihat keluar
masuknya kapal dari dan menuju Mentok. Dari puncaknya dapat disaksikan seluruh kawasan pantai Mentok yang indah. Di Pantai Tanjung Kalian juga
terdapat monumen Perang Dunia II yang dibangun pada bulan Maret 1993 untuk mengenang kembali peristiwa pemboman Kapal SS Vyner Broke yang tenggelam
di Laut Mentok. Potensi wisata sejarah lainnya di Kota Mentok antara lain Batu Balai, Benteng dan Tugu Kota Seribu, Masjid Jamik, serta Rumah Mayor Cina.
b. Kawasan Wisata Rekreasi Pantai – Sungailiat Kawasan Wisata Rekreasi Pantai - Sungailiat di Kabupaten Bangka dapat
dicapai dari Kota Pangkalpinang sekitar 1 jam perjalanan melalui jalan provinsi dengan kondisi yang sangat baik. Potensi pengembangan kawasan wisata ini juga
ditunjang dengan tersedianya Pelabuhan Niaga Jelitik Sungailiat, Pelabuhan Perikanan Pantai Sungailiat, serta Pelabuhan Belinyu. Rekreasi pantai merupakan
daya Daya tarik wisata tarik wisata unggulan kawasan yang terletak 33 km dari Pangkalpinang ini. Pantai-pantai indah yang menjadi unggulan Kawasan Wisata
Rekreasi Pantai-Sungailiat adalah Pantai Parai Tenggiri dan Pantai Tanjung Pesona. Kedua pantai ini sudah dilengkapi dengan fasilitas penunjang wisata,
seperti hotel dan restoran, sebagai pendukung pengembangan kawasan.
Daya tarik wisata pantai lainnya yang sangat berpotensi untuk dikembangkan adalah Pantai Matras, Pantai Romodong, Pantai Teluk Uber, dan
Pantai Rebo. Kondisi jalan antarobjek wisata tersebut cukup lebar dan sudah sangat memadai. Selain rekreasi pantai, wisata religi juga cukup menonjol di
kawasan wisata ini. Kelenteng-kelenteng tua tersebar terutama di Kota Sungailiat. Hal ini terkait dengan penduduk kawasan ini yang didominasi oleh penduduk
etnis Cina. Salah satu perkampungan Cina yang cukup dikenal dan kehidupan sehari-harinya sangat kental dengan budaya dan tradisi Cina adalah Kampung
Gedong yang juga potensial menjadi daya tarik wisata. c. Kawasan Wisata Perkotaan – Pangkalpinang
Daya tarik wisata unggulan Kawasan Wisata Perkotaan-Pangkalpinang adalah wisata warisan budaya dan wisata belanja. Kekayaan warisan budaya
berupa bangunan-bangunan tua bekas kegiatan P.T. Timah, seperti bekas kantor pusat timah dan rumah sakit; gereja, kelenteng, dan masjid tua. Museum Timah
yang memuat sejarah penambangan timah di Bangka merupakan potensi pariwisata yang sangat besar karena hanya terdapat satu-satunya di Indonesia.
Selain wisata warisan budaya, pusat perbelanjaan di Kota Pangkalpinang juga menjadi daya tarik wisata unggulan kawasan wisata ini. Kemudahan
pencapaian menuju masing-masing objek wisata dapat dirasakan dengan kondisi jalan dalam kota yang sangat baik. Ketersediaan fasilitas penunjang wisata yang
lengkap juga menjadi daya tarik wisata bagi wisatawan dari luar Kepulauan Bangka Belitung.
Wisatawan yang datang ke Kawasan Wisata Perkotaan-Pangkalpinang sebagian besar bertujuan untuk bisnis atau dinas kantor. Wisatawan dari Pulau
Jawa, terutama D.K.I. Jakarta, merupakan wisatawan potensial bagi kawasan wisata unggulan terutama dengan semakin meningkatnya aksesibilitas Jakarta-
Pangkalpinang. Salah satu sarana aksesibilitas terpenting di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah Pelabuhan Pangkalbalam yang terletak di Pangkalpinang.
Pelabuhan ini sangat berperan untuk meningkatkan potensi kawasan wisata perkotaan Pangkalpinang secara khusus, maupun bagi Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung umumnya.
d. Kawasan Agrowisata – Koba Koba yang terletak 58 km dari ibukota Pangkalpinang memiliki potensi
perkebunan lada dan perikanan yang besar untuk dikembangkan menjadi kawasan berdaya tarik agrowisata. Potensi perkebunan lada yang tersebar di
Payung, Airgegas, Simpangrimba, dan Simpangkatis memang saat ini masih belum dikembangkan sebagai objek agrowisata, begitu juga dengan potensi
perikanannya yang tersebar di Pulau Nangka, Pulau Semujur, dan Pulau Ketawai. Pengemasan potens perkebunan dan perikanan menjadi objek dan daya tarik
agrowisata akan memberikan nilai tambah tidak hanya bagi perkembangan pariwisata, tetap juga bagi perkembangan sektor pertanian termasuk perkebunan
dan perikanan laut di kawasan Koba. Jalur menuju kawasan wisata ini secara umum berkondisi baik, hanya
beberapa rute menuju objek-objek wisata tertentu yang kondisinya masih kurang baik. Fasilitas lain yang terdapat di kawasan ini adalah Pelabuhan Sungaiselan,
yang merupakan satu-satunya pelabuhan di Kabupaten Bangka Tengah. Kawasan Agrowisata-Koba memiliki potensi pasar wisatawan nasional
yang cukup besar karena perkebunan dan produksi lada di Pulau Bangka sudah sangat terkenal, baik di Indonesia maupun di dunia. Peluang ini harus dapat
dimanfaatkan untuk dapat menarik wisatawan nasional dan mancanegara dalam jumlah dan kualitas yang lebih meningkat, dengan tetap memperhatikan daya
dukung lingkungannya. e. Kawasan Wisata Alam Bahari – Selat Lepar
Kawasan ini terletak sekitar 125 km dari Pangkalpinang. Kondisi jalan menuju kawasan wisata dan antar objek-objek wisata sebagian besar dalam
keadaan baik. Tema utama kawasan ini adalah wisata bahari dengan daya tarik wisata unggulan diantaranya adalah Pantai Tanjung Kerasak, Pulau Lepar, dan
Pulau Pongok yang terletak di Kabupaten Bangka Selatan. Potensi sumber daya kelautan yang begitu kaya menjadikan kawasan
wisata ini sangat potensial untuk dikembangkan sebagai kawasan wisata bahari. Pulau Lepar dan Pongok merupakan dua pulau kecil di Bangka Selatan yang
sudah cukup dikenal akan kekayaan sumber daya kelautannya. Pantai Tanjung
Kerasak tidak kalah menariknya dengan Pulau Lepar dan Pongok. Pantai yang sudah banyak dikunjungi wisatawan lokal ini memang belum dikelola, tetapi
sudah didukung dengan kondisi jalan yang baik. Potensi pasar wisatawan Kawasan Wisata Bahari- Selat Lepar memang
masih terbatas pada wisatawan lokal. Pengembangan dan pengelolaan daya tarik wisata unggulan di kawasan wisata ini menjadi hal utama yang harus dilakukan
terlebih dahulu. Perluasan pasar wisatawan nasional dan internasional di Kawasan Wisata Bahari-Selat Lepar akan berjalan seiring dengan perkembangan
pariwisata yang terjadi. Oleh karena itu, tersedianya Pelabuhan Sadai memiliki arti penting dalam pengembangan pariwisata.
f. Kawasan Wisata Budaya Pesisir – Tanjung Binga Daya tarik wisata unggulan Kawasan Wisata Budaya Pesisir-Tanjung
Binga adalah Pantai Tanjung Binga dengan budaya pesisir yang kental dan keberadaan Suku Laut dan Suku Sawang, serta Pantai Tanjung Kelayang, Pantai
Tanjung Tinggi, dan Pulau Lengkuas dengan mercusuar peninggalan Belanda. Kawasan Wisata Budaya Pesisir juga kaya akan tradisi upacara adat laut, seperti
Maras Taun dan Buang Jong. Kekayaan wisata budaya Belitung dapat dilihat juga pada Museum Tanjung Pandan yang menyimpan benda-benda bersejarah
peninggalan kerajaan yang pernah berdiri di Pulau Belitung. Kawasan Wisata Budaya Pesisir-Tanjung Binga memiliki potensi pasar
wisatawan nasional yang cukup besar, terutama dari Pulau Jawa, karena lokasi geografis yang relatif dekat dan aksesibilitas yang semakin mudah. Kondisi
jalan menuju kawasan wisata ini juga sangat baik, namun beberapa rute jalan menuju objek- objek wisata tertentu masih dalam kondisi yang kurang baik.
Ketersediaan fasilitas penunjang wisata yang cukup lengkap, ditunjang keberadaan Bandara HAS Hanandjoeddin dan Pelabuhan Tanjungpandan akan
memacu perkembangan pariwisata di kawasan wisata unggulan ini. g. Kawasan Wisata Bahari Minat Khusus –Memperang
Kawasan Wisata Bahari Minat Khusus – Memperang ini terletak di Kabupaten Belitung Timur, mencakup wilayah Manggar, Pantai Burung Mandi
hingga ke Kepulauan Memperang. Kondisi jalan provinsi dan kabupaten, serta rute menuju objek-objek wisata yang terdapat di kawasan ini dalam kondisi
yang baik. Kota Manggar sebagai ibukota Kabupaten Belitung Timur hanya berjarak 87,5 km dari Tanjungpandan, dan Pelabuhan Manggar merupakan
salah satu sarana untuk mengembangkan pariwisata di kawasan ini. Daya tarik wisata unggulan Kawasan Wisata Bahari Minat Khusus - Memperang adalah
pulau-pulau kecil di Kepulauan Memperang yang kaya akan potensi wisata bahari minat khususnya, dan juga Pantai Bukit Batu serta Pantai Burung Mandi.
Potensi bawah laut yang sangat indah dan kaya menjadi potensi bagi pengembangan kegiatan wisata minat khusus, seperti memancing, diving, dan
snorkeling, terutama di Kepulauan Memperang. Pengembangan pariwisata di Kawasan Wisata Bahari Minat Khusus- Memperang saat ini masih diarahkan pada
pengembangan kegiatan wisata di Pantai Bukit Batu dan Pantai Burung Mandi. Seiring dengan perkembangan kawasan, potensi pasar wisatawan kawasan
wisata unggulan ini turut meluas, tidak hanya wisatawan lokal dan regional, tetapi juga nasional, bahkan internasional. Ketersediaan fasilitas penunjang wisata,
aksesibilitas yang mudah dan nyaman, serta pemasaran dan promosi yang efisien dan tepat sasaran, menjadi modal utama dalam pengembangan pariwisata di
kawasan ini.
5.5.4 Keragaan Sektor Industri Kelautan
Industri kelautan yang ada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah industri peleburan timah. Industri ini dikategorikan ke dalam industri kelautan
karena selain letaknya berada tidak jauh dari perairan pantai, juga bahan mentah yang dijadikan input dalam proses produksi sebagian besar berasal dari pesisir
pantai. Oleh karena itu, industri peleburan timah ini memberikan dampak yang sangat besar terhadap perekonomian di pesisir dan lautan.
Produk yang dihasilkan dari industri peleburan timah adalah berupa timah batangan. Produk ini memiliki nilai jual yang sangat tinggi sehingga nilai tambah
yang diperoleh sangatlah besar. Pada Tabel 18 disajikan jumlah timah batangan yang dihasilkan dan diekspor oleh dua perusahaan peleburan terbesar di Babel
yaitu PT Timah dan PT Koba Tin.
Tabel 18. Jumlah Ekspor Timah Batangan Tahun 2007 No Nama
Perusahaan Jumlah
Metrik Ton Nilai Ekspor
USD 1.
PT. TIMAH Tbk 47.242,80
676.480.620,50 2. PT.
KOBA TIN
6.987,21 103.689.298,20
Sumber: Dinas Pertambangan dan Energi Babel, 2008
Jumlah perusahaan peleburan timah atau sering disebut smelter cukup banyak. Lokasi smelter kebanyakan berada di kabupaten atau kota yang letaknya
tidak jauh dari pesisir. Jumlah keseluruhan smelter yang ada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah 18 perusahaan. Nama dan lokasi perusahaan
pemegang KP Pengolahan dan Pemurnian timah ini disajikan dengan lengkap pada Lampiran 11.
5.5.5 Keragaan Sektor Transportasi Laut
Sebagai sebuah wilayah kepulauan yang terdiri dari pulau-pulau kecil dan wilayah perairannya lebih dari 80 dari total luas wilayah, maka dapat dikatakan
bahwa transportasi laut adalah nadi kehidupan yang menjadikan perekonomian di Bangka Belitung tumbuh. Oleh karena itu, keberadaan sistem transportasi laut
yang baik sangatlah menunjang perkembangan dan kemajuan provinsi ini. Jumlah kapal yang berlayar dan berlabuh di pelabuhan relatif berfluktuasi.
Pada Tabel 19 disajikan jumlah kapal yang berlabuh di salah satu pelabuhan yang paling ramai di Provinsi Bangka Belitung yaitu Pelabuhan Pangkalbalam. Pada
tabel terlihat terjadinya penurunan jumlah kedatangan kapal sejak tahun 2002. Hal ini disebabkan semakin sedikitnya jumlah kapal yang mengangkut penumpang
akibat dari murahnya ongkos untuk naik pesawat.
Tabel 19. Jumlah Kedatangan Kapal di Pelabuhan Pangkalbalam Tahun
Kapal di Pangkalbalam unit 1997 8595
1998 7422 1999 8085
2000 8148 2001 7959
2002 3456 2003 4144
2004 5882 2005 6279
Sumber: BPS, 2006 Secara umum, telah terjadi penurunan jumlah kunjungan kapal di seluruh
pelabuhan di Babel. Penurunan jumlah kapal ini terjadi pada kapal yang mengangkut penumpang atau disebut Kapal PELNI. Berdasarkan Tabel 20 jumlah
kapal yang mengangkut barang kapal barang mengalami peningkatan pada tahun 2004. Peningkatan jumlah kapal barang ini karena tingginya jumlah permintaan
masyarakat Babel terhadap produk-produk konsumsi dan alat-alat elektronik serta kendaraan bermotor. Ini menunjukkan kondisi perekonomian secara umum
mengalami peningkatan yang baik.
Tabel 20. Jumlah Kunjungan Kapal dan Jenis Muatannya. Tahun
Kunjungan Kapal
Barang ton Penumpang
orang Bongkar Muat
Turun Naik
2001 19.007 5.304.454,90
7.150.161,40 422.540 409.438 2002 17.463
2.719.875,00 10.313.737,00 546.430 438.895
2003 10.292 676.672,00
2.486.560,00 228.554 261.527 2004 4.393
156.801.470,00 303.042.432,00 245.556 251.953
2005 7.896 1.430.513,00
4.090.295,00 304.309 330.477 Sumber: BPS, 2006
5.5.6 Keragaan Sektor Bangunan Kelautan
Bangunan kelautan yang paling memegang peranan utama di wilayah pesisir adalah ketersediaan bangunan kelautan yang lengkap. Salah satu bangunan
kelautan yang terpenting adalah tersedianya sarana dan prasarana pelabuhan. Pelabuhan yang memiliki fasilitas lengkap akan membuat perkembangan di
wilayah pesisir akan berlangsung lebih cepat. Begitu juga halnya di Bangka Belitung yang sangat tergantung dengan
keberadaan pelabuhan. Pelabuhan menjadi pintu keluar masuk yang utama baik barang maupun penumpang ke wilayah ini. Bisa dikatakan bahwa lebih dari 90
persen kegiatan ekspor dan impor Provinsi Kepulauan Bangka Belitung melalui pelabuhan-pelabuhan yang ada.
Bangka Belitung memiliki 8 buah pelabuhan umum yang tersebar di seluruh wilayahnya. Beberapa pelabuhan digunakan khusus sebagai pelabuhan
bagi kapal yang mengangkut barang dan ada juga yang mengkhususkan hanya sebagai pelabuhan pengangkut penumpang saja. Sebagian besar pelabuhan yang
lainnya ada dimanfaatkan sebagai pelabuhan pengangkut penumpang sekaligus pengangkut barang.
Bebeberapa pelabuhan yang ada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung antara lain:
1. Pelabuhan Muntok
2. Pelabuhan Belinyu
3. Pelabuhan Sungaiselan
4. Pelabuhan Sungailiat
5. Pelabuhan Pangkalbalam
6. Pelabuhan Tanjungpandan
7. Pelabuhan Manggar
8. Pelabuhan Toboali
Mengingat begitu
vitalnya pelabuhan bagi penunjang perekonomian Babel, maka Pemerintah Daerah memiliki beberapa rencana pengembangan.
Diharapkan dengan rencana ini, pelabuhan di Babel akan lebih baik dan juga jumlahnya menjadi lebih banyak. Karena jumlah pelabuhan yang ada saat ini
masih kurang jumlahnya. Beberapa rencana pengembangan pelabuhan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah :
1. Pembangunan Pelabuhan Tanjung Batu, Belitung
2. Rencana Rehabilitasi Kantor Adpel Muntok
3. Perluasan Dermaga Beton Tanjung Gudang Belinyu
4. Pembuatan Dermaga Beton Pelabuhan Sadai sepanjang 60 meter dan
menjadikan Pelabuhan Sadai sebagai Pelabuhan Alternatif 5.
Pengerukan Alur Pelabuhan Muntok 6.
Pengerukan Alur Pelabuhan Tanjung Pandan sepanjang 1.200 meter, penambahan kedalaman dari 2,8 LWS menjadi 4,8 LWS dan lebar alur dari 30
meter menjadi 70 meter.
5.5.7 Keragaan Sektor Jasa Kelautan
Aktivitas jasa yang menunjang perekonomian yang dilakukan di wilayah pesisir dan laut adalah jasa kelautan. Beberapa jasa yang dikatakan sebagai jasa
kelautan adalah jasa perdagangan, jasa pendidikan dan jasa lingkungan. Jasa perdagangan adalah jasa yang menunjang kegiatan distribusi produk ekspor dan
impor. Jasa pendidikan diperlukan karena semakin meningkatnya pembangunan di sektor kelautan, maka jumlah SDM yang diperlukan juga semakin meningkat.
Jasa lingkungan juga akan semakin dibutuhkan karena makin banyak permasalahan lingkungan kelautan di masa yang akan datang dan semakin
komplek. Di Provinsi Bangka Belitung sektor jasa yang paling utama adalah berupa
jasa perdagangan. Jasa perdagangan yang paling penting disebabkan jalur ekspor impor lewat laut seperti jasa pengiriman barang dan jasa pergudangan merupakan
nadi bagi perdagangan wilayah ini.
5.6 Permasalahan Pembangunan Bidang Kelautan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Potensi sumberdaya kelautan yang demikian besar seharusnya dapat menjadi keunggulan komparatif dan kompetitif Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung untuk membangun daerahnya. Kekayaan alam yang melimpah tersebut masih belum dapat dioptimalkan sepenuhnya. Masih banyak kendala dan
permasalahan yang dihadapi dalam usaha menjadikan bidang kelautan sebagai tumpuan utama penggerak perekonomian di Babel. Beberapa permasalahan yang
dihadari dalam pembangunan bidang kelautan adalah:
1. Rendahnya tingkat pemanfaatan sumberdaya kelautan
Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, tingkat pemanfaatan sumberdaya kelautan di Bangka Belitung masih relatif rendah. Sektor yang belum
termanfaatkan secara optimal adalah pemanfaatan pada sumberdaya perikanan dan sektor pariwisata bahari. Padahal jika kedua sektor ini digarap dengan seruis
oleh pemerintah dan masyarakat, maka pendapatan yang diperoleh dari sektor- sektor tersebut akan mampu menjadi sumber pendapatan yang luar biasa bagi
pemasukan daerah.
2. Keterbatasan SDM, rendahnya kualitas SDM dan kelembagaan
Permasalahan sumberdaya manusua adalah permasalahan yang juga menghambat peningkatan pembangunan, khususnya pembangunan pada bidang
kelautan. Selain keterbatasan dari segi kuantitas, pembangunan juga terkendala pada ketersediaan sumberdaya manusia yang berkualitas. Keterbatasan ini paling
sangat dirasakan dalam pembangunan sektor perikanan, dimana selain jumlah nelayan yang relatif sedikit, nelayan juga rata-rata terkategorikan ke dalam
nelayan tradisional dengan pengetahuan yang masih terbatas. Aspek kelembagaan dalam pengelolaan sumberdaya kelautan, khususnya
perikanan juga masih belum berkembang. Hampir seluruh nelayan di perairan Bangka Belitung belum memiliki kelembagaan yang pengelolaan yang kuat. Hal
inilah yang menjadi proses pembangunan sumberdaya manusia menjadi terhambat. Selain itu, karena tidak adanya hukum adat lokal seperti hak ulayat laut
yang kuat seperti sasi di Maluku atau awig-awig di Bali, maka pendekatan melalui pengelolaan berbasis masyarakat pun sulit dilakukan.
3. Terbatasnya prasarana dan sarana pendukung
Sarana fisik yang menjadi faktor pendukung utama dalam pembangunan bidang kelautan. Sebagai salah satu provinsi muda yang sedang menata diri, maka
kelengkapan kelengkapan prasarana dan sarana pendukung masih relatif terbatas. Keterbatasan ini banyak terdapat pada masih sedikitnya jumlah hotel dan
penginapan, buruknya pengelolaan fasilitas pendukung pariwisata lainnya dan masih kurangnya jumlah pelabuhan di Bangka Belitung. Keterbatasan lainnya
adalah kondisi transportasi umum yang masih belum begitu baik dan kondisi jalan yang banyak terjadi kerusakan parah pada beberapa lokasi pariwisata.
4. Rendahnya akses pasar dan permodalan
Karena terdiri dari pulau-pulau kecil menyebabkan produk-produk bidang kelautan kesulitan dalam proses distribusi barang. Karena yang terletak jauh dari
pusat pasar dan kota besar seperti Jakarta, maka banyak komoditas kelautan seperti produk-produk perikanan yang berkualitas ekspor menjadi sulit di
pasarkan. Hal ini menyebabkan harga ikan ditingkat nelayan sangatlah rendah karena nilai tambah produk perikanan banyak beralih pada tauke atau tengkulak
besar yang memiliki modal besar.
5. Keterbatasan sumber energi listrik
Faktor yang sering menjadi penghambat minat investor untuk berusaha di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah keterbatasan sumber energi listrik.
Karena selama ini energi listrik di Babel hanya tergantung pada energi listrik berbahan bakar minyak yang dipasok dari luar daerah, maka arus listrik sering
tidak terjamin ketersediaanya. Hampir di seluruh wilayah Babel terjadi proses pemadaman listrik secara bergiliran sebagai akibat kurangnya ketersediaan
pasokan tenaga listrik. Hal ini menjadikan kendala bagi perusahaan besar untuk membuka pabrik di wilayah ini.
6. Illegal fishing oleh nelayan asing
Perairan di sekitar Kepulauan Bangka dan Belitung adalah perairan terbuka yang masih memiliki stok ikan yang banyak. Selain karena banyaknya
perairan karang sebagai sarang ikan, pemanfaatan sumberdaya ikan disini juga masih rendah karena keterbatasan nelayan lokal yang masih menggunakan alat
tangkap tradisional. Hal inilah yang membuat banyak nelayan luar Babel tertarik
untuk menangkap ikan di daerah ini. Para nelayan ini berasal dari beberapa daerah, khususnya nelayan dari Kepulauan Seribu serta nelayan dari Pekalongan
dan Indramayu. Selain harus bersaing dengan nelayan-nelayan tersebut, nelayan lokal juga
menghadapi yang lebih serius dengan banyaknya nelayan asing yang berasal dari Thailand, Vietnam dan Filipina. Para nelayan asing ini biasanya menggunakan
alat tangkap dan armada kapal yang jauh lebih besar dan modern seperti trawl. Hal ini tidak saja membuat banyak ikan yang tertangkap, akan tetapi telah terjadi
kerusakan terumbu karang yang cukup parah akibat. Bahkan tidak jarang terjadi adalah ancaman dan intimidasi yang dilakukan nelayan asing terhadap nelayan
lokal Babel dengan tembakan senjata api kepada mereka yang berani melarang atau bahkan mendekat pada aktivitas illegal fishing yang dilakukan nelayan asing.
7. Degradasi sumberdaya pesisir dan lautan
Permasalahan yang paling berbahaya dan sangat mengancam kelestarian sumberdaya pesisir dan lautan di Bangka Belitung kedepannya adalah semakin
maraknya proses degradasi sumberdaya pesisir dan lautan. Proses degradasi ini menyebabkan rusaknya ekologi dan habitat sumberdaya perikanan di perairan.
Beberapa sumberdaya kelautan yang dapat diperbaharui renewable resources seperti ikan, terumbu karang dan mangrove semakin menghawatirkan
keberadaanya. Kerusakan semakin diperparah dengan aktivitas penambangan timah yang tidak ramah lingkungan yang banyak dilakukan di perairan sungai,
pantai dan di tengah laut. Beberapa faktor utama yang menjadi penyebab degradasi sumberdaya pesisir dan laut di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
adalah sebagai berikut: a Peningkatan teknologi penangkapan ikan
Degradasi sumberdaya ikan pada awalnya disebabkan perubahan teknologi tangkap. Perkembangan armada dan alat tangkap mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap luasnya wilayah dan intensitas eksploitasi yang dilakukan nelayan. Pada awalnya nelayan hanya menggunakan armada dan alat tangkap
yang sederhana seperti perahu dayung dengan alat tangkap pancing, bubu dan jaring serok. Dengan terbukanya akses transportasi dan pasar, maka semakin
banyak nelayan yang membeli alat tangkap yang berteknologi tinggi seperti motor
tempel dan kapal motor. Demikian juga dengan alat tangkap seperti jaring yang semakin kecil mata jaringnya dan diketahui metode penangkapan yang semakin
efektif menyebabkan kegiatan penangkapan ikan melebihi daya dukungnya. b Penggunaan bahan dan alat tangkap yang merusak
Permasalahan dalam pemanfaatan potensi sumber daya laut itu antara lain oleh perilaku sejumlah nelayan yang disinyalir masih melakukan pembiusan,
penggunaan trawl dan pengeboman dalam penangkapan ikan. Untuk meningkatkan hasil tangkapan, sebagian nelayan lokal menggunakan alat tangkap
yang ilegal yang menyebabkan kerusakan sumberdaya pesisir dan laut. Bahan dan alat tangkap tersebut adalah penggunaan bahan peledak bom, potas, pukat
harimau atau trawl dan bubu. c Kegiatan penambangan karang
Penambangan karang mempunyai dampak langsung terhadap kerusakan sumberdaya terumbu karang. Di beberapa desa sekitar pesisir Bangka Belitung,
penambangan karang mulai marak setelah ada permintaan batu karang untuk fondasi rumah. Penambangan karang terutama dilakukan di wilayah perairan
dekat pantai. Lokasi penambangan karang biasanya dilakukan di perairan sekitar darmaga di dekat pemukiman warga.
d Pembabatan hutan mangrove Kawasan hutan mangrove yang ditumbuhi puluhan ribu pohon bakau di
Bangka Belitung Babel terus dibabat, untuk dijadikan lokasi tambang timah dan sebagian lagi diambil kayunya untuk dijadikan arang. Kerusakan hutan mangrove
banyak ditemui di kawasan Teluk Kelabat, antara Jebus Bangka Barat dan Belinyu Bangka dan Rajik Bangka Selatan, Telinsing Belitung, Teluk Kerang dan
Teluk Buding di Belitung Timur. Dari 120 ribu hutan mangrove yang ada di daerah itu, kerusakannya diperkirakan mencapai 50 ribu hektar.
Luasnya kerusakan hutan mangrove mengakibatkan kawasan pantai kurang terlindungi dari angin dan ombak hingga menimbulkan abrasi. Selain itu,
ikan dan udang yang biasanya suka bertelur di kawasan hutan mangrove enggan mendekat, sehingga berpengaruh pada hasil tangkapan nelayan. Eksploitasi
kawasan hutan mangrove sudah dialami sejak puluhan tahun lalu namun intensitasnya makin meningkat lima tahun terakhir. Kayu di hutan mangrove
utamanya pohon bakau, banyak dimanfaatkan untuk dijadikan arang dan tanim bahan penyamak kulit serta bubur kertas pulp.
e Maraknya kegiatan penambangan timah di pesisir dan laut Kegiatan penambangan timah di Provinsi Bangka Belitung sangatlah
merusak lingkungan dan tidak terkendalikan keberadaannya. Masyarakat lokal maupun pendatang dibiarkan begitu saja melakukan penambangan dalam skala
kecil tanpa ada pengendalian secara tegas dari pemerintah. Dampak lingkungan
penambangan yang paling parah adalah kerusakan skala besar penggalian di darat,
sungai, pantai dan lautan. Hal ini disebabkan perburuan timah dilakukan disegenap wilayah Bangka Belitung.
Pada awalnya kerusakan besar diawali di jalur-jalur sungai. Hal ini karena pada dasarnya pasir timah memang diendapkan melalui saluran-saluran sungai.
Akibat nyata adalah sungai menjadi terpolusi atau sekurang-kurangnya terjadi pendangkalan dan air menjadi keruh. Kekeruhan air sungai menyebabkan
rusaknya biota laut di rawa rawa, hutan mangrove dan terumbu karang yang menjadi tempat berkembang biak ikan-ikan. Gambaran dampak lingkungan dari
kegiatan penambangan timah di Babel dapat dilihat dengan jelas pada Lampiran 12.
Dampak negatif lainnya dari peningkatan kegiatan penambangan timah di Babel adalah kerusakan pada sarana umum, jalan umum, perkampungan, area
pertanian dan perkebunan dan waduk. Para penambang timah tidak peduli pada kerusakan fasilitas umum selama di dalam tanah tersebut terdapat kandungan
timah. Beberapa kasus bahkan penambangan dilakukan di tanah pemakaman dan bahkan ada yang sampai merobohkan masjid dan sekolah.
Secara ekonomi, usaha penambangan timah skala kecil yang sering disebut sebagai Tambang Inkonvensional TI memang begitu menguntungkan. Hanya
dengan modal sekitar Rp.15 juta per unit, jika mampu menemukan deposit yang banyak maka modal akan kembali hanya dalam tiga hari produksi saja. Selebihnya
adalah keuntungan yang diperoleh oleh pemilik dan pekerja TI. Tingginya keuntungan yang diperoleh inilah yang menjadikan Babel menjadi magnet bagi
para pendatang dari luar daerah untuk mengais rejeki. Dengan banyaknya pendatang inilah memicu terjadi konflik di masyarakat. Karena perbedaan sosial
budaya dan kecemburuan sosial antar masyarakat lokal dengan para penambang timah, sering kali terjadi kerusuhan di beberapa lokasi. Salah satu contoh akibat
kerusuhan adalah Camp pekerja, mesin dan p
onton TI Apung di Desa Bubus Kecamatan Belinyu yang hangus dibakar oleh masyarakat lokal yang merasa
terganggu. Metode penambangan yang relatif sederhana dan tidak dilengkapi dengan
sistem pengamanan yang memadai menjadikan kecelakaan tambang sering terjadi di tambang inkonvensional. Biasanya para pekerja TI terkubur hidup-hidup dalam
tumpukan pasir akibat longsor tanah galian secara tiba-tiba. Korban kecelakaan ini selalu ada setiap harinya di seluruh wilayah Bangka Belitung.
Salah satu fenomena unik yang terjadi di Provinsi Babel adalah antrian Bahan Bakar Minyak BBM di setiap SPBU. Setiap hari selama 24 jam barisan
berbagai jenis kendaraan mobil selalu ada, yang seringkali panjangnya mencapai beberapa kilometer. Mobil-mobil tersebut mengantri BBM untuk dijual kembali
kepada para pemilik TI untuk menjalankan mesin penyedot timah. Harga yang mereka jual sampai ke lokasi penambangan timah dapat mencapai dua hingga tiga
kali lipat dari harga normal di SPBU. Hal inilah yang menjadi sistem transportasi umum di Babel menjadi sangat mahal dan tidak berjalan dengan baik. Sebab
kendaraan pribadi dan kendaraan umum harus membeli BBM di pengecer dengan harga yang mahal dan seringkali kualitas BBM pun sudah jelek akibat terjadi
pengoplosan oleh pengecer.
VI. ANALISIS KEBIJAKAN
6.1 Analisis Kebijakan Ekonomi Sumberdaya Perikanan
Analisis bioekonomi sumberdaya perikanan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis bioekonomi pada jenis ikan tertentu. Jenis ikan yang
dianalisis adalah ikan-ikan yang masuk ke dalam kategori ikan pelagis kecil dan ikan demersal. Dipilihnya kedua jenis ini disebabkan telah terjadinya penurunan
hasil tangkapan yang signifikan sebagai akibat terjadinya kerusakan sumberdaya pesisir dan laut. Penyebab utama kerusakan ini adalah maraknya kegiatan
penambangan timah di lokasi sekitar perairan laut di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sejak tahun 2000.
Jenis ikan pelagis kecil yang dianalisis dalam penelitian ini berjumlah 7 jenis ikan. Dipilihnya jenis tersebut disebabkan ketujuh jenis ikan pelagis kecil
inilah yang menjadi tangkapan yang paling banyak ditangkap oleh nelayan di perairan Bangka Belitung. Jumlah produksi jenis ikan palagis kecil dapat dilihat
pada Tabel 21. Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa secara agregat jumlah tangkapan ikan pelagis kecil mengalami penurunan dari tahun 2001 hingga 2007.
Penurunan yang paling besar terjadi sejak tahun 2004 dimana penurunannya dari 54.245,69 ton hanya menjadi 18.648,62 ton saja. Ini berarti jumlah penurunannya
mencapai hingga 74 persen.
Tabel 21. Jumlah Tangkapan Ikan Pelagis Kecil ton
Ikan 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Selar 13.866,20
14.558,30 15.511,51 4.297,88 6.690,47 5.654,09 5.989,05
Kuwe 2.354,80 2.514,08 2.634,00 958,70 3.476,33 1.423,35 2.228,55
Tetengkek 6.554,90 6.798,83 7.331,84 2.074,60 1.865,92 2.323,99 1.483,91 Tembang 9.202,50 9.825,63
10.294,32 2.267,30 8.608,53 7.134,85 6.674,85 Peperek 2.667,40
2.764,89 3.024,58 825,00 575,00 589,10 1.093,40
Kurisi 7.049,00 7.625,16 7.885,41 6.939,44 7.006,59 6.603,95 7.795,59
Kembung 6.761,70 7.219,65 7.564,03 1.285,70 5.012,53 4.919,39 5.293,50 Jumlah
48.456,50 51.306,54 54.245,69 18.648,62 33.235,37 28.648,72 30.558,81
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bangka Belitung 2008