5.5.3 Keragaan Sektor Pariwisata Bahari
Selain memiliki potensi sumberdaya kelautan yang tangible, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung juga dianugrahi dengan kekayaan sumberdaya
intangible berupa keindahan panorama laut berupa pantai yang sangat indah. Selain itu, keindahan terumbu karang dan masih banyaknya sumberdaya ikan
menjadikan wisata selam dan sport fishing sebagai wisata alternatif yang dapat dikembangkan. Beberapa objek wisata alam yang terdapat di masing-masing kota
dan kabupaten di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung disajikan pada Lampiran 8.
Potensi pariwisata di Babel tidak hanya mengandalkan keindahan alamnya saja, akan tetapi juga diperkaya dengan beragamnya khasanah budaya berupa
kegiatan perayaan adat istiadat yang banyak dilakukan oleh masyarakat lokal. Adat istiadat ini tetap dipelihara dan dijaga kelestariannya. Beberapa event
perayaan adat istiadat yang dijadikan sebagai tujuan wisata di Babel dapat dilihat pada Lampiran 9.
Keindahan alam dan keanekaragaman budaya inilah yang menjadikan Bangka Belitung banyak dijadikan tujuan wisata. Hanya saya karena masih
kurang dalam hal promosi, Babel belum begitu terkenal di kalangan turis. Padahal jika dibandingkan dengan Bali, Babel tidak kalah indahnya, bahkan mungkin
lebih indah. Hal ini disebabkan, pantai-pantai di Bangka Belitung memiliki pantai landai yang berpasir putih bersih dan banyak terdapat batu granit raksasa di
sekitar pantai. Wisatawan yang datang ke Bangka Belitung masih didominasi oleh
wisatawan nusantara. Kunjungan wisatawan mancanegara masih relatif sedikit. Berdasarkan Tabel 16 dapat dilihat bahwa jumlah rata-rata wisatawan nusantara
yang datang adalah 67.591 orang atau sekitar 98,60. Dan jumlah wisatawan mancanegara hanya mencapai 961 orang atau 1,40 saja.
Tabel 16. Jumlah Wisatawan di Provinsi Bangka Belitung Tahun
Wisatawan Mancanegara Orang
Wisatawan Nusantara Orang
2001 799
77.192 2002
126 57.984
2003 578
40.549 2004
992 72.573
2005 2.301
79.593 2006
1.496 71.099
2007 433
74.148 Rata-rata
961 67.591
Persentase 1,40 98,60
Sumber: BPS, 2008
Berdasarkan Gambar 13 terlihat bahwa jumlah wisata yang paling banyak datang terjadi peningkatan yang signifikan sejak tahun 2004. Ini terjadi sebagai
dampak dari beberapa isu terorisme yang melanda lokasi wisata di Bali. Akibatnya banyak wisatawan yang mengalihkan tujuan wisatanya ke Babel
karena wilayah ini relatif aman dari ancaman teror. Oleh karena itu, dengan semakin gencarnya aksi pengeboman di beberapa lokasi wisata Bali, maka akan
dapat dipastikan bahwa Babel akan semakin ramai dikunjungi turis.
Gambar 13. Grafik Jumlah Wisatawan Babel.
Agar sektor pariwisata ini mampu berkembang lebih baik, maka Bangka Belitung harus menyediakan sarana dan prasarana penunjang kegiatan pariwisata.
Salah satu sarana penunjang adalah ketersediaan penginapan atau hotel untuk para wisatawan yang datang. Secara umum, jumlah hotel dan penginapan di Babel
masih relatif sedikit, walaupun mengalami peningkatan jumlahnya, seperti yang terdapat pada Tabel 17.
Tabel 17. Jumlah Hotel dan Penginapan di Bangka Belitung Tahun
Hotel dan Penginapan 2001 50
2002 53 2003 56
2004 57 2005 61
2006 61 2007 61
2008 70 Sumber: BPS, 2008
Kondisi hotel dan penginapan di Provinsi Bangka Belitung masih relatif belum begitu baik. Hanya sedikit saja hotel berbintang yang terdapat di lokasi
wisata. Selain itu, letak hotel tidak tersebar merata di seluruh objek wisata yang ada. Hotel hanya banyak terkonsentrasi di wilayah yang memang relatif maju,
sedangkan daerah yang masih belum maju jumlah hotelnya sangat sedikit bahkan tidak ada sama sekali. Nama dan lokasi hotel di Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung dapat dilihat lebih rinci pada Lampiran 10.
a Kebijakan Pengembangan Pariwisata Bahari
Visi dan misi pembangunan pariwisata Kepulauan Bangka Belitung sudah ditetapkan oleh Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Visi
pembangunan pariwisata Kepulauan Bangka Belitung adalah ”Terwujudnya
Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2013 sebagai Daerah Tujuan Wisata DTW utama di Kawasan Barat Indonesia yang berdaya saing tinggi dengan
menampilkan perpaduan keragaman kebudayaan daerah serta kekuatan potensi wisata bahari melalui pemanfaatan secara terkendali, berkelanjutan, dan
berwawasan lingkungan”. Misi pembangunan pariwisata yang ditetapkan dalam RIPPDA Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung 2007-2013 ini adalah: 1.
Penciptaan citra pariwisata Kepulauan Bangka Belitung yang berbasiskan potensi wisata bahari dan kekhasan budaya pesisir sebagai identitas provinsi.
2. Peningkatan daya saing pariwisata Kepulauan Bangka Belitung melalui
pengembangan kawasan wisata unggulan provinsi yang memiliki keunggulan produk wisata dan keterpaduan dalam pengelolaan.
3. Penerapan perencanaan dan pengelolaan produk wisata yang berkelanjutan
dan berwawasan lingkungan. 4.
Peningkatan kualitas lingkungan fisik, sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat Kepulauan Bangka Belitung melalui pengembangan pariwisata.
5. Peningkatan apresiasi masyarakat terhadap pariwisata Kepulauan Bangka
Belitung yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Tujuan dan sasaran pembangunan pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung dijabarkan dengan lebih jelas dan terukur pada tujuan dan sasaran pembangunan pariwisata. Tujuan Pembangunan Pariwisata Kepulauan Bangka
Belitung adalah sebagai berikut: 1.
Menciptakan keanekaragaman dan keunggulan potensi wisata bahari yang khas sebagai daya tarik wisata unggulan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung,
dengan memunculkan identitas dan unsur-unsur budaya pesisir khas Kepulauan Bangka Belitung.
2. Meningkatkan nilai jual pariwisata Kepulauan Bangka Belitung, melalui
pengembangan pariwisata Kepulauan Bangka Belitung yang ramah lingkungan, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial.
3. Menciptakan perencanaan pariwisata yang terpadu dan sinergis dengan sektor
lain.
4. Mendorong partisipasi aktif pelaku pariwisata, termasuk masyarakat, dalam
pengembangan pariwisata, yang meningkatkan manfaat sosial, budaya, dan ekonomi dari pengembangan pariwisata bagi masyarakat.
5. Menjadikan kawasan wisata unggulan provinsi sebagai motor penggerak
perekonomian daerah, sekaligus menyebarkan perkembangan pariwisata ke daerah-daerah yang pariwisatanya belum berkembang.
Sasaran pengembangan
pariwisata Kepulauan Bangka Belitung yang ingin
dicapai antara lain: 1.
Teridentifikasinya potensi wisata bahari yang khas untuk setiap daya tarik wisata bahari, terutama daya tarik wisata bahari unggulan Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung. 2.
Terciptanya nuansa budaya pesisir di setiap produk wisata Kepulauan Bangka Belitung.
3. Terwujudnya budaya wisata bahari dan pulau-pulau kecil sebagai citra
pariwisata Kepulauan Bangka Belitung 4.
Terwujudnya tema pengembangan kawasan wisata untuk memperkuat identitas pariwisata Kepulauan Bangka Belitung.
5. Terwujudnya pengelolaan produk wisata dan pasar wisatawan yang ramah
lingkungan. 6.
Meningkatnya kualitas penyediaan data dan informasi sebagai modal dasar dalam pengembangan pariwisata KepulauanBangka Belitung bagi wisatawan,
pelaku bisnis pariwisata, dan pengambil keputusan. 7.
Terwujudnya pemasaran dan promosi pariwisata Kepulauan Bangka Belitung ke pasar wisatawan yang tepat dan terarah.
8. Terwujudnya iklim investasi yang harmonis dan menguntungkan bagi
masyarakat Kepulauan Bangka Belitung. 9.
Meningkatnya peluang keterlibatan masyarakat Kepulauan Bangka Belitung dalam perencanaan, pengelolaan, dan pengendalian pengembangan pariwisata
untuk peningkatan kualitas kehidupannya. 6.
Meningkatnya kualitas sumber daya manusia yang kompeten dan berkualitas dalam pengembangan pariwisata.
7. Meningkatnya arus perjalanan wisata di dalam dan ke dalam Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung. 8.
Terciptanya koordinasi yang seimbang antara sektor publik dan swasta yang terkait dalam pengembangan pariwisata, serta dengan masyarakat lokal,
lembaga swadaya masyarakat dan akademisi. Arah pengembangan pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
didasarkan pada konsep pengembangan, visi dan misi, serta tujuan dan sasaran yang hendak dicapai dalam pengembangan pariwisata. Arah pengembangan ini
menjadi acuan dalam perumusan kebijakan, strategi, dan indikasi program pengembangan kepariwisataan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Strategi
pengembangan pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung antara lain: 1.
Pengembangan Perwilayahan Dimaksudkan untuk mendukung dan memacu perkembangan sektor-sektor di
seluruh wilayah secara keseluruhan secara terintergrasi, berdaya saing, keanekaragaman yang harmonis saling melengkapi.
2. Pengembangan Produk Wisata
Produk unggulan yang : mendukung tema wisata bahari dan pariwisata pulau- pulau kecil, bermanfaat dan berkelanjutan serta unikkhas tradisi
mencerminkan jati diri, berkeseimbangan; pemberdayaan dan memperhatikan daya dukung spesifik daerah dan yang paling penting adalah berkualitas.
3. Pengembangan Pasar dan Pemasaran
Fokus pada pasar eksisting wisnus regional, sambil mengembangkan pasar Wisatawan mancanegara. Strategi pemasaran yang berdasarkan karakteristik
pasar terpadu, efisien, efektif dan terorganisir dengan baik. 4.
Pengembangan Transportasi dan Infrastruktur Penunjang Peningkatan aksesibilitas khususnya dari pasar potensial, ke dan antar
kawasan wisata Bangka Belitung. Terintergrasi berdasarkan pergerakan dan kebutuhan perjalanan sesuai dengan tujuan dan sasaran pengembangan
wilayah keseluruhan. 5.
Pengembangan Sumber Daya Manusia Meningkatkan peran SDM melalui Pemberdayaan masyarakat sebagai subjek
dan pengembangan SDM yang berkualitas dan berkompeten.
6. Pengembangan Kelembagaan
Program antar lembaga yang terkoordinasi dan bersinergi, kerjasamakemitraan baik di dalam maupun di luar negeri. sistem
kelembagaan yang efektif sehingga kondusif bagi investasi. Kelembagaan perpajakan, retribusi serta pemasaran dan promosi.
7. Pengelolaan Lingkungan
Penegakan hukum dan payung hukum bagi perlindungan lingkungan obyek wisata. Meningkatkan peran pemerintah dan masyarakat dalam penangan
masalah lingkungan. Pengelolaan permasalahan lingkungan melalui pariwisata.
Melihat besarnya potensi pariwisata bahari yang dimiliki Babel, maka Pemerintah Daerah telah menyusun sebuah kebijakan pengembangan pariwisata.
Kebijakan tersebut dirancang dalam sebuah program khusus dan dijadikan kebijakan unggulan. Kebijakan pengembangan pariwisata bahari ini terangkum
dalam sebuah kebijakan yang yaitu “ Visit bangka belitung Archipelago 2010.
Visit Bangka Belitung Archipelagic yang disingkat Visit Babel Archi 2010
adalah salah satu program unggulan berbasis pada sektor pariwisata yang didukung oleh kekuatan sektor-sektor pembangunan lainnya secara terpadu,
terarah dan berkesinambungan, sehingga mampu memberikan pelayanan yang optimal dalam rangka menerima kunjungan wisatawan baik domestik terlebih-
lebih mancanegara ke Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Diharapkan dengan adanya upaya-upaya tersebut akan memicu dan memacu pembangunan sektor
pariwisata berkeunggulan kompetitif pada tataran regional dan global. Sebagai outcome yang diharapkan adalah sektor pariwisata dapat memberikan kontribusi
yang cukup besar pada percepatan pertumbuhan ekonomi daerahnasional, terciptanyan lapangan kerja dan lapangan berusaha, serta meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Wisata unggulan yang akan dipamerkan adalah Festival Memancing
tingkat Nasional, Pertandingan Skin Diving dan menyeberang Selat Gelasa mulai dari Tanjung Berikat ke Tanjung Pandan, Pertandingan Jetski di Sadai Bangka
Selatan, Festival Perahu Naga di Sungai Baturusa, dan event-event lainnya yang secara teratur dilakukan sepanjang tahun 2010.
Dalam rangka menjamin terlaksananya program ini, maka dibutuhkan kesiapan dari sarana dan prasarana. Beberapa sarana dan prasarana yang telah
disiapkan antara lain: mempersiapkan objek-objek wisata andalan yang ada di seluruh wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Infrastruktur jalan dan
jembatan, terutama yang menghubungkan objek-objek wisata serta sistem transportasi dari bandara-bandara dan pelabuhan-pelabuhan laut yang ada ke
objek-objek wisata. Beberapa investor juga telah siap membangun hotel-hotel berbintang 345 sebanyak tiga buah dengan kapasitas kamar minimal 500 kamar
didukung oleh hotelresort berbintang 1 atau 2 serta melati yang memiliki daya tampung lebih dari 500 kamar. Jembatan Baturusa II dan III serta Jalan Lingkar
Timur Bangka yang menghubungkan kota Pangkalpinang – Sungailiat lewat pantai timur telah selesai dibangun guna menunjang kelancaran perjalanan.
Arah kebijakan Promosi pariwisata terus digencarkan sejak dini dengan melibatkan seluruh komponen pemangku kepentingan baik pemerintah,
pemerintah provinsi dan pemerintah kabupatenkota, pihak investorswasta maupun masyarakat. Dinas Pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
sebagai leading sector Agenda Visit Babel Archi 2010 dengan melakukan Koordinasi, Integrasi, Sinkronisasi dan Sinergi KISS dengan dinas-dinas lainnya
di lingkungan Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sekaligus mengintensifkan KISS dengan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata di
Jakarta secara rutin demikian juga melakukan upaya kemitraan dengan Pemerintah KabupatenKota secara terus menerus, serta mengikutsertakan
lembaga-lembaga independen dan swadaya masyarakat, pelaku-pelaku bisnis, pengamat pariwisatasenibudaya serta tokoh-tokoh masyarakat termasuk
didalamnya tokoh-tokoh pemuda.
b Konsep Pengembangan Pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Pengembangan pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengacu pada konsep pengembangan yang akan menjadi ”kerangka” dalam merumuskan
kebijakan dan strategi pengembangan. Konsep pengembangan ini terkait dengan potensi dan permasalahan pengembangan kepariwisataan, isu-isu strategis
pengembangan kepariwisataan, serta analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman dalam pengembangan kepariwisataan. Beberapa konsep pengembangan pariwisata bahari yang dapat dilakukan antara lain:
1 Konsep Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan
Pembangunan pariwisata yang berkelanjutan adalah pembangunan yang didukung secara ekologis dalam jangka panjang, sekaligus layak secara ekonomi,
adil secara etika dan sosial terhadap masyarakat. Potensi sumber daya wisata Kepulauan Bangka Belitung sekaligus potensi pasar wisatawan yang tersebar
tidak merata, kondisi lingkungan fisik yang cenderung sudah rusak terutama akibat penambangan timah, serta keragaman kondisi sosial, budaya, maupun
ekonomi menyebabkan pengembangan pariwisata yang sesuai dengan kerangka pembangunan berkelanjutan menjadi tidak bisa ditawar-tawar lagi.
Pengembangan kepariwisataan harus disesuaikan dengan daya dukung spesifik untuk tiap-tiap wilayahnya.
Pembangunan kepariwisataan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang berkelanjutan berprinsip pada:
¾ Terjaminnya keberlanjutan sumber daya wisata dan sumber daya pendukung
pembangunan pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung untuk kesejahteraan masyarakat.
¾ Terintegrasinya pembangunan kepariwisataan Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung dengan lingkungan alam, budaya, dan manusia, serta menjamin perubahan yang terjadi akibat pembangunan pariwisata dapat diterima oleh
lingkungan. ¾
Terpadunya perencanaan dan pengembangan pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang disusun pemerintah dan otoritas yang berwenang
dengan seluruh pemangku kepentingan pariwisata. Dengan konsep ini pariwisata menjadi alat untuk meningkatkan kualitas fisik, sosial budaya, dan
ekonomi, serta ditujukan untuk keberlanjutan sumber daya dan kesejahteraan masyarakat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
2 Konsep Pengembangan Pariwisata Pulau-pulau Kecil
Konsepsi pengembangan pariwisata pulau-pulau kecil tidak dapat dilepaskan dari konsepsi pembangunan kepariwisataan nasional. Dalam konsepsi
pembangunan kepariwisataan nasional, pembangunan kepariwisataan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang dilaksanakan secara
berkelanjutan dan bertujuan untuk mewujudkan peningkatan kepribadian dan kemampuan manusia dan masyarakat Indonesia melalui pemanfaatan ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan memperhatikan tantangan perkembangan global.
Pengembangan pariwisata pulau-pulau kecil dengan demikian harus
memperkukuh nilai kesatuan dan persatuan negara Republik Indonesia. Pada hakekatnya pengembangan pariwisata di pulau-pulau kecil harus berlandaskan
pada nilai-nilai agama dan budaya lokal, dengan memperhatikan dan menghormati hak-hak ulayat masyarakat di sekitarnya. daya yang sangat khas,
pengembangan pariwisata di Kepulauan Bangka Belitung harus menerapkan pendekatan perencanaan dan pengelolaan pariwisata di pulau-pulau kecil, yaitu:
1. Kecil itu Indah Small is beautiful
Dengan ukuran fisiknya yang relatif kecil dan keterbatasan daya dukung yang dimiliki pulau-pulau kecil, seyogyanya pengembangan pariwisata di
pulau-pulau kecil juga mempertimbangkan “kapasitasnya” yang “kecil”, tetapi dapat menawarkan “keindahan” yang berskala besar, bahkan internasional.
2. Intensitas Rendah – Nilai Tinggi Low intensity – High value
Terkait dengan konsep “kecil itu indah”, pengembangan pariwisata di pulau- pulau kecil harus membatasi skala pengembangan yang tidak boleh melewati
batas ambang carrying capacity yang dimiliki pulau kecil tersebut. Keterbatasan skala pengembangan tidak berarti membatasi “nilai” yang bisa
diraih dengan pengembangan pariwisata di pulau-pulau kecil. Oleh karena itu, pengembangan yang membatasi “jumlah” ini harus diimbangi dengan
pencapaian “nilai” yang besar.
3. Identitas Lokal Local identity
Pengembangan pariwisata di pulau-pulau kecil harus mencerminkan identitas lokal yang unik, khas, dan berbeda, baik pada pengembangan objek dan daya
tarik wisatanya maupun penyediaan sarana dan prasarana penunjangnya. 4. Satu Pulau-Satu Manajemen One island one management
Untuk pulau-pulau yang sangat kecil dan tidak berpenghuni, dapat dikembangkan suatu bentuk resor wisata yang dikelola secara profesional oleh
suatu manajemen tertentu. Pengelolaan di bawah satu manajemen memungkinkan pengawasan yang lebih terkontrol, misalnya dalam hal
mengelola limbah yang dihasilkan. Dengan konsep ini, pariwisata menjadi alat untuk meningkatkan nilai tambah bagi lingkungan dan perekonomian di
pulau-pulau kecil.
3 Konsep Pengurangan Ketimpangan Pembangunan Wilayah
Pertumbuhan dan kegiatan masyarakat cenderung terpusat di daerah yang relatif memiliki sumber daya yang lebih baik, sehingga seringkali menyebabkan
daerah yang kurang berkembang menjadi semakin tertinggal. Pembangunan wilayah seyogyanya dilakukan untuk mengurangi ketimpangan dan bukan
memperparah perbedaan. Dengan mempertimbangkan bahwa pariwisata juga dan justru perlu dikembangkan sebagai penggerak pembangunan di daerah yang
memiliki sektor lain yang sukar atau tidak dapat ditumbuhkan, maka pariwisata menjadi salah satu alat dalam mengurangi ketimpangan pembangunan wilayah.
Pariwisata merupakan sektor yang ’relatif’ dapat dikembangkan di mana saja, dengan menciptakan daya tarik dan aksesibilitas, serta melakukan kegiatan
promosi efektif kepada wisatawan yang menjadi sasaran. Pengembangan ini tentu saja harus tetap mengacu pada rambu-rambu pembangunan dan norma-
norma budaya. Dengan demikian, perkembangan pariwisata di wilayah yang relatif lebih maju diharapkan dapat memicu dan berefek ganda pada wilayah
belakangnya. Pembangunan yang dilakukan di daerah yang lebih maju juga dimaksudkan untuk menyebarkan pembangunan ke daerah sekitarnya.
Pariwisata di daerah-daerah yang relatif belum seberkembang daerah lainnya, perlu didukung dan diprioritaskan pengembangannya. Penyediaan sarana
dan prasarana penunjang, khususnya prasarana jalan di kawasan wisata yang
belum berkembang namun berpotensi untuk menjadi unggulan, harus diprioritaskan. Semua sektor dan pihak yang terkait, termasuk para pengambil
keputusan, akan mendukung dan memberikan komitmen yang menerus dalam meratakan pembangunan wilayah Kepulauan Bangka Belitung. Dengan konsep ini
pariwisata menjadi alat untuk mengurangi ketimpangan pembangunan wilayah Kepulauan Bangka Belitung.
4 Konsep Keterkaitan Antarsektor
Pengembangan wilayah melihat sektor-sektor sebagai suatu sistem yang saling berkaitan. Sektor ekonomi yang utama di suatu wilayah perlu
dikembangkan dalam kerangka saling mendukung dengan sektor lain. Pariwisata sangat multisektoral dan tidak dapat maju dan berkembang dengan sendirinya
tanpa dukungan dari sektor lain. Di lain pihak, sektor lain pun dapat memanfaatkan pariwisata untuk bersinergi secara positif sehingga saling
mendukung dan menguntungkan. Dengan kreativitas dan inovasi perencanaan, pariwisata dapat dikembangkan seiring dan sejalan dengan sektor lainnya tanpa
harus memunculkan konflik. Oleh karena itu pengembangan pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung harus: 1
Dikaitkan dan diselaraskan dengan sektor ekonomi dasar yang berkembang atau berpotensi di daerah yang bersangkutan, misalnya pengembangan wisata
agro perkebunan lada dan nanas di kawasan kebun lada dan nanas, kegiatan wisata tambang timah di kawasan pertambangan timah.
2 Secara kreatif menggali potensi, baik yang tangible maupun intangible dari
potensi sumber daya sektor-sektor lain di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 3
Bekerja sama dan berkoordinasi dengan sektor lain, dalam berbagai tahapan perencanaan, implementasi dan pengawasan pembangunan, serta dengan jelas
menguraikan ’siapa melakukan apa’ di antara sektor-sektor yang ada dalam pemerintahan, industri pariwisata, masyarakat, dan pemangku kepentingan
pariwisata lainnya. Dengan konsep ini pariwisata menjadi alat pemersatu sektor-sektor
pembangunan wilayah dan mengurangi potensi konflik antar kepentingan.
5 Konsep Kehidupan yang Berkeseimbangan
Falsafah pembangunan kepariwisataan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menyangkut hubungan kehidupan yang berkeseimbangan antara
manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa, hubungan antara sesama manusia, dan hubungan antara manusia dengan lingkungan alam. Segala bentuk kegiatan
kepariwisataan harus sejalan dengan nilai-nilai luhur yang menjadi landasan spiritual, moral dan etika. Pengembangan pariwisata Kepulauan Bangka Belitung
juga tidak mengenal perbedaan ras, suku, bangsa, agama, jenis kelamin, bahasa, seperti pengakuan atas prinsip dasar hak asasi manusia HAM.
Pemanfaatan lingkungan bagi pengembangan pariwisata Kepulauan Bangka Belitung harus menerapkan keseimbangan mikro manusia dan makro
alam untuk mencegah ketidakadilan, keserakahan, dan pengrusakan terhadap budaya dan alam Kepulauan Bangka Belitung. Selain itu, pembangunan
kepariwisataan Kepulauan Bangka Belitung juga mengedepankan peran serta dan keterlibatan masyarakat Kepulauan Bangka Belitung. Manusia ditempatkan
sebagai subjek dan juga objek pembangunan dalam pengembangan pariwisata yang berbasis masyarakat community based tourism.
6 Konsep Pengembangan “ship promotes the trade” dan “trade follow the
ship”
Konsep ini terkait dengan pengembangan sistem transportasi sebagai sistem infrastruktur, yang secara fungsional harus diselenggarakan untuk
memenuhi fungsi utama, yakni: a
Fungsi akses: menyediakan akses bagi ruang kegiatan secara cukup dan merata di semua wilayah pelayanannya.
b Fungsi mobilitas: jaringan transportasi harus tersedia secara cukup untuk
mengakomodasimeneruskan pergerakan orangbarang antarwilayah secara efisien.
c
Fungsi-fungsi lain seperti pertahanan keamanan, pendorongimpuls bagi kegiatan ekonomi, dan lain sebagainya pada dasarnya merupakan turunan dari
kedua fungsi utama tersebut.
7 Konsep Pengembangan Perwilayahan Pariwisata Unggulan
Untuk memacu pertumbuhan pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, pengembangan pariwisata difokuskan pada kawasan wisata berskala
provinsinasionalinternasional. Kawasan wisata dengan skala provinsi dijadikan sebagai kawasan wisata unggulan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Kawasan
wisata unggulan provinsi dapat terdiri dari beberapa daya tarik wisata dan berada dalam daerah administrasi yang berbeda, serta memiliki peran strategis karena
memiliki keunikan daya tarik yang bernilai tinggi dan mendukung tema dan citra Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Perkembangan pariwisata di kawasan
wisata ini diharapkan dapat menyebarkan pengembangan pariwisata ke daerah- daerah lain di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Pengertian kawasan wisata didasarkan pada konsep yang memandang pengembangan pariwisata sebagai bagian atau alat dalam pengembangan
wilayah. Suatu kawasan wisata merupakan rangkaian tujuan wisata yang dihubungkan oleh koridor sirkulasi, yang dapat berwujud jaringan jalan, rute
penerbangan, atau pelayaran kapal. Setiap kawasan wisata memiliki daya tarik wisata dan atau kelompok daya tarik wisata, fasilitas dan pelayanan wisata, serta
gerbang masuk kawasan yang dapat berupa bandara, terminal, stasiun atau bahkan jalan raya. Kawasan wisata dapat berada di permukiman penduduk, lahan
pertanian, hutan lindung, dan lain-lain. Pengelompokan daya tarik wisata ke dalam suatu kawasan wisata
dilakukan dengan tujuan: a
Memunculkan kekhasan produk wisata yang dimiliki Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
b Secara kolektif membentuk atau memunculkan ciri khas yang mengedepankan
atau mengangkat jati diri masyarakat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. c
Meningkatkan daya saing produk wisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. d
Menciptakan keterpaduan pengembangan pariwisata antar kawasan.
e
Efisiensi pelaksanaan program pembangunan pariwisata, baik perencanaan, pengelolaan, maupun pemasaran dan promosi.
Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan pengelompokan tersebut adalah:
1. Faktor geografis: kedekatan geografis merupakan faktor penting yang harus
dipertimbangkan dalam menentukan pengelompokan kawasan pariwisata. Perencanaan dan pengembangan pariwisata akan lebih mudah dilakukan jika
jarak fisik antarkawasan dekat. Kedekatan geografis juga akan mempermudah koordinasi pihak-pihak yang terkait dalam pengembangan kawasan.
2. Faktor aksesibilitas: faktor kedekatan geografis harus ditunjang dengan
aksesibilitas yang baik. Walaupun letak daerah tujuan wisata berdekatan, bila tidak ditunjang oleh aksesibilitas yang mudah, maka pengelompokannya akan
dilakukan dengan daerah tujuan wisata lain yang aksesibilitasnya lebih baik. Faktor kemudahan aksesibilitas ini diperlukan agar perkembangan pariwisata
di suatu daerah tujuan wisata akan mempengaruhi perkembangan pariwisata di daerah tujuan wisata lainnya yang berada dalam satu kawasan pengembangan
pariwisata. 3.
Faktor pengikat, merupakan ’tanda’ fisik atau non fisik yang berfungsi sebagai pengikat beberapa daerah tujuan wisata. ’Tanda’ fisik dapat berupa bentang
alam, jalur jalan, atau batas wilayah, sedangkan nonfisik dapat berupa pengaruh suatu budaya tertentu. Daerah tujuan wisata yang berada dalam satu
faktor pengikat yang sama memiliki kecenderungan karakteristik fisik dan nonfisik wilayah yang sama sehingga mempermudah perumusan rencana dan
program yang akan dilakukan pada kawasan pengembangan pariwisata tersebut.
4. Karakteristik produk wisata unggulan yang sama dan atau saling melengkapi.
Suatu kawasan pariwisata sebaiknya memiliki produk wisata unggulan yang dapat dijadikan tema pengembangan sehingga dapat memunculkan identitas
kawasan. 5.
Keragaman produk wisata unggulan antarkawasan: kawasan pariwisata yang terbentuk harus dapat menunjukkan keragaman dan keunikan satu sama lain
sehingga kekayaan pariwisata Kepulauan Bangka Belitung dapat dimanfaatkan secara optimal sebagai daya tarik wisata utama provinsi.
Kawasan Wisata Unggulan KWU Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan kawasan tingkat provinsi yang wisata yang diunggulkan di berperan
dalam menjawab isu-isu pokok pembangunan kepariwisataan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Kawasan Wisata Unggulan ini berperan strategis karena
keunikan daya tarik wisatanya yang mewakili karakteristik provinsi. Kawasan Wisata Unggulan Provinsi dapat terdiri dari beberapa daya tarik wisata dalam
daerah administratif yang berbeda lintas kabupatenkota, yang memiliki keunggulan produk wisata yang dapat bersaing di tingkat regional, nasional dan
bahkan internasional, dengan target segmen pasar wisatawan nasionalinternasional. Setiap Kawasan Wisata Unggulan Provinsi memiliki daya
tarik wisata unggulan yang mencirikan kekhasan dan menjadi unggulan provinsi, serta memiliki daya tarik wisata lain yang mendukung tema pengembangan
pariwisata kawasan. Berdasarkan hasil analisis terhadap potensi dan permasalahan
kepariwisataan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, maka kawasan wisata unggulan provinsi terdiri dari:
1. KWU Sejarah - Mentok 2. KWU Rekreasi Pantai – Sungailiat
3. KWU Perkotaan – Pangkalpinang 4. KWU Agrowisata – Koba
5. KWU Alam Bahari – Selat Lepar 6. KWU Budaya Pesisir – Tanjung Binga
7. KWU Bahari Minat Khusus - Memperak Gambaran masing-masing kawasan dapat disampaikan sebagai berikut:
a. Kawasan Wisata Sejarah – Mentok Kawasan wisata sejarah Mentok terletak di Kota Mentok, Kabupaten
Bangka Barat, sekitar 138 km dari ibukota Pangkalpinang dan dapat dicapai melalui alur provinsi yang berkondisi sangat baik. Kawasan Mentok juga menjadi
gerbang masuk bagi wisatawan dari Palembang, Sumatera Selatan yang datang dengan menggunakan fery. Secara umum, akses antar objek-objek wisata dapat
dikatakan sudah sangat memadai, sebagian besar jalan darat berupa aspal halus. Kawasan wisata ini memiliki potensi daya tarik sejarah tinggi.
Keberadaan wisata yang bernilai bangunan bersejarah, tempat pengasingan Presiden Republik Indonesia pertama Bung Karno, dan pemimpin tertinggi
Indonesia lainnya menjadi daya tarik wisata unggulan kawasan ini. Wisma Ranggam dan Pesanggrahan di Bukit Menumbing merupakan daya tarik wisata
sejarah unggulan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Monumen Proklamator Soekarno-Hatta di Kota Mentok yang dibangun tahun 2000 juga merupakan daya
tarik wisata yang mendukung tema wisata sejarah yang diunggulkan di kawasan ini.
Daya tarik wisata lain yang tidak kalah menariknya dan menunjang tema wisata sejarah di kawasan wisata unggulan Mentok adalah Pantai Tanjung
Kalian yang memiliki mercusuar peninggalan Belanda yang dibangun pada tahun 1862 setinggi 56 meter. Fungsi menara tersebut adalah untuk melihat keluar
masuknya kapal dari dan menuju Mentok. Dari puncaknya dapat disaksikan seluruh kawasan pantai Mentok yang indah. Di Pantai Tanjung Kalian juga
terdapat monumen Perang Dunia II yang dibangun pada bulan Maret 1993 untuk mengenang kembali peristiwa pemboman Kapal SS Vyner Broke yang tenggelam
di Laut Mentok. Potensi wisata sejarah lainnya di Kota Mentok antara lain Batu Balai, Benteng dan Tugu Kota Seribu, Masjid Jamik, serta Rumah Mayor Cina.
b. Kawasan Wisata Rekreasi Pantai – Sungailiat Kawasan Wisata Rekreasi Pantai - Sungailiat di Kabupaten Bangka dapat
dicapai dari Kota Pangkalpinang sekitar 1 jam perjalanan melalui jalan provinsi dengan kondisi yang sangat baik. Potensi pengembangan kawasan wisata ini juga
ditunjang dengan tersedianya Pelabuhan Niaga Jelitik Sungailiat, Pelabuhan Perikanan Pantai Sungailiat, serta Pelabuhan Belinyu. Rekreasi pantai merupakan
daya Daya tarik wisata tarik wisata unggulan kawasan yang terletak 33 km dari Pangkalpinang ini. Pantai-pantai indah yang menjadi unggulan Kawasan Wisata
Rekreasi Pantai-Sungailiat adalah Pantai Parai Tenggiri dan Pantai Tanjung Pesona. Kedua pantai ini sudah dilengkapi dengan fasilitas penunjang wisata,
seperti hotel dan restoran, sebagai pendukung pengembangan kawasan.
Daya tarik wisata pantai lainnya yang sangat berpotensi untuk dikembangkan adalah Pantai Matras, Pantai Romodong, Pantai Teluk Uber, dan
Pantai Rebo. Kondisi jalan antarobjek wisata tersebut cukup lebar dan sudah sangat memadai. Selain rekreasi pantai, wisata religi juga cukup menonjol di
kawasan wisata ini. Kelenteng-kelenteng tua tersebar terutama di Kota Sungailiat. Hal ini terkait dengan penduduk kawasan ini yang didominasi oleh penduduk
etnis Cina. Salah satu perkampungan Cina yang cukup dikenal dan kehidupan sehari-harinya sangat kental dengan budaya dan tradisi Cina adalah Kampung
Gedong yang juga potensial menjadi daya tarik wisata. c. Kawasan Wisata Perkotaan – Pangkalpinang
Daya tarik wisata unggulan Kawasan Wisata Perkotaan-Pangkalpinang adalah wisata warisan budaya dan wisata belanja. Kekayaan warisan budaya
berupa bangunan-bangunan tua bekas kegiatan P.T. Timah, seperti bekas kantor pusat timah dan rumah sakit; gereja, kelenteng, dan masjid tua. Museum Timah
yang memuat sejarah penambangan timah di Bangka merupakan potensi pariwisata yang sangat besar karena hanya terdapat satu-satunya di Indonesia.
Selain wisata warisan budaya, pusat perbelanjaan di Kota Pangkalpinang juga menjadi daya tarik wisata unggulan kawasan wisata ini. Kemudahan
pencapaian menuju masing-masing objek wisata dapat dirasakan dengan kondisi jalan dalam kota yang sangat baik. Ketersediaan fasilitas penunjang wisata yang
lengkap juga menjadi daya tarik wisata bagi wisatawan dari luar Kepulauan Bangka Belitung.
Wisatawan yang datang ke Kawasan Wisata Perkotaan-Pangkalpinang sebagian besar bertujuan untuk bisnis atau dinas kantor. Wisatawan dari Pulau
Jawa, terutama D.K.I. Jakarta, merupakan wisatawan potensial bagi kawasan wisata unggulan terutama dengan semakin meningkatnya aksesibilitas Jakarta-
Pangkalpinang. Salah satu sarana aksesibilitas terpenting di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah Pelabuhan Pangkalbalam yang terletak di Pangkalpinang.
Pelabuhan ini sangat berperan untuk meningkatkan potensi kawasan wisata perkotaan Pangkalpinang secara khusus, maupun bagi Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung umumnya.
d. Kawasan Agrowisata – Koba Koba yang terletak 58 km dari ibukota Pangkalpinang memiliki potensi
perkebunan lada dan perikanan yang besar untuk dikembangkan menjadi kawasan berdaya tarik agrowisata. Potensi perkebunan lada yang tersebar di
Payung, Airgegas, Simpangrimba, dan Simpangkatis memang saat ini masih belum dikembangkan sebagai objek agrowisata, begitu juga dengan potensi
perikanannya yang tersebar di Pulau Nangka, Pulau Semujur, dan Pulau Ketawai. Pengemasan potens perkebunan dan perikanan menjadi objek dan daya tarik
agrowisata akan memberikan nilai tambah tidak hanya bagi perkembangan pariwisata, tetap juga bagi perkembangan sektor pertanian termasuk perkebunan
dan perikanan laut di kawasan Koba. Jalur menuju kawasan wisata ini secara umum berkondisi baik, hanya
beberapa rute menuju objek-objek wisata tertentu yang kondisinya masih kurang baik. Fasilitas lain yang terdapat di kawasan ini adalah Pelabuhan Sungaiselan,
yang merupakan satu-satunya pelabuhan di Kabupaten Bangka Tengah. Kawasan Agrowisata-Koba memiliki potensi pasar wisatawan nasional
yang cukup besar karena perkebunan dan produksi lada di Pulau Bangka sudah sangat terkenal, baik di Indonesia maupun di dunia. Peluang ini harus dapat
dimanfaatkan untuk dapat menarik wisatawan nasional dan mancanegara dalam jumlah dan kualitas yang lebih meningkat, dengan tetap memperhatikan daya
dukung lingkungannya. e. Kawasan Wisata Alam Bahari – Selat Lepar
Kawasan ini terletak sekitar 125 km dari Pangkalpinang. Kondisi jalan menuju kawasan wisata dan antar objek-objek wisata sebagian besar dalam
keadaan baik. Tema utama kawasan ini adalah wisata bahari dengan daya tarik wisata unggulan diantaranya adalah Pantai Tanjung Kerasak, Pulau Lepar, dan
Pulau Pongok yang terletak di Kabupaten Bangka Selatan. Potensi sumber daya kelautan yang begitu kaya menjadikan kawasan
wisata ini sangat potensial untuk dikembangkan sebagai kawasan wisata bahari. Pulau Lepar dan Pongok merupakan dua pulau kecil di Bangka Selatan yang
sudah cukup dikenal akan kekayaan sumber daya kelautannya. Pantai Tanjung
Kerasak tidak kalah menariknya dengan Pulau Lepar dan Pongok. Pantai yang sudah banyak dikunjungi wisatawan lokal ini memang belum dikelola, tetapi
sudah didukung dengan kondisi jalan yang baik. Potensi pasar wisatawan Kawasan Wisata Bahari- Selat Lepar memang
masih terbatas pada wisatawan lokal. Pengembangan dan pengelolaan daya tarik wisata unggulan di kawasan wisata ini menjadi hal utama yang harus dilakukan
terlebih dahulu. Perluasan pasar wisatawan nasional dan internasional di Kawasan Wisata Bahari-Selat Lepar akan berjalan seiring dengan perkembangan
pariwisata yang terjadi. Oleh karena itu, tersedianya Pelabuhan Sadai memiliki arti penting dalam pengembangan pariwisata.
f. Kawasan Wisata Budaya Pesisir – Tanjung Binga Daya tarik wisata unggulan Kawasan Wisata Budaya Pesisir-Tanjung
Binga adalah Pantai Tanjung Binga dengan budaya pesisir yang kental dan keberadaan Suku Laut dan Suku Sawang, serta Pantai Tanjung Kelayang, Pantai
Tanjung Tinggi, dan Pulau Lengkuas dengan mercusuar peninggalan Belanda. Kawasan Wisata Budaya Pesisir juga kaya akan tradisi upacara adat laut, seperti
Maras Taun dan Buang Jong. Kekayaan wisata budaya Belitung dapat dilihat juga pada Museum Tanjung Pandan yang menyimpan benda-benda bersejarah
peninggalan kerajaan yang pernah berdiri di Pulau Belitung. Kawasan Wisata Budaya Pesisir-Tanjung Binga memiliki potensi pasar
wisatawan nasional yang cukup besar, terutama dari Pulau Jawa, karena lokasi geografis yang relatif dekat dan aksesibilitas yang semakin mudah. Kondisi
jalan menuju kawasan wisata ini juga sangat baik, namun beberapa rute jalan menuju objek- objek wisata tertentu masih dalam kondisi yang kurang baik.
Ketersediaan fasilitas penunjang wisata yang cukup lengkap, ditunjang keberadaan Bandara HAS Hanandjoeddin dan Pelabuhan Tanjungpandan akan
memacu perkembangan pariwisata di kawasan wisata unggulan ini. g. Kawasan Wisata Bahari Minat Khusus –Memperang
Kawasan Wisata Bahari Minat Khusus – Memperang ini terletak di Kabupaten Belitung Timur, mencakup wilayah Manggar, Pantai Burung Mandi
hingga ke Kepulauan Memperang. Kondisi jalan provinsi dan kabupaten, serta rute menuju objek-objek wisata yang terdapat di kawasan ini dalam kondisi
yang baik. Kota Manggar sebagai ibukota Kabupaten Belitung Timur hanya berjarak 87,5 km dari Tanjungpandan, dan Pelabuhan Manggar merupakan
salah satu sarana untuk mengembangkan pariwisata di kawasan ini. Daya tarik wisata unggulan Kawasan Wisata Bahari Minat Khusus - Memperang adalah
pulau-pulau kecil di Kepulauan Memperang yang kaya akan potensi wisata bahari minat khususnya, dan juga Pantai Bukit Batu serta Pantai Burung Mandi.
Potensi bawah laut yang sangat indah dan kaya menjadi potensi bagi pengembangan kegiatan wisata minat khusus, seperti memancing, diving, dan
snorkeling, terutama di Kepulauan Memperang. Pengembangan pariwisata di Kawasan Wisata Bahari Minat Khusus- Memperang saat ini masih diarahkan pada
pengembangan kegiatan wisata di Pantai Bukit Batu dan Pantai Burung Mandi. Seiring dengan perkembangan kawasan, potensi pasar wisatawan kawasan
wisata unggulan ini turut meluas, tidak hanya wisatawan lokal dan regional, tetapi juga nasional, bahkan internasional. Ketersediaan fasilitas penunjang wisata,
aksesibilitas yang mudah dan nyaman, serta pemasaran dan promosi yang efisien dan tepat sasaran, menjadi modal utama dalam pengembangan pariwisata di
kawasan ini.
5.5.4 Keragaan Sektor Industri Kelautan