Prestasi Akademik dan Non Akademik di SMP Negeri 2 Jatiroto

77 mengartikan gitu kan masih bagus kalau di akademiknya kurang, masih punya potensi di non akademik dan kita kembangkan tanpa mengesampingkan akademiknya. Nah, pemahaman-pemahaman semacam itu ke orang tua kan membantu. Dengan semacam itu lalu kita tanggung jawab kan jadinya bagus. Lha..guru-guru pun kan berpikir semacam itu. Jadi yang namanya, anak saya anak didik saya itu namanya Anggun. Itu kalau dulu begitu masuk sekolah hampir semua guru nyacat mencela masa depannya semacam apa? Kan gitu. Tapi akhirnya kan, apaya, yaa, membalik semua pendapat, ketika dia lulus di SMP ketika habis tes yang lain masih bingung mau kemana-kemana anak itu kan, diminta dari SMA “Terang bangsa” ,Muhammadiyah 1 Solo juga minta.” Wawancara tanggal 03 Oktober 2014, pukul 09.38 WIB, di lapangan basket SMP negeri 2 Jatiroto Dengan pemahaman – pemahaman yang diberikan pihak sekolah terhadap orang tua, akhirnya orang tua mengerti bahwa pendidikan bukan hanya dilihat dari segi akademik saja tetapi juga harus menyeimbangkan dengan pendidikan non akademik. Peserta didik yang memiliki potensi dan nilai psikomotorik tinggi akan diolah untuk meningkatkan prestasi non akademik peserta didik tanpa mengesampingkan kegiatan akademik. Selaku wali kelas VIIIF, NS mengemukakan bahwa pada dasarnya dalam pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas pada dasarnya sama, namun untuk jam olah raga dibuat berbeda yaitu dengan tambahan waktu maupun materi yang berbeda dengan kelas lain. Sehingga teori maupun prakteknya juga memiliki kulitas dan kuantitas yang lebih. Hal tersebut dikarenakan kemampuan psikomotorik peserta didik yang berbeda dan ditasa rata-rata peserta didik lain, sehingga tingkatannya dibuat lebih dari pada kelas yang lain. Hal tersebut sangat memudahkan dalam pembinaan dan pengelolaan peserta didik untuk nantinya dikembangkan sesuai dengan potensi yang dimiliki. 78 Kelas VIIIF yang memang disetting sebagai kelas yang diisi oleh peserta didik yang memiliki psikomotorik yang bagus dan diampu oleh wali kelas yang memang benar-benar membidangi, sehingga pola pembelajaran di kelas ini juga berbeda untuk jumlah jam olah raganya baik materi maupun prakteknya. Sehingga pada setiap even olahraga baik ditingkat, rayon maupun Kabupaten pihak SMP Negeri 2 Jatiroto telah siap dengan situasi yang telah terkondisikan. Upaya peningkatan prestasi non akademik tersebut selanjutnya diwadahi dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler yang dilakukan secara disiplin. Pada kenyataan yang terjadi di lapangan dan menurut hasil observasi yang peneliti lakukan bahwa SMP Negeri 2 Jatiroto terkenal dengan olah raga basketnya yang menjuarai sampai tingkat Karisidenan Surakarta pada ajang Junior Basket Ball League JRBL Solo series sehingga SMP Negeri 2 Jatiroto ini terkenal dengan prestasi bola basketnya dan juga menjadi icon sekolah. Hal tersebut kembali diutarakan oleh JDS sebagai berikut : “Nek seng non akademik kalau yang non akademik yang bisa kita banggakan itu basket seng jadi icon sekolah. Sek kemarin yang jelas prestasine naik. Ini kan kompetisi kita mulainya akhir oktober, nanti kita ikut kompetisi lagi di Solo .” Wawancara tanggal 03 Oktober 2014, pukul 08.56 WIB, di ruang guru SMP Negeri 2 Jatiroto NS selaku wali kelas VIIIF yang juga sebagai guru olahraga mengemukakan bahwa input yang masuk sangat kurang, baik akademiknya maupun non akademiknya khusunya olah raga, dalam wawancara sebagai berikut: “Mungkin kalau disini, Wonogiri yang di sebelah timur, ndeso, cuman kalau kita bawa ke solo kita bisa dengan keadaan kita, lokasi kita yang seperti ini. Coba kalau kita bandingkan dengan di Wonogiri kota dengan fasilitas anak, anak-anak itu disana itu sudah memper layak kan gitu. Lha 79 kita, kita itu di Wonogirinya sebeleh timur, di dalam, tapi kita itu bisa ngalahain mereka. Jadi yang membuat prestasi semacam ini memang kita kompak, terus ya kenyataannya kalau jadi bukti ya, kalau dari basket yang notaben disini dari SD disini kan belum ngerti sama sekali tentang basket tapi kenyataannya bisa diolah, trus diadu sama tempat yang di Solo, basket kan kandangnya, itu kita bisa. Artinya kan mudah-mudahan yang lain juga akan berpikir sama .” Wawancara tanggal 03 Oktober 2014, pukul 09.38 WIB, di lapangan basket SMP Negeri 2 Jatiroto Pada kenyataan yang terjadi dilapalangan dan sesuai dengan hasil wawancara menunjukan bahwa prestasi yang paling menonjol terlihat pada ekstrakurikuler olahraganya terutama basket, maupun atletik. Hal tersebut dikarenakan bahwa SMP Negeri 2 Jatiroto memiliki 2 guru olah raga yang mengampu di sekolah ini telah benar-benar memimiki kualifikasi yang baik serta telah memiliki sertifikat kepelatihan. Sehingga SMP Negeri 2 Jatiroto merupakan sekolah yang terkenal dengan olahraganya. Seperti dijelaskan oleh JDS dalam wawancara yang peneliti lakukan yang menjelaskan bahwa NS selaku guru olah raga dan sekaligus pembina tim basket SMP Negeri 2 Jatroto telah memiliki sertifkat kepelatihan, sehingga benar-benar layak untuk membidangi hal tersebut. Tidak begitu dengan kegiatan ekstrakurikuler lain yang prestasinya naik turun. Menurut NS dengan adanya dua kelas unggulan ini pihak sekolah dengan mudah mengelola dan serta membina peserta didik untuk nantinya diajukan sebagai wakil apabila terdapat even-even perlombaan sehingga apa yang diinginkan dapat terwujud dan semua bisa diwadahi dengan baik. Pendapat senada juga diutarakan JDS sebagai berikut: “Terus seng rodok yang agak kita paksa itu kan kelas VIIIA. ini nanti kalau ada lomba-lomba akademik tinggal ngambil dari VIIIA. kalau dikelompokan gitu kan nilai kompetitifnya kan tinggi. ” Wawancara tanggal 03 Oktober 2014, pukul 08.56 WIB, di ruang guru SMP Negeri 2 Jatiroto 80 Pendapat JDS juga diperkuat oleh S dalam petikan wawancara yang mengatakan bahwa kelas VIII dengan pengelompokan kelasnya memang disetting untuk menghadapi perlombaan dan berbagai peningkatan prestasi peserta didik baik akademik maupun non akademik. Kelas VIIIA yang merupakan unggulan dalam bidang akademik yang kelasnya diisi oleh peserta didik yang meiliki nilai pelajar tinggi memang disetting untuk menghadapi perlombaan dalam bidang akademik, sehingga pihak sekolah langsung memilih peserta didik dari kelas VIIIA. Untuk kelas VIIIF disetting untuk kejuaraan olah raga, sehingga peserta didik yang nilai psikonotoriknya bagus dikumpulkan dan dibina di kelas VIIIF untuk selanjutnya diwakilkan dalam menghadapi kejuaraan olahraga seperti POPDA. Sedangkan untuk lomba – lomba lain seperti lomba agama, lomba seni, pramuka, PMR dan lain sebagainya itu baru baru diambilkan dari semua kelas yang menonjol siswanya. Dalam wawancara yang dilakukan peneliti terhadap NS yang mengatakan sebagai berikut: “Jadi kalau di kondisi kelas itu kan lihat karakter anak, kan bisa kelihatan. Jadi di kelas olahraga yang menonjol di psikomotorik kan harus bagaimana caranya nyetting kelas dengan pembelajaran apa yang sesuai, kan gitu. Cuma dari saya sendiri, motivasi anak juga ndak harus fokus di olahraga. Cuma dari olahraga itu saya bisa minjem olahraga sebagai alat untuk buat karakter anak, yang paling saya seneng kan itu, banyak kejadian anak nakal itu masuk di VIIIF. Jadi dirubahlah yang awalnya sekolah males-malesan itu saya tarik ke basket ketika udah enjoy di basket, anak yang awalnya males-malesan jadi sregep rajin sekolah. Tetap kita VIIIF muaranya kepelajaran akademik juga, intinya seperti itu. jadi tetep tujuan utama saya dan sekolah bukan hanya fokus di prestasi non akademik saja, tapi tujuan orang tua yang kesini menyekolahkan anak bukan cuma buat basket saja, jadi tetep di kademiknya saya utamakan, akademik, karakter itu saya tekankan. ” Wawancara tanggal 03 Oktober 2014, pukul 09.38 WIB, di lapangan basket SMP Negeri 2 Jatiroto 81 Hal tersebut terwujud dengan pengelolaan kelas yang berjalan dengan bagus serta manajemen sekolah yang menyeimbangkan prestasi peserta didik baik dari ranah akademik maupun non akademik. Seperti yang dijelaskan kembali oleh S sebagai berikut: “Dari tahun 2002 sampai sekarang kita tu terkenal dengan prestasi akademiknya kan gitu, dari situ kita juga ngrubah bahwa kita itu gag Cuma unggul di akademik saja, tapi kita juga pinter non akademik. Makanya kita dulu kita sering menjuarai lomba-lomba itu sering. Jadi kita tu ndak sekolah gur sinau tok gitu lho sekolah Cuma belajar saja. ” Wawancara tanggal 2 Oktober 2014, pukul 09.21 WIB, di ruang guru SMP Negeri 2 Jatiroto SMP Negeri 2 Jatiroto juga melakukan pengembangan dan penambahan struktur program pengajaran. Dalam hal ini pihak SMP Negeri 2 Jatiroto menambah jam pelajaran yang telah ditetapkan oleh pihak Dinas Pendidikan Kabupaten Wonogiri dari 38 jam pelajaran per minggu menjadi 42 jam pelajaran per minggu. Seperti yang dijelaskan dalam wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap SHM selaku guru yang juga menjabat sebagai wakil kepala sekolah urusan kurikulum sebagai berikut: “Untuk mempertahankan prestasi ya ditekankan untuk tata tertibnya. Masalahnya nek kalau tidak ditertibkan anak yo semakin gag tanggung jawab gitulah. Terus disiplin ya harus ditingkatkan, jadi kedisiplinan anak- anak disini itu ditekankan sekali. Terus mata pelajaran, pebelajaran disini, untuk sekolah-sekolah sini sekolah-sekolah di Wonogiri itu jam satu sudah pulang, bahkan ada yang belum jam satu sudah ada yang pulang, sedangkan di SMP sini 42 jam jadi jam setengah 2 baru pulang. Itu juga menjadi upaya untuk meminimalisir hal-hal yang tidak penting diluar sekolah dan untuk mempertahankan prestasi juga. Jadi jamnya dari sana ketetapan Dinas kan 38 jam, disini kita bikin jadi 42 jam. ” Wawancara tanggal 03 Oktober 2014, pukul 10.03 WIB, di ruang guru SMP Negeri 2 Jatiroto 82 Adanya penambahan waktu pelajaran di SMP Negeri 2 Jatiroto memberikan tambahan jumlah jam pelajaran pada beberapa mata pelajaran tertentu. Dengan demikian waktu belajar peserta didik di SMP Negeri 2 Jatiroto menjadi lebih lama dan jam pulang sekolah juga lebih lama dibandingkan dengan sekolah-sekolah lainnya. Selain itu sekolah juga menyelenggarakan kegiatan ekstrakurikuler disore hari sebagai wadah dari kegiatan non akademik seperti basket, voly, tenis meja, futsal, pramuka, PMR, MTQ dan kegiatan-kegiatan lainnya yang dilakukan sesuai jadwal yang telah dibuat. Selain hal tersebut, adanya jam tambahan berupa les-les yang diberikan sekolah yang dilaksanakan sepulang sekolah dan telah terjadwal di setiap kelasnya, juga menambah waktu belajar peserta didik. Hal ini menunjukkan banyaknya waktu belajar siswa di sekolah dan juga merupakan upaya dari pihak sekolah untuk meminimalisir hal-hal negatif di lingkungan rumah. Pada kenyataan yang terjadi di lapangan menunjuan bahwa peran keluarga khususnya orang tua sangat kurang dalam memberikan pengawasan langsung terhadap anak-anaknya sehingga motivasi anak juga kurang maksimal. Hal ini dikarenakan orang tua peserta didik di SMP Negeri 2 Jatiroto yang kebanyak buruh yang merantau dan para petani yang mempunyai latar belakang pendidikan yang rendah sehingga pentingnya pengawasan belajar juga sangat kurang. Seperti yang di jelaskan oleh SHM salah satu guru di SMP Negeri 2 Jatiroto dalam wawancara sebagai berikut: “Untuk meminimalisir, kegiatan sekolah diperbanyak. Jadi anak biar dirumahnya waktunya hanya sedikut, jadi untuk, mainnya itu sedikit, ya 83 berkurang misalnya les, ekstra, itu diperbanyak, kelompok belajar bersama , itu diperbanyak, di kontrol, apalagi yang kelas IX masalahe kalo ndak seperti itu, anak disini tu banyak yang ditinggal orang tuane merantau, jadi pengawasan dari orang tua dan keluarga secara langsung itu kurang, jadi anak tu kalo diluar cenderung ke kegiatan yang tidak terprogram seperti itu lho mas.” Wawancara tanggal 03 Oktober 2014, pukul 10.03 WIB, di ruang guru SMP Negeri 2 Jatiroto Pendapat senada juga diutarakan oleh JDS dalam petikan wawancara yang menjelaskan bahwa latar belakang keluarga juga berpengaruh terhadap motivasi peserta didik, sehingga sekolah berupaya mengadakan usaha dengan selalu memberikan tugas-tugas rumah oleh guru. Selain itu SMP Negeri 2 Jatiroto juga mengupayakan dengan membuat program belajar kelompok yang tersusun dangan jadwal yang telah ditentukan. Berikut petikan wawancara yang dilakukan peneliti kepada JDS : “Motivasi-motivasi anak untuk belajar, itu pengaruhnya. Tingkat pendidikan orang tua kan yo mempengaruhi motivasi anak. meskipun secara langsung ndak ada, ning itu juga merupakan kendala. Latar belakang pendidikan, pekerjaan. Ya…maaf misalnya buruh… anak yo gur sedikit banyak terpengaruhi meskipun itu tidak kita pakai alasan. Tapi kenyataannya seperti itu. Kita mengupayakan selalu ada tugas-tugas dan membentuk kelompok belajar itu dirumah. ” Wawancara tanggal 03 Oktober 2014, pukul 08.56 WIB, di ruang guru SMP Negeri 2 Jatiroto Kelompok belajar ini diwajibkan bagi seluruh peserta didik baik kelas VII, VIII dan IX. Dalam pembentukan kelompok belajar ini setiap kelas dibagi menjadi 6 kelompok belajar, dan setiap kelompok belajar terdiri dari 5 sampai 6 orang dengan 1 ketua kelompok. Pengelompokan ini berdasarkan letak lokasi rumah peserta didik yang berdekatan atau yang masih dalam satu desa dengan tujuan peserta didik mudah menjangkau rumah yang dijadikan tempat untuk belajar. Hal ini merupakan program sekolah dan salah satu upaya sekolah untuk selalu meningkatkan prestasi peserta didik. Kegiatan belajar kelompok ini selalu 84 dikoordinasi oleh guru yang bertanggung jawab, yaitu guru wali kelas masing- masing dengan menyertakan presensi yang wajib diisi oleh peserta didik ketika melakukan belajar kelompok. Sehingga kegiatan ini tetap dapat dikontrol. AR salah seorang peserta didik mengemukakan pendapatnya sebagai berikut : “Kalau rutin sehari-hari biasanya, makan terus belajar main bentar trus belajar kelompok kurikulum 2013 kan cara belajar dirubah, kan dibikin kelompok biasanya dikasih tugas-tugas gitu. Terus kelompok dibuat perkelompok yang rumahnya deket dari daerahnya yang deket-deket gitu. ” Wawancara tanggal 15 Oktober 2014, pukul 10.23 WIB, di ruang tamu SMP Negeri 2 Jatiroto Dengan demikian setiap saat dan setiap waktu yang dilalui oleh peserta didik dapat mempunyai nilai tambah dalam menimba ilmu baik di sekolah maupun di luar sekolah. Peserta didik di SMP Negeri 2 Jatiroto memahami bahwa belajar tidak selamanya dengan guru. Penuturan kembali diutarakan oleh seorang peserta didik, PTD menggambarkan bahwa peserta didik di SMP Negeri 2 Jatiroto mempunyai budaya belajar mandiri yang baik dengan melakukan belajar kelompok secara disiplin, sebagaimana wawancara berikut: “Kami selalu belajar kelompok. Sekolah membentuk kelompok belajar untuk kerja kelompok di rumah, kita bareng-bareng bersama-sama ngerjain mengerjakan tugas dari bapak ibu guru. Ya, senang, bisa belajar dengan temen-temen. Kita mecahin masalah bareng temen-temen. ” Wawancara tanggal 16 Oktober 2014, pukul 09.53 WIB, di ruang tamu SMP Negeri 2 Jatiroto Dalam kegiatan belajar mengajar di kelas diupayakan untuk mengaktifkan seluruh peserta didik. Sehingga suasana belajar mengajar tidak pasif dan monoton. Dengan diterapkannya sistem pembelajaranpendidikan seperti di atas, proses pembelajaran di SMP Negeri 2 Jatiroto telah mendapat penilaian berhasil 85 dengan baik, walaupun menurut SMP Negeri 2 jatiroto sendiri masih jauh dari harapan.

3. Karakteristik dan kondisi latar belakang peserta didik di SMP Negeri 2

Jatiroto Partisipasi orang tuawali murid di SMP negeri 2 Jatiroto sangat dibutuhkan bagi sekolah dalam memberikan kontribusi positif baik berupa materi maupun pemikiran-pemikiran demi kemajuan sekolah. Namun hal tersebut sulit terealisasikan mengingat latar belakang peserta didik yang sebagian besar orang tuanya buruh rantau ataupun petani tradisional yang memiliki perhatian rendah terhadap pendidikan. Menurut penuturan JDS selaku guru yang telah lama menjadi tenaga pendidik di SMP Negeri 2 Jatiroto yang juga menjabat sebagai wakasek kesiswaan dalam setiap kesempatan rapat dengan wali murid, pihak sekolah selalu memanfaatkan kesempatan untuk mensosialisasikan program- program sekolah terutama dengan wali murid baru. Penuturan ini didukung oleh S selaku guru yang selalu memandu pertemuan dengan wali murid bahwa pada setiap pertemuan dengan wali murid pihak sekolah selalu memberikan materi maupun sosialisasi mengenai peraturan sekolah, tata tertip sekolah, disiplin dan kegiatan-kegiatan sekolah yang bertujuan untuk peningkatan prestasi peserta didik baik akademik maupun non akademik. Sebagaian besar orang tua siswa yang menjadi buruh perantauan demi menyambung hidup membuat orang tua harus meninggalkan anaknya. Jadi mau tidak mau anak hanya dititikan orang terdekat seperti nenek dan kakeknya, sehingga hal tersebut akan berpengaruh terhadap 86 pengawasan pola belajar dak aktifitas anak di rumah. Hal tersebut diutarakan oleh wakasek kurikulum SHM sebagai berikut: “Jadi kebanyakan ditinggal orang tuane, disini cuma sama mbahe kakeknenek, mbahe sendiri gag tau baca tulis. Jadi untuk pembelajaran dirumah itu kurang sekali. Makanya disini itu mendekati ujian nasional diadakan belajar kelompok malemnya, jadi bapak ibu guru malemnya mendatangi kelompok belajar itu, istilahny kalau disini itu home visit. Memantau, bersama dengan komitenya. ” Wawancara tanggal 03 Oktober 2014, pukul 10.03 WIB, di ruang guru SMP Negeri 2 Jatiroto Mengenai hal tersebut yang telah diutarakan SHM dalam wawancara seperti diatas, AMS selaku siswa kls IX mengemukakan sebagai berikut: “Orang tua semua merantau, pulangnya setahun dua kali. Tiap tahun baru sama lebaran. Dirumah tinggale sama kakek nenek. Tapi kalau simbah kakeknenek cuek. Nek malem ditinggal nonton tv aja. Enggak terkontrol belajarnya, pokoke pie awake dewe pokoknya tinggal bagaimana kita sendiri. ” Wawancara tanggal 15 Oktober 2014, pukul 10.04 WIB, di ruang tamu SMP Negeri 2 Jatiroto Selain latar belakang keluarga yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani dan buruh bangunan yang merantau, keadaan tingkat pendidikan orang tua siswa di SMP Negeri 2 Jatiroto juga tergolong sangat rendah bahkan ada yang orang tuanya tidak bersekolah. Sehingga akan berpengaruh terhadap pola pendidikan dan pola belajar siswa di rumah. Hal tersebut diutarakan oleh S selaku guru yang telah lama menjadi tenaga pendidik di sekolah ini menjelaskan sebagai berikut : “Sebenarnya kalau kita bicara tentang latar belakang anak itu, jauh, anak- anak kita itu latar belakangnya orang tuanya, wes wong ndeso sudah orang desa, wong bodo orang bodoh, orang tuanya juga banyak yang tidak sekolah, SD saja tidak lulus, banyak yang seperti itu, mereka taunya juga cuma bekerja, golek duit mencari uang, anake disangoni anaknya dikasih uang saku kan gitu, jadi kalau kita percayakan dirumah untuk didik anaknya itu tidak bisa. Jadi masukan kita, input yang masuk itu 87 jelek-jelek, input yang masuk itu dibawah rata-rata. ” Wawancara tanggal 02 Oktober 2014, pukul 09.21 WIB, di ruang guru SMP Negeri 2 Jatiroto Pada kenyataan yang terjadi di lapangan dan menurut hasil wawancara yang telah dilakukan kepada beberapa guru mengenai input yang masuk, bahwa input yang masuk ke SMP Negeri 2 Jatiroto ini sangat rendah, hal ini dikarenakan bahwa input yang masuk berasal dari SD yang berada di pedesaan dan memiliki kualitas output yang rendah pula. Hal ini terjadi pada setiap tahun ajaran baru. Dalam petikan wawancara terhadap guru S yang mengeluhkan tentang input yang masuk ke SMP Negeri 2 Jatiroto, sebagai berikut: “Jadi masukan kita, input yang masuk itu jelek-jelek, input yang masuk itu dibawah rata-rata, makanya kalau kita bandingkan dengan SMP 1 Wonogiri kok bagus itu kita ndak heran, mereka masuk dari orang pinter jadi orang pinter kan biasa, tapi kita dari barang rosokan jadi barang istimewa itu yang menjadikan kita bangga kan seperti itu. Jadi kita itu, anak diolah gitu lhoo, bagaimana input yang seperti itu kita olah jadi kita punya keyakinan bahwa proses itu lebih penting dari pada input saja. Minim sekali, sini itu input nyuwun sewu mohon maaf barang ra kanggo barang yang tidak ada gunanya, barang ndak terpakai lalu kita proses. Artinya barang bekas menjadi barang yang istimewa kan gitu. Kalau yang lain kan barang istimewa jadi istimewa, biasa. Kalau inputnya sini itu, masyaallah, ada yang gag bisa baca, matematikanya hancur, sini inputnya jauh dari yang kita harapkan. ” Wawancara tanggal 02 Oktober 2014, pukul 09.21 WIB, di ruang guru SMP negeri 2 Jatiroto Pendapat senada mengenai input yang masuk ke SMP Negeri 2 Jatiroto juga diutarakna oleh JDS sebagai guru yang sekaligus mengampu sebagai wakasek kesiswaan, sebagai berikut: “Input memang sangat jelek, ya kan disini itu input yang baik-baik keluar ke sekolah kota, jadi istilahe sini itu turahane sisanya kan gitu. ya itu, eneke gur ini. Kita gak bisa milih. Kalau yang kita dapat input sek elek, yo apapun harus kita olah. Neng kene, disinidi sekolah ini rak iso tidak biisa milih input, rak koyo tidak seperti SMP 1 Wonogiri , enek kui yo diolah. Pie carane ben prestasi tidak lepas dari 10 besar. Karena memang secara umum SMP N 2 Jatiroto itu 10 besar kui wes prestasi sek luar biasa. 88 Kalau diatas kita itu ada SMP N 1Wonogiri, SMP 2 Wonogiri, SMP 1 Purwantoro, SMP 1 Sidoharjo, SMP 1 Tirtomoyo, pokoknya SMP yang satu-satu. Jatisrono 1 kan input wes apik sek. Kita itu dari nol trus ndandani memperbaiki. ” Wawancara tanggal 03 Oktober 2014, pukul 08.56 WIB, di ruang guru SMP Negeri 2 Jatiroto Namun demikian hal tersebut tidak menjadi penghambat bagi pihak sekolah untuk selalu berusaha semaksimal mungikin untuk selalu memajukan prestasi peserta didik dengan program-program sekolah yang telah disusun.

a. Kondisi Fisik SMP Negeri 2 Jatiroto

Gedung SMP Negeri 2 Jatiroto dibangun di atas tanah seluas 15.100m 2 dengan ruangan yang terdiri ruang kelas, ruang guru, ruang kepala sekolah, ruang tata usaha, ruang kepala tata usaha, ruang bimbingan dan konseling, ruang laboratorium lab. Bahasa, lab. TIK, lab. IPA, perpustakaan, UKS, koperasi sekolah, ruang penjaga sekolahsatpam, dapur, WC, mushola dan sarana pendukung lainnya. Ruang kelas sebanyak 18 ruangan yang terdiri dari kelas VII yang terbagi menjadi kelas VIIA, VIIB, VIIC, VIID, VIIE, VIIF, kelas VIII terbagi menjadi VIIIA, VIIIB, VIIIC, VIIID, VIIIE, VIIIF dan kelas IX yang juga terbagi menjadi IXA, IXB, IXC, IXD, IXE, IXF. Ruang kelas di SMP Negeri 2 Jatiroto ini sudah dilengkapi dengan administrasi kelas yang dibutuhkan, tertata rapi dan kebersihannya selalu terjaga, sehingga secara umum sudah representatif untuk kegiatan pembelajaran. Kondisi ruangan maupun sarana dan prasarna sekolah disajikan dalam bentuk tabel terlampir. 89 Namun ada beberapa guru yang masih mengeluhkan bahwa untuk ruang kelas yang ada di SMP 2 Jatiroto ini belum sepenuhnya tercukupi karena belum adanya LCD di setiap ruang kelas. Untuk beberapa jenis mata pelajaran yang membutuhkan LCD untuk presentasi dan lain sebagainya, guru harus meminjam LCD dari ruang laboratorium dan dibawa ke kelas untuk proses pembelajaran. Seperti yang diutarakan oleh SHM bahwa SMP Negeri 2 Jatiroto ini hanya mempunyai 2 LCD yang bisa dibawa atau dipindah-pindahkan ke kelas atau ruangan yang membutuhkan, jadi tidak permanen ditempatkan disetiap ruang kelas. Hal senada juga diungapkan oleh JDS dalam wawancara sebagai berikut : “Kualitas dan kelengkapan sarana dan prasarana dilihat secara keseluruhan sudah bagus dan layak pakai begitu juga dengan pemanfaatannya. Tapi ya sek Masih terdapat beberapa alat yang memang secara jumlah masih kurang. ” Wawancara tanggal 03 Oktober 2014, pukul 08.56 WIB, di ruang guru SMP Negeri 2 Jatiroto Berdasarkan data dan hasil observasi yang dilakukan menunjukan bahwa sarana dan prasarana SMP Negeri 2 Jatiroto secara umum sudah cukup baik. Upaya untuk menciptakan agar warga sekolah merasa lebih nyaman dan merasa betah di sekolah, SMP Negeri 2 Jatiroto berusaha mewujudkan sekolah yang asri dengan penataan halaman sekolah. Di depan ruang belajar yang masih tersisa tanah selebar apapun, ditata tanaman hias yang ditata dan dikelola oleh peserta didik sendiri secara teratur melaui pembelajaran pendidikan lingkungan hidup. Semua penataan dan pengadaan serta pemeliharaan dilakukan dan dikelola oleh peserta didik dengan disiplin disertai pengwasan oleh guru. Ruang perpustakaan sebagai salah satu sumber belajar bagi siswa, terdapat koleksi buku yang cukup memadai. Di perpustakaan siswa dapat mencarai