Gambaran prestasi peserta didik dalam bidang non akademik di SMP N
158 P:
Kan sekarang per kelasnya sampai kelas F ya pak, itu setia kelasnya ada berapa siswa?
S: Itu per kelas ada 32 siswa rata-rata, untuk yang kelas VII ada 34 per
kelasnya. Jumalh totalnya ada 630. P:
Apakah ada pengelompokan kelas pak? Maksudnya yang pandai dan nilainya lebih dari rata-rata dikelompokkan gitu?
S: Ada, dan memang semacam itu ada untung dan ruginya juga
dikelompokkan seperti itu. Tapi setelah kita kelompokkan, ow.. yang kelas unggulan A, B, C, dan sebagainya ternyata bapak ibu guru banyak yang
mengeluh. Mengeluhnya mungkin kalau yang pas kelas itu, yang kurang, kan jadi terlalu sulit, ndak tidak ada respon positif dari anak. Jaadi kalau
misalnya campur yang nakal bisa diminilalisir olah anak yang tidak nakal. Misale dikumpulkan yang nakal-nakal semua susah nanti, gag ada yang
mempengaruhi, kan gitu. Jadi untuk sekarang yang VIIIA kita pilih, yang lain kita acak. Jadi kelas unggulan satu kelas. Terus yang kelas VIIIF
khusus yang non akademik terutama olah raga.
P: VIIIF non akademik?
S: Iyaa, artinya yang punya bakat olah raga dikumpulkan disitu, wali
kelasnya juga khusus mengampu olah raga. Kan kita juga berupaya meningkatkan prestasi yang VIIIA itu untuk akademik VIIIF untuk non
akademiknya khususnya yang olah raga. SMP 2 kan juga terkenal dengan olah raganya tadi. Tertutama basket dan atletik. Itu kan setiap even kita
selalu punya prestasi.
P: Kan saya fokusnya disitu pak, tentang prestasi akademik dan non
akademik dan yang akademiknya saya batasi di ekstrakurikulernya. S:
Iyaa.. jadi untuk meningkatkan prestasi akademik ya itu tadi, jadi ada kelas unggulan yang isinya anak-anak berbakat di akademik, dan satu kelas
untuk anak- anak tang berbakat di olah raga, untuk yang lain kita campur.
P : Kalau untuk daya serap siswa secara keseluruuhan di SMP ini bapak
melihatnya seperti apa pak? S :
Untuk daya serap 75, diatas 75 bagus. Kan ada batas miinimal KKM itu lho. Jadi itu juga tergantung kita. Apalagi kurikulum 2013 menuntut
anak untuk aktif. Untuk kelas IX itu luar biasa. Jadi apa yang mereka tangkap dari pembelajaran mereka coba jelaskan pada temennya. Jadi saya
tidak aktif menjelaskan dan lain sebagainya tapi anak yang aktif berbicara. Kita yang mengamati, dan diulang-ulang terus, gantian nanti semua anak.
Dan ternyata hal semacam itu lebih mudah meningkatkan kemampuan anak dalam menyerap materi, mereka menjadi aktif semua, setelah
diadakan evaluasi, hasilnya memuaskan, diatas rata-rata. Jadi kesulitannya cuma membuat metodenya tadi, kalau metodenya seperti ini terus, anak
159 jenuh nati. Nah itu kelemahan kita kan disitu. Jadi harus banyak-banyak
metode. Kalau dulu kan dikelas ceramah, mendengarkan, sekarang kan dituntut untuk anak yang aktif gitu lho..
P: Lalu kiat bapak untuk meningkatkan persaingan di kelas itu seperti apa?
Upaya atau cara bapak agar kelas, siswa dikelas itu selalu bersaing dalam prestasi?
S: Ya saya berikan apresiasi saja, baik dalam bentuk nilai, tepuk tangan, terus
apa namanya.. kita buat misalnya model, salah satu contoh penguatan model yang terbaik, ini lho temenmu yang baik, ini lho karakter yang baik
itu seperti ini. Jadi anak termotivasi, anak diberi penghargaan seperti itu kan luar biasa jadi termotivasi mereka. Kemudian kita jadikan model, jadi
anak tadi kita jadikan model. Lha seperti ini lho contohnya.
P: Kalau peserta didik itu ada gag pak kecenderungan misalnya suka dengan
salah satu pelajaran saja, trus yang lain gag suka, jadi kan anak kalau suka yang pelajaran yang mereka sukai termotivasi, tapi sebaliknya yang tidak
disukai malah anak cenderung males-malesan, itu bapak menyikapinya gimana?
S: Iyaa, tetep ada hal seperti itu. Anak tu masih kadang-kadang gitu. Jadi
sebagai seorang pendidik, kita harus pandai-pandai menjadikan anak itu bagaimana senang dulu. Ada kadang-kadang, saya suka pelajaran B dan
hasilnya baik, saya tidak suka pelajaran A dan ternyata hasilnya juga jelek. Jadi memang kesukaan anak terhadap pelajaran itu mempengaruhi prestasi
merekan juga. Kecuali anak-anak yang punya bakat karakter rajin belajar, kalau anak punya karakter rajin belajar saya kira walaupun pelajarannya
nggak suka tetep ada tuntutan harus mampu, kan gitu.
P: Biasane apa pak pelajaran yang gag disukai dan disukai rata-rata pak.?
S: Tergantung bapak ibu guru. Biasane seperti sejarah, itu mungkin cara
mengajarnya kalau sejarang yang cenderung monoton, sama matematika, yang hitungan-hitungan itu jadi kan mereka tidak enjoy gitu lho, kan
akhirnya juga mempengaruhi.
P: Tapi kalau keaktifan peserta didik itu mereta enggak pak?
S: Itu ya tetep kita tuntut, semua harus aktif, yang aktif kita nilai, kan
sekarang juga ada penilaian sikap, jadi sikap itu juga kita nilai salah satunya keaktifan itu.
P: Terus untuk siswa yang kurang akatif atau tidak aktif gimana nanti pak?
S: Yang gag aktif ya kita dorong, kalau kamu gag katif gag dapat nilai nanti.
Jadi semua harus dituntut, misalnya setiap anak harus membuat satu pertanyaan. Anak wajib bertanya.