Indikator Pembelajaran Petunjuk Kegiatan
nanti aku akan membawa keluarga dan teman-temanku ketaman indah yang penghuninya cantik, ramah, dan rendah hati ini.”
Cerita Ketiga
Saat itu anak – anak kelas III SD Cempaka Putih baru pulang dari sekolah, begitu juga
dengan Tina. Tina menunggu ayahnya di depan pintu gerbang sekolah. Ia mengamati lalu lintas yang
sangat padat. Mobil pribadi, bis, truk, motor, dan becak berbaur menjadi satu saling berkejaran dan mendahului, seakan
– akan takut tidak mendapat bagian. Tiba-tiba
....., ”Brak.........aduh ” Terdengar suara dua benda saling berbenturan dan diiringi dengan jeritan ngeri dari orang
– orang disekitarnya. Tina terkejut, ternyata terjadi kecelakaan lalu lintas. Tanpa pikir panjang Tina segera menuju telepon umum untuk menghubungi polisi.
Sekembalinya da ri telepon umum, ayahnya telah berada di dekatnya. ” Ada apa , Tina,
wajahmu pucat sekali ?” tanya ayahnya. ” Saya melihat kecelakaan, Yah,” jawab Tina dengan terbata – bata.
” Bagaimana korbannya ? Apakah kamu sudah menghubungi polisi ?”tanya ayahnya. ” Sudah, Yah Korbannya luka parah,”jawabnya.
” Ayo kita antar ke rumah sakit ” ” Tapi ...., Yah Bagaimana dengan Pak Polisi. Dia kan perlu menanyai korban ?” kata Tina.
” Tina ......., nyawa lebih berharga dari apa pun. Kita selamatkan korban kecelakaan itu.
Urusan Pak Polisi nanti saja. Apa kamu mau kalau korbannya meninggal karena tidak cepat mendapat pertolongan ? Apa juga kamu tidak merasa bersalah jika hal itu terjadi ?” tandas
ayahnya. Tina dan ayahnya segera membawa korban kecelakaan itu ke rumah sakit dengan mobil
mereka. Sesampainya di rumah sakit, ayah Tina menyerahkan korban kepada perawat dan dokter jaga di rumah sakit itu. Dokter pun segera menanganinya. Tak beberapa lama kemudian, dokter
menghampiri ayah T ina. ” Untung Bapak segera membawa korban kesini. Terlambat lima menit
saja, nyawanya mungkin tidak akan tertolong ” jelas dokter itu.
Mendengar ucapan dokter itu, Tina tertegun. ” Untung aku menuruti nasihat ayah. Jika tidak, aku akan menyesal seumur hi
dupku ” kata Tina dalam hati. Setelah urusan selesai, Tina dan ayahnya pun pulang.
Cerita keempat
Seekor kelinci mengejek seekor kura-kura karena bergerak terlalu lambat. Pernahkah kamu tiba di tujuanmu? kata sang Kelinci sambil tertawa.
Ya, jawab sang Kura-kura, dan Saya selalu tiba lebih cepat dari yang pernah kamu bayangkan. Mari kita berlomba dan membuktikan siapa yang lebih cepat.
Kelinci tersebut merasa lucu sekaligus senang dengan perlombaan lari yang diajukan oleh sang Kura-kura, dan Ia pun menyetujui perlombaan lari itu. Untuk itu ditunjuklah seekor Rubah yang
diangkat menjadi wasit. Saat perlombaan dimulai, sang Kelinci berlari dengan cepatnya hingga hampir tidak terlihat lagi,
dan untuk membuat sang Kura-kura merasa lebih bodoh karena memberikan tantangan lomba melawan sang Kelinci, di pertengahan jalan, sang Kelinci pun berbaring dan tidur.
Sementara itu sang Kura-kura tetap berjalan perlahan, sedikit demi sedikit, dan melewati tempat di mana sang Kelinci tidur. Saat sang Kura-kura mendekati garis finish, sang Kelinci terbangun
dan berlari sekencang-kencangnya untuk mencapai garis finish. Tetapi apa daya, walaupun sang Kelinci berlari sekuat tenaga, Ia tidak dapat mengalahkan sang Kura-kura yang telah mencapai
finish terlebih dahulu.