Definisi Kompensasi Insentif Kompensasi Insentif Material

tinggi. Sebaliknya, tekanan kelompok muncul jika mereka dikucilkan seandainya mereka berhasil mencapai hasil maksimal. Ketakutan karyawan bahwa mereka akan menjadi bahan gunjingan yang tidak menyenangkan.

8. Dampak Pemberian Kompensasi Insentif Material

Menurut Garbers dan Konradt 2013 pemberian kompensasi insentif material dapat memotivasi karyawan untuk meningkatkan kinerja serta bekerjasama dalam kelompoknya. Pemberian kompensasi insentif material merangsang minat karyawan untuk bekerja sehingga dapat bekerja dengan optimal Fitriana, 2013. Hal serupa dikemukakan Milkovich dan Newman 1999 yang menyatakan bahwa pemberian kompensasi insentif material dapat meningkatkan kinerja, partisipasi karyawan, serta antusiasme untuk bekerjasama. Karyawan akan merasa antusias dan mau berusaha keras Pigors dan Myers, 1973. Pemberian kompensasi insentif material dapat meningkatkan kualitas kerja pada masing-masing karyawan Suwatno dan Priansa, 2013. Hal tersebut berhubungan dengan meningkatnya kompetisi di antara karyawan Ude dan Coker, 2012. Pemberian kompensasi insentif material secara tidak langsung akan menguntungkan perusahaan. Kinerja karyawan yang meningkat akan membuat karyawan berusaha langsung dalam mencapai tujuan bersama Ude dan Coker, 2012. Menurut Milkovich dan Newman 1999 pemberian kompensasi insentif material dapat meningkatkan kinerja karyawan sehingga dapat meminimalisir pengeluaran dari perusahaan. Pemberian kompensasi insentif material juga dapat memberikan dampak negatif. Menurut Sirait 2006 pemberian kompensasi insentif material dapat menimbulkan ketidakadilan yang dirasakan karyawan ketika uang yang diterima tidak sesuai dengan hasil yang karyawan kerjakan. Dampak negatif lain yang mungkin muncul adalah karyawan dapat mengesampingkan kualitas dari hasil pekerjaan yang dilakukannya.

B. Semangat Kerja

1. Definisi Semangat Kerja

Semangat kerja adalah sikap individu di dalam suatu kelompok Maier, 1964. Semangat kerja merupakan sikap-sikap karyawan baik terhadap organisasi maupun terhadap faktor-faktor pekerjaan seperti atasan, rekan sekerja, dan rangsangan keuangan Kossen, 1986. Hal serupa dikemukanan oleh Siegel 1962 yang menyatakan bahwa semangat kerja adalah kombinasi sikap-sikap karyawan terhadap pekerjaan, perusahaan, dan atasan. Menurut Davis 1967, semangat kerja adalah sikap individu dan kelompok terhadap lingkungan kerjanya dan mengarah pada kerjasama secara sukarela sesuai minat dan kemampuan karyawan di dalam organisasi. Semangat kerja adalah kondisi mental atau sikap individu dan