Uji Linearitas Uji Asumsi Penelitian

61 Berdasarkan hasil uji hipotesis pada tabel 17, dapat dilihat bahwa dimensi neuroticism dan OCB memperoleh koefisien korelasi r sebesar -0,392 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 p0,05. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang negatif, rendah, dan signifikan antara dimensi neuroticism dan OCB. Dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima. Tabel 18. Hasil Uji Korelasi dimensi Extraversion dan OCB Correlations Extraversion OCB Spearmans rho Extraversion Correlation Coefficient 1.000 .295 Sig. 1-tailed . .000 N 206 206 OCB Correlation Coefficient .295 1.000 Sig. 1-tailed .000 . N 206 206 . Correlation is significant at the 0.01 level 1-tailed. Dimensi extraversion dan OCB diperoleh koefisien korelasi r sebesar 0,295 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 p 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif, rendah, dan signifikan antara dimensi extraversion dan OCB. Dengan demikian hipotesis yang diajukan oleh peneliti diterima. 62 Tabel 19. Hasil Uji Korelasi dimensi Openness to Experience dan OCB Correlations Openness to Experience OCB Spearmans rho Openness to Experience Correlation Coefficient 1.000 .277 Sig. 1-tailed . .000 N 206 206 OCB Correlation Coefficient .277 1.000 Sig. 1-tailed .000 . N 206 206 . Correlation is significant at the 0.01 level 1-tailed. Dimensi openness to experience dan OCB diperoleh koefisien korelasi r sebesar 0,277 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 p0,05. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif, rendah, dan signifikan antara dimensi openness to experience dan OCB. Dengan demikian hipotesis yang diajukan oleh peneliti diterima. Tabel 20. Hasil Uji Korelasi antara dimensi Agreeableness dan OCB Correlations Agreeableness OCB Spearmans rho Agreeableness Correlation Coefficient 1.000 .499 Sig. 1-tailed . .000 N 206 206 OCB Correlation Coefficient .499 1.000 Sig. 1-tailed .000 . N 206 206 . Correlation is significant at the 0.01 level 1- tailed. 63 Dimensi agreeableness dan OCB diperoleh koefisien korelasi r sebesar 0,499 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 p0,05. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif, sedang, dan signifikan antara dimensi agreeableness dan OCB. Dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima. Tabel 21. Hasil Uji Korelasi antara dimensi Conscientiousness dan OCB Correlations Conscientious ness OCB Spearmans rho Conscientiousness Correlation Coefficient 1.000 .456 Sig. 1-tailed . .000 N 206 206 OCB Correlation Coefficient .456 1.000 Sig. 1-tailed .000 . N 206 206 . Correlation is significant at the 0.01 level 1-tailed. Dimensi conscientiousness dan OCB diperoleh koefisien korelasi r sebesar 0,456 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 p0,05. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif, sedang, dan signifikan antara dimensi conscientiousness dan OCB. Dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima. 64

E. Pembahasan

Berdasarkan pengujian hipotesis yang telah dilakukan diketahui bahwa terdapat hubungan yang negatif, sedang, dan signifikan antara dimensi neuroticism dengan OCB yakni r=-0,392 dan p=0,000. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi neuroticism, maka semakin rendah OCB pada karyawan dan semakin rendah neuroticism maka semakin tinggi OCB pada karyawan. Artinya, hipotesis penelitian diterima. Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan Singh dan Singh 2009 yang mengatakan bahwa karyawan dengan neuroticism tinggi cenderung memiliki rasa cemas sehingga hubungan antar karyawan dapat terjalin kurang baik. Keadaan ini dapat membuat karyawan tidak dapat menyelesaikan pekerjaan dengan tuntas sebagai bentuk tanggung jawab pada perusahaan Ingarianti, 2008. Sedangkan karyawan dengan neuroticism rendah cenderung tenang dan memiliki kestabilan emosi DeRaad dan Perugini, 2002. Hal ini memungkinkan karyawan menahan diri untuk tidak mudah mengeluh pada situasi yang dianggap kurang nyaman dan mampu bertoleransi terhadap keadaan tersebut bahkan bersedia berkorban bagi kepentingan karyawan lain maupun perusahaan Purba dan Seniati, 2004. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif, rendah, dan signifikan antara dimensi extraversion dengan OCB yakni r=0,295 dan p=0,000. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi extraversion, maka semakin tinggi OCB pada karyawan dan semakin rendah extraversion maka semakin rendah OCB pada karyawan. Artinya, hipotesis 65 penelitian diterima. Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan DeRaad dan Perugini 2002 bahwa karyawan dengan extraversion tinggi cenderung berjiwa sosial dan senang untuk bersama orang lain. Hal ini memungkinkan hubungan antar karyawan berjalan baik dan membuka kesempatan bagi karyawan untuk memberikan bantuan secara sukarela kepada karyawan yang lain Organ et al., 2006. Selain itu, memungkinkan karyawan memiliki kepedulian pada karyawan lain maupun kelangsungan hidup perusahaan Wikantari, 2014. Sedangkan karyawan dengan extraversion rendah cenderung senang bekerja sendiri dan minat kurang untuk berelasi dengan karyawan lain. Hal ini memungkinkan karyawan tidak berkeinginan untuk menawarkan bantuan kepada karyawan lain King et al., 2005. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif, rendah, dan signifikan antara dimensi openness to experience dengan OCB yakni r= 0,277 dan p=0,000. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi openness to experience, maka semakin tinggi OCB pada karyawan dan semakin rendah openness to experience maka semakin rendah OCB pada karyawan. Artinya, hipotesis penelitian diterima. Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan DeRaad dan Perugini 2002 bahwa karyawan dengan openness to experience tinggi cenderung memiliki ide yang kreatif dan tidak tertutup pada hal-hal yang baru. Hal ini membuat karyawan memiliki minat dan usaha untuk melakukan hal yang melebihi harapan perusahaan Ahmadizabeh et al., 20013. Sebaliknya, karyawan dengan openness to experience rendah cenderung tidak memiliki ketertarikan pada hal baru