Pengantar Transkripsi Dongeng Orong Agu Kode DONGENG ORONG AGU KODE Bangau dan Monyet
Di’a Mori go
Terjemahan
Puji Tuhan semua buluku tumbuh kembali Tuhan maha baik
Puji Tuhan semua buluku tumbuh kembali Tuhan maha baik
Ketika sedang terbang, ia melihat ke bawah ada pisang masak satu tandan. Setelah petik pisangnya, ia pun pulang sambil membawa pisang. Saat ia
sedang bertengger di atas pohon sambil memakan pisangnya, tiba-tiba kulit pisangnya jatuh dan dilihat sama Kode. Kode pun memakan kulit pisang itu dan
rasanya sangat enak. “Oe kela Orong. Berikan saya sebagian dari buah itu”
Orong berkata, “Maaf kela. Buahnya sudah habis. Kalau kela ingin buah ini, di pulau Dima banyak pisang masak. Baiklah, kalian semua berkumpul untuk
pergi ke pulau Dima. Saya yang akan membuat perahunya”. “Baiklah kela. Nanti saya kumpulkan semua keluarga besar monyet.
Benaran di sana ada banyak pisang masak, kela?” “Banyak pisang masak kela. Jangan tanya lagi kela terlalu banyak”,
jawab Orong. Ada satu monyet yang sedang bunting tidak ingin pergi. Ternyata
sebelumnya ia bermimpi bahwa perkataan Orong hanyalah niat jahatnya terhadap para monyet.
Beberapa hari kemudian, semua monyet naik ke perahu yang dibuat oleh Orong. Mereka tidak tahu kalau perahu itu hanya terbuat dari satu kayu dan
didominasi oleh tanah. Monyet bunting pun bernyanyi, Oe watu Kode, adon
g par de Orong leko pande da’at ite Towel sopel copel mose, Kole ko watu Kode
Terjemahan
Hai para monyet, Bangau hanya berbohong pada kalian untuk melakukan kejahatan
Pulanglah hai para monyet
“Dengarkanlah, mengapa ia bertanya seperti itu?” tanya Kode. “Jangan dengar monyet bunting itu bernyanyi Ayo jalan Kalian tidak ingin
makan pisang masak?” teriak Orong. Monyet bunting bernyanyi lagi,
Oe watu Kode, adong par de Orong leko pande da’at ite
Towel sopel copel mose, Kole ko watu Kode
Terjemahan
Hai para monyet, Bangau hanya berbohong pada kalian untuk melakukan kejahatan
Pulanglah hai para monyet
“Dengarkanlah Mengapa ia bernyayi seperti itu?” tanya Kode lagi. Tetapi Tetua para monyet berkata, “Jangan dengar monyet bunting itu benyanyi
kita tetap lanjutkan perjalanan. Apakah kalian tidak ingin menikmati pisang
masak?” Monyet bunting itu bernyanyi sampai tiga kali tetapi para monyet tidak menghiraukannya.
Sesampainya mereka di tengah laut, Orong melihat perahunya mulai retak. Orong pun berkata, “Kela, saya berangkat lebih dulu ya”. Orong langsung
menendang perahu itu sampai hancur. Semua monyet mati tenggelam. Orong berkata lagi, “Dulu kamu mencabuti semua bulu saya, itulah akibatnya. Kamu
harus rasakan sengsaranya sama seperti yang saya rasakan. Perbuatan jahat akan dibalas dengan kejahatan. Perbuatan baik akan dibalas dengan kebaikan”. Semua
monyet mati kecuali monyet bunting tetap hidup. Itulah mengapa monyet masih ada sampai sekarang.
Kolofon: Penutur Bpk. Adrianus Hamut, 57 tahun, Pengawas TKSD.
Direkam pada tanggal 7 Januari 2014 oleh Metildis Ruth Sahu, 21 tahun dan Gregorius A. Sahu, 25 tahun
Catatan: Orong artinya Bangau.
Kode artinya Monyet atau kera. Mbahong ialah ulat pohon yang dapat dimakan baik oleh binatang maupun
manusia. Kela artinya saudara, teman. Kela merupakan sapaan antar pria. Sapaan ini hanya
khusus untuk para pria saja. Ite artinya anda. Ite merupakan sapaan terhadap orang yang lebih tua atau pun
yang sebaya. Sapaan ini bisa digunakan oleh pria maupun wanita.
Teks B Teks Bahasa Manggarai
Bantang wetok Mbahong, cako dapat. Nggo’no Orong, “kumpul hemi ra olo-
olo”. Kole gra, mbahong ini kan enak. Minak na. Mai Kode hang ewo ra, mo ket one isung ca. Laing ca mo one isung ca na, oe menangis. Retang Kode ho’o,
co’o cara te tau pande peang na. Cai ata angance pande peang? Benta Kaba toe ngance, toe mek peang. Benta Bembe toe ngance te pande peang e. Benta taung
binatang toe manga ata te ngance pande peang. Nggo’o no Orong ga, “coe eme peang e? Aku ngance, co’o eme peang e?” Nggo’o jaong de Kode, “eme peang e
bajar laku ding”. Mai Orong ga detuk ket le Orong ga nggaru le wa tuka e Mbahong ho’o. Laing wa tuka e ga nggo’o de Kode, “nia rebaong ra?” Nggo’ne
Orong, “hae wa tuka e rebaong gra”. “Kurang ajar, co’o tara nggitu pande ho’o ra”, jaong de Kode. Holes de Kode duti taung ket wulu de Orong. Toe ngance
lelap Orong ho’o. Laing toe ngance lelap ga lonto one watu Orong ho’o ga. Nggo’e rindo de Orong “Par cenung lau hau o leso. Todo taung wulun wulu
gaku”. Setiap pagi ia benyanyi seperti itu. Lama-lama todo kole wulu de Orong ho’o ko. Sekarang Orong mau balas lagi datangi ise Kode. “Oe ta peang ho’o ra,
manga wua haju peang ho’o ra”, jaong de Orong. “Apa ngasang wua haju hitu?” Ri de Kode
“Wua Kenanek. Minak.” “Co’o caran ga?” Ri kole de Kode
“Ae pande perahu. Pande perahu ra.” Wale de Orong “Eng ga pande perahu.”
Sung tana te pande perahu ho’o. Benta taung kode, rekang mo hang wua haju lau pulau Komodo. Manga ca Kode Berat. Nggo’o jaong de Kode Berat,
“Aku ra toe mo. Tipu de Orong” jaong na. “Hae co’e tar toe mo ra? Mo taung ket ite” jaong de Kode. Akhirnya jalan. Lako mo per peang ise. Pelan-pelan lako dise.
Cai one reha tacik de Orong ga, wengga bike taung ket lia sampang sampe habis. Mata cikot-
cikot kode so’o baru tau rasa. “Sekarang balas dendam, hau duti wulu gaku danong mata cikot hemi” jaong de Orong. Mai Kode Berat, “Itep to, itu
loeng jaong gaku mata hemi itu ga. Toe leng jiri hang wua haju jaong de Orong hitu ga kamu sudah mati”.
Teks Bahasa Indonesia
Pada suatu hari Orong dan Kode berencana mencari mbahong bersama di hutan. Orong berkata, “kumpulkan semua mbahong yang didapat” Setelah
mereka mengumpulkan semua mbahong yang didapat mereka pun pulang. Mbahong rasanya sangat enak. Si Kode pun memakan sebagian mbahongnya.
Saat ia sedang memakan mbahongnya , tiba-tiba salah satu mbahongnya melompat masuk ke dalam hidungnya. Kode pun menangis kesakitan. Ia
menangis tanpa henti. Ia mencari cara mengeluarkannya. Tapi siapa yang dapat mengeluarkannya?
Ia memanggil
Kerbau tapi
Kerbau tidak
dapat mengeluarkannya. Ia juga memanggil Kambing. Kambing juga tidak dapat
mengeluarkannya. Ia meminta bantuan semua binatang tetapi tidak ada satu pun yang dapat mengeluarkan mbahong dari hidungnya.
Tiba-tiba Orong menghampirinya dan ber tanya, “Bagaimana kalau
mbahong itu dapat dikeluarkan? Saya bisa mengeluarkannya, tetapi bagaimana kalau saya dapat mengeluarkannya?” Kode menjawab sambil berpikir,
“Bagaimana kalau kamu dapat mengeluarkannya? Aku akan membayar kamu jika kamu dapat mengeluarkannya.” Orong pun menyetujui yang dikatakan Kode.
Si Orong dengan menggunakan paruhnya yang panjang mengeluarkan mbahong itu dari hidung si Kode. Ketika mbahong itu ada di paruhnya ia
langsung menelannya. Kode pun merasa lega. Kemudian ia bertanya pada Orong, “mana mbahongnya?” Orong pun menjawab, “saya sudah memakannya. Sudah
dalam perut saya”. “Kurang ajar Kenapa kamu memakannya?” kata Kode. Si
Kode sangat marah. Ia menangkap si Orong dan mencabuti semua bulunya. Orong pun tidak dapat terbang lagi. Ia juga tidak memiliki bilu. Karena ia tidak dapat
terbang lagi, ia pun duduk di sebuah batu sambil bernyanyi, Par cenung hau o leso
Terbitlah matahari Todo taung wulu gaku
tumbuhkan semua bulu saya
Setiap pagi ia bernyayi seperti itu. Akhirnya bulu-bulunya pun tumbuh kembali. Orong pun berniat untuk membalas dendan terhadap Kode. Suatu hari ia
bertemu Kode. “Hai Kode, ayo kita pergi ke pulau seberang. Di sana ada buah yang
sangat enak”, Kata Orong. “Apa nama buah itu?” Tanya Kode.
”Buah kenanek. Buahnya sangat enak.” “Bagaimana caranya untuk pergi ke sana?” tanya Kode lagi.
“Dengan perahu. Kita akan membuat perahu”. “Baiklah, kita akan membuat perahu”. Kode pun menyetujuinya.
Kode memanggil semua teman-temannya sesama monyet untuk membuat perahu. Perjalanannya seperti pergi ke pulau Komodo. Mereka membuat perahu
dari tanah. Tetapi ada satu monyet yang sedang bunting dan berkata, “saya tidak akan ikut ke pulau. Orong membohongi kita”. “Kenapa tidak ikut? Pokoknya kita
semua harus pergi”, kata Kode. Monyet yang sedang bunting tetap tidak ingin
pergi. Semua monyet pun berangkat kecuali monyet yang sedang bunting. Mereka mendayung perahu pelan-pelan. Tibalah mereka di tengah laut, Orong menendang
perahu itu sampai hancur. Semua monyet termasuk si Kode mati tenggelam. “Sekarang pembalasan dendam. Dulu kamu mencabut semua bulu saya,
balasannya sekarang kamu mati”, kata Orong. Monyet yang sedang bunting pun berkata, “rasain kalian, tadi saya sudah peringatkan. Akhirnya kalian tidak jadi
memetik buah yang dikatakan Orong, kalian malah mati”.
Kolofon: Penutur Bpk. Ngampu Mikael, 60 tahun, guru.
Direkam pada tanggal 11 Januari 2014 oleh Metildis Ruth Sahu, 21 tahun dan Gregorius A. Sahu, 25 tahun
Catatan: Buah kenanek merupakan anggur hutan yang biasa disebut masyarakat
Manggarai buah kenanek. Buah ini rasanya sangat manis.
Teks C Teks Bahasa Manggarai
Manga ca nengeng gaku go. Nengeng so’o ga ise kode. Kode mo mbetok mbahong. Puli hitu ga cumang mbahong ga. Laing ce cumang mbahong hitu ga
nggo kole jaong de kode ho, “asa hau mbahong, mo one mu’u ko mo one isung?” Hamas ket e mbahong ho’o mo one isu eta. Akhirnya mai hia rowek one isung
ho’o toe ngance te peang e mbahong ho’o bekabur eta. Akhir ko ya toe manga sehat pikir hia, ita lia ga lelap e orong ho’o.
“O kela aku ra, mbahong mo one isung eta na? Ce na pande toe ngance.. elo mata aku gra.” Jaong de Kode.
“E ra. Co’o eme ngance ding?” tu jaong de Orong. Jaong de Kode, “eme ngance ding, mai one ite ket ding ga”.
“Nggitun ga”, no kela Orong”. Mai Orong ho’o ko, rusuk le Orong ho’o ga one isung eta na, langsung hang ne ko. Ulek ne ko. Laing ca hitu ga, di’a
nuing de apa ho’o ko de Kode ho’o. “Nia apa hitu ra mbahong hitu? Itu ri de Kode.
“Wa ga. Puli jaong le hau rebaong go. Wan ro ko”, Wale de Orong. “Itu gegaen hau ho, co’o toe manga e kole”, ruak de Kode.
Akhirnya remet wulu de Orong ho’o le Kode. Rewut taung wulu na. Akhir ko toe manga wulu de Orong ho’o. Laing ca hitu ya o sedih de Orong ho’o. Itu mo
roang one lewo haju. Itu rindo’n ga. Par cunung lau hau O leso
Todo cempulun wulu gaku todo taung Par cunung le hau O leso
Todo cempulun wulu gaku todo taung
Akhirnya ngance hia te lelap ga. Itu hia lako hia ga pua wua haju. Janggang iwo ra hang
curik. Kode so’o ga ya kaeng one wae dama wae kawe kuse. Sengaja le orong ho’o oke reha ise wua kenanek ho’o. Akhirnya ita le Kode.
“Ae apa ho’o ra? Ri de Kode. “Wua kenanek ra.” Wale de Orong. Mai ise ga hang. Mince no. Lelo eta ise
ga lelap de Orong. “O Kela” Benta de Kode
“O...” wale de Orong “Nia Puuna haju ho’o ra?” ri de Kode.
“lau pulau ra.” “Co’o neng hami go ra te mo ita lau. Te manga na buah hitu hang hami.”
Jaong de Kode “Bo ngance ra, kela ya sung sampang mo peang na taung ite. Asa ra setuju
taung le hemi?” “setuju taung dang. Ndelek eme nggitu e” wale taung ise Kode.
“Ya ga. Kawe taung tana lodo te sung sampang” Pande lise sung sampang ho’o. Akhir ga ya, puli sampang ho’o. Itu titi lise
one mai taung. Manga ca Kode berat ho’o toe guri te mo. Laing ca hitu ga, Kode berat ho’o toe guri te mo. Taung na Kode iwo one mai taung. Titi lako ga jadi ya
mai rindo de apa ho’o de Orong ga. Weda wangka tana lenteng bo tana lodo
SERMELA Weda Wangka lenteng bo tana lodo
SERMELA Laing ca hitu ga weda le Oron
g ho’o ra, wa mai taung. Akhir ga taung ise Kode so’o mata taung. Jadi nggitu kisa de ise Kode, tinggal Kode berat ho’o ga.
Teks Bahasa Indonesia
Pada suatu hari Kode pergi mencari mbahong untuk dimakan. Kemudian Ia menemukan mbahong tersebut. Setelah ia mendapat mbahong, ia malah bertanya
pada mbahong itu, “bagaimana menurut kamu, mbahong? Lewat mulut atau
hidung?” Mbahong itu bergerak masuk ke dalam hidung Kode. Kode menggaruk- garuk hidungnya untuk mengeluarkan mbahong itu. Si Kode pun merasa
kesakitan. Tiba-tiba ia melihat Orong yang sedang terbang. Si Kode pun memanggil Orong.
“Hai kela. Mbahong masuk ke dalam hidung saya. Bagaimana cara mengeluarkannya? Lama-
lama saya bisa mati”, kata Kode. “Baiklah. Bagaimana kalau saya dapat mengeluarkannya?” tanya Orong.
“Jika kamu bisa terserah kela mau buat apa dengan mbahongnya?” “Baiklah”.
Si Orong menggunakan paruhnya yang panjang masuk ke dalam hidung Kode dan mengambil mbahong itu dan langsung memakannya. Kode pun merasa
baikan. “Mana mbahongnya?” tanya Kode.
Orong menjawab, “saya sudah menelannya. Kamu kan tadi bilang terserah saya”.
“Beraninya kau memakannya. Kenapa sekarang mbahong itu tidak ada?” Kode sangat marah. Saking marahnya ia mencabuti semua bulu Orong
sampai habis. Orong pun tidak memiliki bulu. Ia sangat sedih. Ia menangis di bawah pohon sambil bernyanyi.
Par cenung hau o leso Todo cempulun wulu gaku todo taung
Par cenung hau o leso Todo cempulun wulu gaku todo taung
Terjemahan
terbitlah matahari tumbuhkan sepuluh bulu saya tumbuh semua
terbitlah matahari tumbuhkan sepuluh bulu saya tumbuh semua
Akhirnya Orong pun bisa terbang. Kemudian ia memetik buah di sebuah pohon. Sebagiannya ia makan sebagiannya ia bawa pulang. Monyet-monyet
sedang mencari katak di pinggir sungai. Dengan sengaja orong menjatuhkan buah kenanek. Si Kode melihat buah itu dan bertanya.
“Buah apa ini?” “Buah kenanek”, jawab si Orong.
Mereka pun mencicipi buah itu. Dan rasanya sangat manis. Mereka melihat Orong sedang terbang.
“Hai kela” Kode memanggil Orong. “Iya..”, jawab Oronh.
“Dimana letak pohon buah kenanek ini?” ”Di pulau seberang”, jawab Orong.
“Bagaimana caranya kami bisa ke sana? Kami ingin sekali memakan buah itu”, tanya Kode.
“Bisa sih bisa, kela. Buatlah perahu agar kalian semua bisa ke sana. Tetapi apakah semuanya setuju?” Semua monyet menyetujui.
“Semuanya setuju”, semua monyet menjawab. “Baiklah. Carilah tanah lodo untuk membuat perahu.”
Para monyetlah yang membuat perahunya. Setelah selesai membuatnya, mereka pun berangkat dan menaiki perahu yang telah jadi. Tetapi ada satu monyet
yang sedang bunting tidak ingin pergi. Semua monyet termasuk si Kode sudah masuk dalam perahu dan siap berangkat. Dalam perjalanan mereka, si Orong
menyanyikan sebuah lagu. Weda wangka tana lenteng bo tana lodo
SERMELA Weda wangka lenteng bo tana lodo
SERMELA
Terjemahan
Tendang perahu tanah terapung tanah lodo MERDEKA
Tendang perahu tanah terapung tanah lodo MERDEKA
Setelah ia menyanyi, Orong langsung menendang perahunya. Semua monyet termasuk si Kode tenggelam. Akhirnya semua monyet mati kecuali
monyet bunting tetap hidup.
Kolofon: Penutur Bpk. Paulus Meso, 69 tahun, petani.
Direkam pada tanggal 13 Januari 2014 oleh Metildis Ruth Sahu, 21 tahun dan Yohanes E. Sahu, 16 tahun.
Catatan: Tanah lodo merupakan tanah sisa kotoran cacing dan berbentuk bulat-bulat kecil.
Akan cepat hancur jika terkana air.
Teks D Teks Bahasa Manggarai
Nggo’o jaong de Raja ga, “Hemi ra mo kawe mbahong”. Mbahong jaong danong du. “Paka cumang e”. “Co’o toe manga cumang e ra? Jaong de Kode”.
Raja,”Sangge cumang e ra. Laing ca mo dise du ga ca ge cumang. Laing ca cumang ga, olo ket le Kode kole nggo’o jaong na, “Pale mu’u ko pale isung laku
hang ding mbahong ho?” Toe ngetuk mek mbahong ho’o. Laing ca ya sua mu’un ga, pale mu’u ko pale isung laku hang mbahong ho’o ding ga? Nggtuk ket le
mbahong nda one mai isung diha eta na. Laing mo one eta isung dui etan ko, hamas cae eta ngarek na. Nduhing liha gro ya hamar-hamar, nggoe gra benta
Orong ite ho ga ai dia ta na’a one galang hang na toe na’a one piring e ne one galang di’a nggetuk e ne. “E ra benta hia”.
“O kela, mai gra kela” Jaong de Kode “Co’o ra kela” Ri de Orong
“Mbetok mbahong rebaong hami ra kela. Mo ket eta isung e eta nda. Nggo kela ga, ite ket ata pande peang nda,
kela.” Jaong de Kode “E ra. Apa ker nding nda co’o eme ngance laku” Ri de Orong
“Eme angace lite kong hang lite” “Tu’u ket toe”
“Tu’u ra kela”. Laing ca bae ket mu’u de Orong go lewe na, mon dui eta na ngance e ko.
Langsung ulek, ruak hitu dise go. “Nia apa hitu rebaong ra kela?” Ri de Kode
“Hae wan ko. Wa tuka laku” Wale de Orong “Ha itu gem hau, ta pande peang jaong rebaong. Toe manga perjanjian
hitu.” Ruak de Kode. “Hae toe ra jaong gemi pata hang.” Wale de Orong
Ae rewut taung wulu situ le Kode, taung nang wulu iko-iko peang taung kodong toe ngace te lelap e ko de. Nggo dia ga, toe daya aku ge. Toe ra manga
jaong de ata tua, nggoe ket sembayang ket. Itu e jaong. E par sili mai todo taung wulu gaku
Todo ca
E par lau mai todo suan wulu gaku Todo sua
E par ce mai todo telun wulu gaku E par sili mai todo taung wulu gaku
Todo taung wulu so’o ga nggo’o dia ga, “de mosek gro manga taung daya te mo kawe hang aku ding ga”. Laing ca hitu ga, mesa hia hitu ge pisa wulan e. Tu
mesa mo lau pulau Dima ndun ga. Kole hitu lau mai ga tu tenteng wua kenanek so’o ga ca tundung si ra. Laing ca tenteng hitu hia ga ise dama wae one ngalor
deko ise kuse. Deko ise kuse hitu ga pau ket le Orong eta lobo haju wua kenanek. “Hae wua kenanek ra” hitu de anak de Kode
“Hae nia mai nda?” Ri de Kode “ai ken da”. Tu jaong de anak na. Jongang eta is lonto na Orong ho’o.
“Nia mai dite tu ra?” Ri de Kode “Mai le Dima mai ra. Lau Dima ket do wua kenanek do ket manga lau hitu.
Hitu ite o ra eme ngguri gemi go ta mo ngger lau taung na dau mo lau Dima.” Wale do Orong.
“Nggitu ket gra, ha e ra. Nggo’o ka gro apa e te wa tu gro.” Ri de Kode. “Sung wangka pe ra pande wangka”.
Pande wangka hitu ga sung tana lodo. Jadi e tana lodo ho’o lise ga itu mo. Toe lang cae sale Dima gra lau reha tacik e ko nditu taung pau dise gra bo Orong
ko cae lau nge ae lebe hia go. Dise ra kole nditu si e itu manga na rindo ca Weda Wangka Bok Tana Lodo. Itu rindo sangge.
Weda wangka tana lenteng bo tana lodo SERMELA
Weda Wangka lenteng bo tana lodo SERMELA
Teks Bahasa Indonesia
Berkatalah Raja, “pergilah kalian mencari mbahong” Orang dulu menyebutnya mbahong
. “Harus ditemukan” “Bagaimana kalau tidak ditemukan?” Tanya Kode. “Pokoknya harus ditemukan” Kata Raja
Saat mereka sedang mencari mereka menemukan satu mbahong tetapi si Kode malah hendak memakannya dan bertanya, “Hai mbahong, lewat mulut atau
hidung saya makan kamu?” Mbahong tidak bergerak. Ia bertanya lagi, “mbahong, lewat mulut atau lewat hidung saya makan kamu?” Mbahong pun melompat
masuk ke dalam hidung si Kode. Ketika mbahong masuk ke dalam hidung si Kode, ia bergerak masuk sampai di ujung hidung si Kode. Kode meraba-raba
hidungnya dan merasa kesakitan. “Hai kela. Mari kesini” Si Kode memanggil.
“Ada apa, kela?” Tanya Si Orong. “Tadi kami mencari mbahong. Mbahong malah masuk ke dalam hidung
saya. Begini kela, bagaimana kalau ite yang mengeluarkannya?”
“Baiklah. Bagaimana kalau saya dapat mengeluarkannya?” Tanya Orong. “Jika kamu bisa, kamu boleh memakannya.”
“Benaran?” Tanya Orong lagi. “Benar teman.”
Mulut Orong sangatlah panjang, sehingga dengan mudahnya ia mengeluarkan mbahong dari hidung Kode. Setelah ia mengeluarkan ulat tersebut,
ia langsung menelannya. “Mana mbahong itu, kela?” tanya Kode.
“Sudah masuk dalam perut saya“, jawab Orong. “Sudah saya katakan, kamu cuma mengeluarkannya. Tidak ada perjanjian
seperti itu kalau kamu dapat mengeluarkannya, kamu boleh memakannya.” Kode sangat marah.
“Kamu sendiri yang bilang harus dimakan” jawab Orong.
Karena marah Kode mencabuti semua bulu Orong termasuk bulu-bulu ekornya. Kasihan, si Orong tidak bisa terbang lagi. Orong berkata, “Saya tidak
berdaya lagi. Oh iya, ada doa orang tua dulu, mending saya berdoa.” Ia pun
berdoa. E par sili mai todo taung wulu gaku
Tumbuh satu E par lau mai todo suan wulu gaku
tumbuh dua E par ce mai todo telun wulu gaku
E par sili mai todo taung wulu gaku
Terjemahan
Terbitlah Matahari dari Timur tumbukan semua buluku Terbitlah Matahari dari Barat tumbuhkan dua buluku
Terbitlah Matarhari dari Selatan tumbuhkan tiga buluku Terbitlah Matahari dari Timur tumbuhkan semua buluku
Akhirnya semua bulu Orong tumbuh kembali. “Puji Tuhan. Akhirnya saya bisa terbang lagi dan bisa mencari makan”. Setelah itu, ia menghilang berbulan-
bulan lamanya. Ia menghilang dan pergi ke sebuah pulau yang bernama pulau Dima. Setelah ia kembali, ia membawa serta buah kenanek di kakinya. Dari atas si
Orong melihat si Kode sedang mencari makan di sungai. Saat Kode hendak menangkap katak, Orong dengan sengaja menjatuhkan buah kenanek dari atas
pohon. “Lihat Ada buah kenanek.” Teriak salah satu anak monyet.
“Darimana buah itu?” tanya Kode. “Saya tidak tahu”, jawab anak monyet. Mereka pun melihat ke atas pohon
dan melihat Orong yang sedang bertengger. “Dimana kamu mendapatkan buah itu?” tanya Kode.
“Dari pulau Dima. Hanya di pulau Dima buah ini ada dan masih banyak macam buah di sana. Jika kalian ingin ke sana, saya akan mengantar kalian
ke pulau Dima.” “Baiklah kalau begitu. Tapi bagaimana caranya untuk kesana?” tanya Kode.
“Buatlah perahu agar kalian bisa ke sana,” jawab Orong. Mereka membuat perahu dari tanah lodo. Akhirnya perahu dari tanah lodo
pun jadi. Mereka pun berangkat. Ketika mereka sampai di tengah laut tiba-tiba perahu mereka hancur dan tenggelam, sedangkan Orong selamat dan terbang
sampai di pulau Dima. Akhirnya terciptalah lagu Weda Wangka Bok Tana Lodo. Orong pun bernyanyi,
Weda wangka tana lenteng bo tana lodo SERMELA
Weda Wangka lenteng bo tana lodo SERMELA
Terjemahan
Tendang perahu tanah terapung tanah lodo MERDEKA
Tendang perahu tanah terapung tanah lodo MERDEKA
Kolofon: Penutur Ibu Kristina Imas, 60 tahun, petani.
Direkam pada tanggal 24 Januari 2014 oleh Metildis Ruth Sahu, 21 tahun dan Gregorius A. Sahu, 25 tahun.