Fungsi Kepercayaan Folk Believe

Orong, Kode, monyet betina, tetua para monyet, dan para monyet; teks B ialah Orong, Kode, monyet betina, dan para monyet; teks C ialah Orong, Kode, monyet betina, dan para monyet; teks D ialah Orong, Kode, Raja, dan para monyet. Setting dari keempat varian dongeng Orong Agu Kode juga berbeda. Setting meliputi tempat dan waktu, yakni latarsetting dongeng teks A ialah sebuah batu, di atas pohon, pulau Dima, tengah laut, dan beberapa hari kemudian; teks B ialah di hutan, sebuah batu, pulau Komodo, pulau seberang, tengah laut, dan pagi; teks C ialah di bawah pohon, di pinggir sungai, pulau seberang; teks D ialah pulau Dima, di sungai, tengah laut, dan berbulan-bulan. Alur yang terdapat dalam keempat varian dongeng Orong Agu Kode memiliki kesamaan, yaitu alur maju. Begitu pun sudut pandang dari keempat varian dongeng tersebut memiliki kesamaan, yaitu sudut pandang orang ketiga. Untuk perbandingan naskah, keempat varian dongeng Orong Agu Kode memiliki perbedaan dari cara penceritaan setiap narasumber, tetapi dari awal cerita, isi cerita, dan akhir cerita tetap pada inti cerita yang sama. 2. Pada permasalahan kedua, yaitu menganalisis struktur morfologi dan identifikasi pelaku dongeng Orong Agu Kode. Terdapat 9 fungsi pelaku dari 31 fungsi pelaku dalam dongeng Orong Agu Kode. Lingkaran pertama, larangan dan pelanggaran terhadap larangan, penyampaian, dan penipuan; Lingkaran kedua, kejahatan dan aksi balasan dimulai; Lingkaran ketiga, resep benda magis; Lingkaran keempat, kemenangan dan perubahan penampilan. Terdapat 4 jenis pelaku dari 7 identifikasi pelaku dongeng Orong Agu Kode, yaitu the villain, the megical helper, the dispatcher, dan the hero. Disini disimpulkan bahwa teori morfologi Vladimir Propp dapat diterapkan dalam menganalisis dongeng rakyat nusantara. Karena setiap dongeng memiliki struktur morfologi. 3. Permasalahan ketiga, yaitu menganalisis makna dan fungsi pelaku dongeng Orong Agu Kode bagi masyarakat Manggarai Barat. Dalam studi ini, yang dimaksud dalam makna arti intrinsik dongeng, sedangkan fungsi adalah makna ekstrinsiknya. Makna dongeng Orong Agu Kode bagi masyarakat Manggarai Barat ialah makna sindiran, makna pendidikan, makna religius, dan makna moral. Makna sindiran, dongeng Orong Agu Kode ditujukan kepada orang- orang yang memiliki sifat egois, penipu, dan pengingkar janji, dengan maksud menyindir. Makna pendidikan, makna ini menjelaskan bahwa dongeng OAK mengajarkan kepada anak-anak untuk tidak bersikap egois, penipu, dan pengingkar janji seperti yang dilakukan Kode terhadap Orong. Makna religius, makna ini menjelaskan dongeng OAK mengandung sistem kepercayaan masyarakat secara mistik, yaitu mempercayai kekuatan Matahari atau Leso, yang dipercayai Leso merupakan bentuk kuasa dari Tuhan atau Mori. Makna moral, makna ini menjelaskan dongeng Orong Agu Kode memberi nasehat yang baik kepada anak-anak, yaitu bersikap baik kepada sesama dan menjauhi sikap yang seperti Kode, yaitu egois, penipu, dan pengingkar janji. Fungsi dongeng Orong Agu Kode bagi Masyarakat Manggarai Barat ialah fungsi pendidik, fungsi hiburan, dan fungsi kepercayaan folk believe. Fungsi sebagai pendidik, dongeng ini bermanfaat untuk memberi nasehat kepada anak-anak agar tidak melakukan perbuatan jahat seperti yang dilakukan Kode yaitu egois, menipu, dan mengingkari janjinya, melainkan melakukan perbuatan baik seperti yang dilakukan Orong, yaitu menolong Kode . Fungsi hiburan, dongeng ini biasa diceritakan kepada anak-anak pada malam hari agar tidak merasa jenuh. Fungsi kepercayaan folk believe, masyarakat Manggarai Barat merupakan masyarakat animistik, yaitu mempercayai roh-roh yang mendiami benda-benda, seperti bebatuan, pepohonan, gunung, dan lain-lain. Kepercayaan semacam itu tergambar dalam dongeng Orong Agu Kode ialah kepercayaan kekuatan alam. Kepercayaan kekuatan alam ini merupakan kepercayaan akan kekuatan Matahari atau Leso, yang dianggap sebagai bentuk dari kekuatan Tuhan atau Mori.

6.2 Saran

Setelah semua permasalahan dijawab, ada dua saran yang bisa diajukan untuk penelitian lebih lanjut. Dari dua saran ini dimungkinkan dilanjutkan penelitian lain, 1. Perlu dikaji secara lingustik dongeng Orong Agu Kode karena belum ada penelitian tentang metode penelitian bahasa dongeng OAK. 2. Perlu dikaji kepercayaan mistik yang terdapat pada dongeng-dongeng daerah Manggarai Barat karena selain dongeng Orong Agu Kode terdapat pula dongeng-dongeng yang menggambarkan situasi masyarakat zaman dahulu yang mempercayai kekuatan-kekuatan gaib.