Struktur Morfologi dalam Perspektif Vladimir Propp

menyadari apa yang terjadi sekarang. Kita mungkin tidak menyadari bahwa pahlawan benar-benar seorang pahlawan karena dia belum menunjukan kualitasnya sebagai pahlawan. Kita pun tiak menaruh simpati pada tindakan penjahat, tetapi pehlawan pun belum juga muncul. 10. Aksi Balasan Dimulai Beginning counter-action. Pencari menyetujui atau memutuskan melakukan aksi balasan. Pahlawan sekarang memutuskan mengambil tindakan untuk mengatasi kekurangan, misalnya dengan menemukan barang magis, menyelamatkan orang-orang yang ditahan atau mengalahkan penjahat. Inilah saat bagi pahlawan untuk memutuskan sesuatu tindakan yang akan membuatnya menjadi seorang pahlawan. Setelah keputusan dibuat, dia akan melaksanakannya dengan penuh konsekuen. Keputusan tidak dapat dibetulkan karena jika hal itu terjadi dia akan sangat malu dan tidak dapat dianggap sebagai pahlawan. 11. Kepergian departure. Pahlawan pergi meninggalkan rumah. Lingkaran Ketiga: Rangkaian Donor Pada lingkaran ketiga, pahlawan mencari cara memecahkan masalah, mendapatkan bantuan berupa hal-hal magis dari Donor. Perhatikan bahwa sesungguhnya melalui rangkaian, ini kisah dari sebuah cerita sudah utuh dan dapat diselesaikan, tamat. 12. Fungsi pertama bantuan first function of the donor. Pahlawan diuji, diinterogasi, diserang, dan sebagainya, yang merupakan persiapan baginya menerima pelaku atau penolong magis donor. 13. Reaksi pahlawan hero’s reaction. Pahlawan beraksi terhadap tindakan penolong masa depan berhasil atau gagal tes, membebaskan tahanan, menyatukan yang bertikai, melayani, menggunakan kekuatan musuh untuk mengalahkannya. 14. Resep benda magis receipt of a magical agent. Pahlawan meneliti cara penggunaan benda magis. 15. Bimbingan guidance. Pahlawan dibawa, dipesan, atau dibimbing ke sebuah tempat dari suatu objek pencaharian. Perubahan spasial antara dua kerajaan. 16. Pertempuran struggle. Pahlawan dan penjahat terlibat dalam pertempuran langsung. 17. Pengenalan branding. Pahlawan dikenali, misalnya terluka, menerima cincin atau selendang. 18. Kemenangan victory. Penjahat dikalahkan, misalnya terbunuh dalam pertempuran, dikalahkan dalam sebuah sayembara, dibunuh ketika sedang tidur, atau dibuang. 19. Kegagalan pertama liquidation. Kemalangan dihadapi, tawanan lepas, orang yang sudah dibunuh hidup kembali. Lingkaran Keempat: Kembalinya Sang Pahlawan Pada tahap final dan kadang bersifat optional, tidak wajib ada dari rangkaian penceritaan, pahlawan pulang ke rumah, berharap tidak ada insiden lagi dan pahlawan disambut baik. Meskipun demikian, hal semacam ini tidak harus terjadi demikian. 20. Kepulangan return. Pahlawan kembali ke rumah. 21. Pencaharian pursuit. Pahlawan dicari orang yang mencarinya ingin membunuh, memakannya ataupun memperlemah posisi pahlawan. 22. Penyelamatan rescue. Pahlawan diselamatkan dari pencaharian mujizat menghalangi orang yang mencari, pahlawan bersembunyi atau disembunyikan, pahlawan menyamar, pahlawan diselamatkan. 23. Kedatangan orang yang tak dikenal unrecognized arrival. Pahlawan yang belum dikenali, tiba di rumah atau sampai di negeri lain. 24. Klaim palsu unfounded claims. Pahlawan palsu memberikan pernyataan yang tidak berdasarpalsu. 25. Tugas yang sukar difficult task. Tugas yang sulit diberikan kepada pahlawan cobaan berat, teka-teki, uji kemampuan, sayembara, dll. 26. Penyelesaian solution. Tugas itu dapat diselesaikan dengan baik. 27. Pengenalan recognition. Pahlawan dikenali dengan tanda pengenal yang diberikan kepadanya. 28. Pembuangan exposure. Pahlawan palsu atau penjahat dibuang. 29. Perubahan penampilan transfiguration. Pahlawan mendapatkan penampilan baru menjadi semakin ganteng, diberi pakaian baru, dll. 30. Penghukuman punishment. Penjahat dihukum. 31. Pernikahan wedding. Pahlawan menikah dan menerima mahkota sebagai imbalan yang pantas diterimanya.

1.6.4 Identifikasi Pelaku

Menurut Propp Taum, 2011:132-133 pelaku atau dramatis personae dalam 100 cerita rakyat yang dianalisisnya pada umumnya dapat dikelompokan ke dalam tujuh jenis sebagai berikut. 1. The villain, penjahat yang bertarung melawan pahlawan. 2. The donor, donor atau pemberi mempersiapkan pahlawan atau memberi pahlawan barang-barang magis tertentu. 3. The magical helper, pembantu magis yang berusaha menolong pahlawan ketika dia menghadapi kesulitan. 4. The princess and her father, puteri raja dan ayahnya yang memberikan tugas kepada pahlawan, mengenali pahlwan palsu, menikah dengan pahlawan. Menurut Propp, secara fungsional, peran putri raja, dan ayahnya tidak dapat dibedakan dengan jelas. 5. The dispatcher, pengutus yaitu tokoh yang mengetahui adanya kekurangan dan menghalangi pahlawan sejati. 6. The hero or victimseeker hero, pahlawan sejati yang memberikan reaksi terhadap donor dan menikahi putri raja. 7. The false hero, pahlawan palsu yang mengambil keuntungan dari tindakan-tindakan pahlawan sejati dan mencoba menikahi putri raja.

1.6.5 Makna dan Fungsi

Kajian sastra lisan, seharusnya tak hanya berhenti pada klasifikasi data di lapangan saja. Namun, peneliti harus sampai pada aspek-aspek makna dan fungsi sastra lisan. Makna dan fungsi dapat berasal dari informan, jika menggunakan sudut pandang emik dan berasal dari peneliti manakala menggunakan sudut pandang etik Suwardi, 2013:156.

1.6.5.1 Makna

Makna ialah arti atau maksud pembicara atau penulis; pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan KBBI, 2008. Menurut Kamus Istilah Sastra, makna merupakan hubungan antara kata dan barang yang dirunjukan denotasi dan antara kata dan tautan pikiran tertentu yang ditimbulkan konotasi. Makna dapat dilacak menggunakan penafsiran. Makna juga dapat digali dari informan, begitu pula fungsinya Suwardi, 2013:156.

1.6.5.2 Fungsi

Fungsi sastra dalam masyarakat sering masih lebih wajar dan langsung terbuka untuk penelitian ilmiah. Khususnya masalah hubungan antara fungsi estetik dan fungsi lain agama, sosial dalam variasi dan keragamannya dapat diamati dari dekat dengan dominan tidaknya fungsi estetik. Dengan demikian pula kemungkinan perbedaan fungsi untuk golongan kemasyarakatan tertentu Teeuw, 2013:232. William R. Bascon dirumuskan sebagai berikut. Pertama, sebagai sistem Sebagai folklor lisan, cerita rakyat mempunya empat fungsi, yang menurut proyeksi, yakni sebagai pencermin angan-angan suatu kolektif. Kedua, sebagai alat pengesaan pranata-pranata dan lembaga-lembaga untuk kemajauan dirinya. Dengan mendengar cerita semacam itu kebudayaan. Ketiga, sebagai alat pendidik anak. Keempat, sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat akan selalu dipatuhi anggota kolektifnya. Selain itu folklor lisan juga berfungsi sebagai penghibur Supanto dkk, 1982:49. Dari fungsi-fungsi di atas menurut William R. Bascon, terdapat 2 fungsi yang sesuai dengan dongeng Orong Agu Kode, yaitu berfungsi sebagai alat pendidik anak, berfungsi sebagai penghibur, dan ditambah fungsi kepercayaan.

1.7 Metedologi Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yakni i pengumpulan data, ii analisis data, dan iii penyajian hasil analisi data. Berikut akan diuraikan masing-masing tahap dalam penelitian ini.

1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Objek peneletian ini adalah menganalisa sastra lisan dongeng Orong Agu Kode. Objek ini berada dalam bentuk rekaman. Data diperoleh dari sumber lisan yaitu hasil wawancara dengan lima narasumber. Ada dua teknik yang dipakai dalam penelitian ini, yaitu:

1.7.1.1 Wawancara

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode wawancara. Menurut Taum 2011, metode wawancara ada dua tahap penting. Tahap pertama „wawancara bebas‟ yang memberi kebebasan seluas-luasnya kepada informan untuk berbicara. Tahap kedua „wawancara terarah‟, yakni mengajukan pertanyaan yang sudah disusun sebelumnya untuk mendapatkan gambaran yang utuh dan mendalam. Metode wawancara adalah berupa percakapan dan terjadi kontak antara peneliti selaku peneliti dengan penutur selaku narasumber Teknik yang digunakan dalam tahap pengumpulan data adalah teknik dasar atau teknik pancing yaitu dengan memancing informan agar berbicara Sudaryanto, 1988:7. Penelitian ini menggunakan metode wawancara tahap kedua, yakni „wawancara terarah‟, mengajukan pertanyaan yang sudah disusun sebelumnya untuk mendapatkan gambaran yang utuh dan mendalam.

1.7.1.2 Perekaman dan Pencatatan

Teknik ini perlu digunakan untuk mendapatkan data utama penelitian, misalnya puisi atau prosa lisan. Perekaman dengan menggunakan tape recorder perlu disesuaikan dengan suasana. Teknik pencatatan bisa dipergunakan untuk mentranskipkan hasil rekaman menjadi bahan tertulis dan mencatat berbagai aspek yang berkaitan dengan suasana penceritaan dan informasi-informasi lain yang dipanjang perlu selama melakukan wawancara dan pengamatan Taum, 2011:240. Dengan menggunakan subjek penelitian ini peneliti akan mengamati narasumber dan merekam data berupa isi cerita Orong Agu Kode.

1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data

Metode analisis data merupakan seperangkat cara atau teknik penelitian yang merupakan perpanjangan dari pikiran manusia karena fungsinya bukan untuk mengumpulkan data, melainkan untuk mencari hubungan antardata yang tidak akan pernah dinyatakan sendiri oleh data yang bersangkutan Faruk, 2012:25. Penulis menggunakan metode deskriptif analisis dalam penelitian ini. Metode deskriptif analitik dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis. Secara etimologis deskripsi dan analisis berarti menguraikan Ratna, 2013:53.

1.7.3 Metode Penyajian Data

Metode yang digunakan dalam penyajian hasil penelitian ini adalah metode kualitatif. Ratna 2013, metode kualitatif dianggap sebagai multimetode sebab penelitian pada gilirannya melibatkan sejumlah besar gejala sosial yang relavan. Dalam penelitian karya sastra, misalnya, akan dilibatkan pengarang, lingkungan sosial dimana pengarang berada, termasuk unsur-unsur kebudayaan pada umumnya. Ciri-ciri terpenting metode kualitatif, sebagai berikut: 1. Memberikan perhatian utama pada makna dan pesan, sesuai dengan hakikat objek, yaitu sebagai studi struktural. 2. Lebih mengutamakan proses dibandingkan dengan hasil penelitian sehingga makna selalu berubah. 3. Tidak ada jarak antara subjek peneliti dengan objek penelitian, subjek peneliti sebagai instrumen utama, sehingga terjadi interaksi langsung diantaranya. 4. Desain dan kerangka penelitian bersifat sementara sebab penelitian sebab penelitian bersifat terbuka. 5. Penelitian bersifat alamiah, terjadi dalam konteks sosial budayanya masing-masing. Jadi, penelitian ini menggunakan metode kualitatif untuk menyajikan data dikarenakan metode kualitatif merupakan multimetode.

1.8 Sistematika Penyajian

Laporan hasil penelitian ini disusun dalam empat bab. Bab I Pendahuluan. Bab pendahuluan berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan peneltian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metodologi penelitian, dan teknik penyajian, biaya penelitian, dan jadwal penelitian. Latar belakang menguraikan alasan mengapa penulis melakukan penelitian ini. Rumusan masalah menjelaskan masalah-masalah yang ditemukan dalam penelitian ini. Tujuan penelitian mendeskripsikan tujuan diadakan penelitian ini. Manfaat penelitian memaparkan manfaat yang bisa diambil dari hasil penelitian ini. Tinjauan pustaka mengemukakan pustaka yang pernah membahas tentang dongeng Orong Agu Kode. Landasan teori menyampaikan teori yang digunakan sebagai landasan penelitian. Metodologi penelitian merincikan teknik