4.2.2 Analisis Fungsi Pelaku Dongeng Orong Agu Kode
Telah dikatakan di atas bahwa perhatian utama Propp ditujukan pada penggunaan fungsi pelaku menurut urutan dan peranan cerita, tetapi pada dongeng
Orong Agu Kode fungsi pelaku tidak berurutan. Misalnya lingkaran keempat yaitu kembalinya sang pahlawan, adegan atau peristiwa terjadi pada pertengahan cerita
bukan di akhir cerita. Berikut ini akan diterapkan model analisis morfologi cerita rakyat
terhadap dongeng Orong Agu Kode. Sesuai dengan klasifikasi fungsi pelaku yang dilakukan oleh Propp terdapat 9 fungsi pelaku dalam dongeng Orong Agu Kode.
1. Lingkaran Pertama: Pengenalan
Langkah 1 sampai 7 memperkenalkan situasi dan para pelakunya, mempersiapkan adegan-adegan untuk petualangan selanjutnya. Terdapat 4
peristiwa untuk lingkaran pertama. 1
Larangan interdiction.
Monyet betina
yang sedang
bunting memperingatkan atau melarang Kode dan teman-temannya mengikuti perintah
Orong untuk pergi ke pulau Dima. Karena sebelumnya monyet betina itu bermimpi niat balas dendam Orong, tetapi Kode dan para monyet lain malah
tidak mendengarkan peringatannya. Monyet betina itu menyanyikan sebuah lagu
sebagai peringatan bagi Kode dan monyet lainnya.
Oe watu Kode, adong par de Orong lek o pande da’at ite
Towel sopel copel mose, Kole ko watu Kode
Terjemahan
Hai para monyet, Bangau hanya berbohong pada kalian untuk melakukan kejahatan
Pulanglah hai para monyet
2 Pelanggaran terhadap Larangan. Kode dan monyet lainnya tidak
menghiraukan larangan dari monyet betina akan bahaya. Walaupun monyet betina itu menyanyikan lagu mereka tetap pergi. Sehingga, pada akhirnya mereka
mendapatkan bahaya.
3 Penyampaian. Kode mendapatkan informasi tentang buah pisang dari
Orong. Karena mereka sangat menginginkan buah itu, Kode pun meminta bantuan
Orong untuk pergi ke pulau Dima letak buah itu berada.
4 Penipuan trickery. Kode menipu Orong. Ia berjanji pada Orong, jika
Orong dapat mengeluarkan mbahong yang ada dalam hidungnya ia akan membiarkan Orong memakan ulat itu, tetapi ketika Orong memakan mbahongnya
ia sangat marah dan mencabuti bulunya. Kode mengingkari janjinya.
2. Lingkaran Kedua: Isi Cerita
Pokok cerita dimulai pada fase ini dan diteruskan dengan keberangkatan sang pahlawan. Terdapat 2 peristwa untuk lingkaran kedua ini.
5 Kejahatan. Tindak kejahatan dilakukan oleh si Kode. Kode mencabuti
bulu-bulu Orong sampai habis hingga Orong tak dapat terbang. Kejahatan itu menimbulkan rasa sakit hati dan dendam dalam diri Orong.
6 Aksi balasan dimulai. Orong mengambil kesempatan untuk membalas
dendam ketika Kode meminta bantuannya untuk mengantarnya ke pulau Dima
untuk memetik buah pisang. Ia pun membuat perahu dari tanah lodo yang jika terkena air akan hancur. Sesampainya mereka di tengah laut orong menendang
perahu itu hingga hancur. Kode dan monyet lainnya mati tenggelam.
3. Lingkaran Ketiga: Rangkaian donor
Pada lingkaran ketiga, pahlawan mencari cara memecahkan masalah, mendapatkan bantuan berupa hal-hal magis dari Donor.
7 Resep benda Magis. Dalam cerita Orong Agu Kode hal-hal magis tidak
dalam bentuk benda, tetapi dalam suatu nyanyian yang dipercaya masyarakat Manggarai. Nyanyian itu semacam doa atau lebih tepatnya mantra. Ketika Orong
tidak memiliki bulu-bulu di tubuhnya, ia pun bernyanyi lagu itu sambil memandang ke arah Matahari. Dimana nyanyian itu berisikan permintaan agar
bulu-bulunya tumbuh kembali. Paro Leso paro mai Leso todo taung wulu gaku
Paro Leso mai eta mai Leso todo taung wulu gaku Paro Leso mai sale mai Leso todo taung wulu gaku
Terjemahan
Terbitlah Matahari dari Timur tumbuhkan semua buluku Terbitlah Matahari dari atas tumbuhkan semua buluku
Terbitlah Matahari dari Barat tumbuhkan semua buluku 8
Kemenangan. Setelah menenggelamkan Kode dan monyet lainnya, Orong merasa senang karena ia telah membalas rasa sakit hatinya terhadap Kode. Ia telah
berhasil membalas dendam terhadap Kode.
4. Lingkaran Keempat: Kembalinya Sang Pahlawan
Pada tahap final dari rangkaian penceritaan, pahlawan pulang, pahlawan pulang ke rumah, berharap tidak ada insiden lagi, dan pahlwan
disambut baik. Meskipun demikian, hal semacam ini tidak harus terjadi demikian. Terdapat 1 adegan atau peristiwa dari 12 peristiwa pada lingkaran keempat.
9 Perubahan penampilan transfiguration. Peristiwa perubahan penampilan
terjadi pada Orong, dimana bulu-bulunya tumbuh kembali dan lebih cantik setelah semua bulunya dicabuti oleh si Kode.
4.3 Identifikasi Pelaku Dongeng Orong Agu Kode
Menurut Propp pelaku atau dramatis personae dalam 100 cerita rakyat yang dianalisisnya pada umunya dapat dikelompokan ke dalam tujuh jenis pelaku
Taum, 2011. Dari analisis di atas, terlihat bahwa cerita dongeng Orong Agu Kode memiliki 9 fungsi dan 4 jenis identifikasi pelaku sebagai berikut:
1 The villain
The villain ialah penjahat yang bertarung melawan pahlawan. Penjahat dalam dongeng adalah tokoh antagonis, yaitu Kode. Kode telah mencabuti semua bulu
Orong dan mengingkari janjinya. Walaupun tak ada pertarungan, perbuatan si Kode dianggap sebuah kejahatan. Kode berjanji kepada Orong, jika Orong bisa
mengeluarkan mbahong yang ada di dalam hidungnya, ia akan memberikan mbahongnya kepada Orong. Kenyataanya setelah Orong mengeluarkan mbahong
dan langsung memakannya, Kode malah memarahinya dan mencabuti semua bulunya. Kode malah tidak mengakui apa yang sudah dijanjikannya kepada
Orong.
2 The magical helper
The magical helper ialah pembantu magis yang berusaha menolong pahlawan atau protagonis ketika dia menghadapi kesulitan. Setelah Orong menyanyikan lagu Par
Cenung Le Hau O Leso sambil memandang ke arah Matahari atau Leso ia mendapatkan suatu keajaiban, bulu-bulunya tumbuh kembali. Berkat lagu itulah ia
bisa terbang lagi. Orong percaya Matahari memiliki kekuatan magic karena Matahari dipercaya merupakan bentuk kuasa Tuhan.
3 The dispatcher.
The dispatcher ialah pengutus, yaitu tokoh yang mengetahui adanya kekurangan dan menghalangi pahlawan sejati. Seekor monyet betina yang sedang bunting
adalah penghalang bagi Orong untuk membalas dendam terhadap Kode. Malam sebelumnya monyet betina ini bermimpi niat balas dendam Orong terhadap Kode.
Monyet betina itu pun menyanyikan sebuah lagu yaitu Oe watu Kode, adong par de Orong leko pande da’at ite, untuk memberi peringatan kepada Kode dan para
monyet lainnya. 4
The Hero or victimseeker hero, The Hero ialah pahlawan sejati yang memberikan reaksi terhadap donor dan
menikahi putri raja. Hero atau pahlawan di dalam dongeng ini adalah tokoh protagonis, yaitu Orong. Orong tidak menikahi seorang putri atas
kemenangannya, akan tetapi Orong mendapatkan kepuasan hati karena sakit hatinya telah terbalaskan. Ia telah membalas dendam kepada Kode yang telah
melakukan kejahatan, mencabuti semua bulunya dan juga menyebabkan Orong tidak dapat terbang. Hal ini menjadi ganjaran untuk Kode yang telah membuat
kejahatan.
4.4 Rangkuman
Propp mengatakan, fungsi-fungsi dalam cerita selalu sama dan fungsi- fungsi itu selalu mencakup tanda dan lambang, tetapi setelah melakukan analisis
dongeng Orong Agu Kode menggunakan teori struktur Propp, dongeng ini tidak memiliki fungsi yang tidak berurutan sesuai teori struktur Propp. Hal ini
dikarenakan menurut Yoseph Yapi Taum, penerapan model analisis ini pada
cerita-cerita yang tidak bertemakan kepahlawanan menjadi agak sukar lihat Taum, 2011:139.
Terdapat 9 fungsi pelaku dari 31 fungsi pelaku dalam dongeng Orong Agu Kode, yaitu larangan, pelanggaran terhadap larangan, penyampaian,
penipuan, kejahatan, aksi balasan dimulai, resep benda magis, kemenangan, dan perubahan penampilan. Terdapat 4 jenis pelaku dari 7 jenis pelaku dongeng
Orong Agu Kode yang telah diidentifikasi, yaitu The villain, the magical helper, the dispatcher and the hero.
Akan tetapi, dari fungsi tersebut terdapat fungsi-fungsi pokok dan penting dalam struktur teks cerita. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
cerita dongeng Orong Agu Kode masyarakat Manggarai Barat dapat dipahami dan dikaji menurut perspektif Propp.