Fungsi Hiburan Fungsi Dongeng Orong Agu Kode Bagi Masyarakat Manggarai Barat

115

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Penelitian yang berjudul “Dongeng Orong Agu Kode Masyarakat Manggarai Barat: Transkripsi, Kajian Struktur, Makna dan Fungsi” ini memaparkan tiga masalah utama, yaitu: 1 mentranskripsikan dan menganaslisis perbandingan teks dongeng Orong Agu Kode; 2 menganaslisis struktur morfologi dan identifikasi pelaku dongeng Orong Agu Kode; 3 menganalisis makna dan fungsi dongeng Orong Agu Kode bagi masyarakat Manggarai Barat. Dari tiga permasalahan utama tersebut, kesimpulan yang didapat penulis di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Masalah pertama berkaitan dengan varian dongeng Orong Agu Kode yang kemudian ditranskripsikan, yaitu pengubahan dari bentuk wicara lisan menjadi bentuk tertulis. Karena terdapat empat varian dongeng Orong Agu Kode, maka dilakukan perbandingan teks antarvarian. Perbandingan yang dilakukan adalah perbandingan struktur dan perbandingan naskah. Perbandingan struktur antarvarian dongeng tersebut ialah tema, tokohpenokohan, setting, alur, dan sudut pandang. Tema dari teks A-D dongeng Orong Agu Kode memiliki kesamaan, yaitu pembalasan dendam. Tokoh dari keempat varian dongeng Orong Agu Kode memiliki perbedaan, yakni tokoh dongeng teks A ialah Orong, Kode, monyet betina, tetua para monyet, dan para monyet; teks B ialah Orong, Kode, monyet betina, dan para monyet; teks C ialah Orong, Kode, monyet betina, dan para monyet; teks D ialah Orong, Kode, Raja, dan para monyet. Setting dari keempat varian dongeng Orong Agu Kode juga berbeda. Setting meliputi tempat dan waktu, yakni latarsetting dongeng teks A ialah sebuah batu, di atas pohon, pulau Dima, tengah laut, dan beberapa hari kemudian; teks B ialah di hutan, sebuah batu, pulau Komodo, pulau seberang, tengah laut, dan pagi; teks C ialah di bawah pohon, di pinggir sungai, pulau seberang; teks D ialah pulau Dima, di sungai, tengah laut, dan berbulan-bulan. Alur yang terdapat dalam keempat varian dongeng Orong Agu Kode memiliki kesamaan, yaitu alur maju. Begitu pun sudut pandang dari keempat varian dongeng tersebut memiliki kesamaan, yaitu sudut pandang orang ketiga. Untuk perbandingan naskah, keempat varian dongeng Orong Agu Kode memiliki perbedaan dari cara penceritaan setiap narasumber, tetapi dari awal cerita, isi cerita, dan akhir cerita tetap pada inti cerita yang sama. 2. Pada permasalahan kedua, yaitu menganalisis struktur morfologi dan identifikasi pelaku dongeng Orong Agu Kode. Terdapat 9 fungsi pelaku dari 31 fungsi pelaku dalam dongeng Orong Agu Kode. Lingkaran pertama, larangan dan pelanggaran terhadap larangan, penyampaian, dan penipuan; Lingkaran kedua, kejahatan dan aksi balasan dimulai; Lingkaran ketiga, resep benda magis; Lingkaran keempat, kemenangan dan perubahan penampilan. Terdapat 4 jenis pelaku dari 7 identifikasi pelaku dongeng Orong Agu Kode, yaitu the