Makna Sindiran Makna Dongeng Orong Agu Kode Bagi Masyarakat Manggarai Barat

akan menyembah benda-benda yang dipercayai didiami oleh Mori termasuk Matahari.

5.2.4 Makna Moral

Makna moral yang terdapat pada dongeng Orong Agu Kode bagi masyarakat Manggarai Barat ialah mengajarkan kepada masyarakat khususnya anak-anak untuk bersikap baik kepada sesama. Melalui kedua tokoh dalam dongeng OAK, dongeng ini mencerminkan sifat-sifat manusia yang baik dan buruk. Sifat-sifat manusia yang baik digambarkan pada tokoh Orong dalam cerita. Alasan menggunakan burung Bangau, seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa burung Bangau bukanlah musuh manusia terutama para petani. Orong digambarkan memiliki sifat penolong atau suka membantu sesama. Burung Bangau juga dilihat secara fisik, ia memiliki paruh yang panjang. Paruhnya inilah yang akan membantu Kode mengeluarkan ulat mbahong yang masuk ke dalam hidungnya. Menurut Ibu Kristina Imas 60 tahun, tokoh Orong digambarkan memiliki sifat pendendam, tetapi sifat pendendamnya ini dipacu oleh perbuatan Kode yang telah menyakitinya. Sifat pendendamnya ini sangat berguna untuk membalaskan atau memberi pelajaran kepada Kode yang telah menyakitinya. Sifat-sifat manusia yang kurang baik atau buruk digambarkan pada tokoh Kode atau Monyet. Tokoh Kode atau Monyet digambarkan memiliki sifat egois, penipu, pengingkar janji, dan juga sombong. Hal ini dikarenakan, dilihat pada zaman nenek moyang hingga sekarang monyet merupakan binatang yang paling dibenci manusia atau bisa dikatakan musuh manusia terutama para petani. Monyet selalu mencuri dan merusak kebun para petani sehingga para petani bangkrut. Monyet juga dilihat secara fisik, ia memiliki wajah yang menyeramkan. Wajahnya yang menyeramkan itu menggambarkan orang yang egois, penipu dan juga pengingkar janji. Diceritakan Kode berjanji pada Orong, jika Orong dapat mengeluarkan ulat mbahong dari lubang hidungnya ia akan membiarkan ulat itu dimakan Orong, tetapi ketika ia mengetahui ulatnya telah dimakan ia sangat marah. Saking marahnya ia mencabuti semua bulu Orong hingga habis tak tersisa satupun. Kode telah menipu dan mengingkari janjinya pada Orong. Ia juga memiliki sifat egois atau memikir diri sendiri. Ketika monyet betina memperingati akan bahaya jika ia tetap mengikuti ajakan Orong, Kode malah tidak menghiraukan peringatan tersebut. Ia malah tergiur dengan buah kenanek yang dijanjikan Orong. Ia tidak memikirkan keselamatan dari teman-teman sesama monyetnya. Dengan demikian makna moral yang terkandung dalam dongeng Orong Agu Kode dapat memberi pengaruh yang baik kepada masyarakat, terlebih khusus anak-anak yang mengajarkan, “perbuatan baik akan dibalas dengan kebaikan, perbuatan jahat akan dibalas dengan kejahatan ”.

5.3 Fungsi Dongeng Orong Agu Kode Bagi Masyarakat Manggarai Barat

Telah dijelaskan di BAB I, ada beberapa fungsi folklor lisan menurut William R. Bascom. Pertama, sebagai sistem proyeksi. Kedua, sebagai alat pengesaan pranata-pranata dan lembaga-lembaga. Ketiga, sebagai alat pendidik anak. Keempat, sebagai alat pemaksa dan pengawas norma-norma masyarakat, dan juga sebagai penghibur. Dari kelima fungsi folklor lisan, terdapat dua fungsi folklor lisan yang sesuai dengan tujuan dongeng Orong Agu Kode, yaitu sebagai sistem proyeksi, sebagai alat pendidik anak, dan sebagai penghibur. Hal itu disebabkan karena tujuan utama sastra lisan untuk menghibur, sebagai ekspresi estetis, dan salah satu sumber kepuasaan estetis bagi khalayaknya Amir, 2013:168. Sebagai alat pengesaan pranata-pranata dan sebagai alat pemaksa dan pengawas norma-norma masyarakat tidak termasuk dalam fungsi dongeng Orong Agu Kode dikarenakan dongeng tersebut diciptakan bukan untuk menjadi suatu ajaran yang harus ditaati masyarakatnya dan dilarang untuk melanggarnya, tetapi untuk dijadikan suatu ajaran yang dapat dikhayati oleh masyarakat. Menurut penulis, selain berfungsi sebagai pendidik dan sebagai hiburan, dongeng Orong Agu Kode juga memiliki fungsi kepercayaan. Berikut penjelasan fungsi-fungsi dongeng OAK bagi masyarakat Manggarai Barat.

5.3.1 Fungsi Pendidik

Menurut Koenjaraningrat, pendidikan dapat dipergunakan sebagai sarana untuk mempertebal keyakinan kepada warga masyarakat akan kebaikan adat istiadat kelompoknya. Selanjutnya cara yang lain untuk mempertebal keyakinannya anggota masyarakat akan kebaikan adat istiadat kelompoknya itu, ialah dengan apa yang disebut sugesti sosial atau social sugestion. Dalam hal ini kebaikan adat istiadat ditunjukan kepada warga masyarakatnya melalui cerita- cerita rakyat, yaitu dongeng-dongeng, cerita-cerita tentang karya orang-orang besar, cerita tentang pahlawan-pahlawan yang dikisahkan dapat berhasil meraih