3.4 Hasil Analisis
Ada empat varian dongeng OAK yang telah dilakukan perbandingan antarvarian. Perbandingan yang dilakukan ialah perbandingan struktur dan
perbandingan naskah. Perbandingan struktur dari keempat varian tersebut terdapat perbedaan dan persamaan. Perbedaannya yaitu terdapat pada tokohpenokohan
dan settinglatar. Tokoh pada teks A varian dongeng OAK ialah Orong, Kode, monyet betina, dan Tetua para monyet. Tokoh pada teks B ialah Orong, Kode,
monyet betina, dan para monyet. Tokoh pada teks C ialah Orong, Kode, monyet betina, dan para monyet. Tokoh pada teks D ialah Orong, Kode, Raja, dan para
monyet. Selain perbedaan pada tokohpenokohan terdapat pula pada setting atau latar. Terdapat dua jenis latar pada dongeng OAK yaitu latar tempat dan waktu.
Pada latar tempat dan waktu pada teks A ialah di sebuah batu, di atas pohon, pulau Dima, tengah laut, dan beberapa hari kemudian. Latar tempat dan waktu
teks B ialah di hutan, di sebuah batu, pulau seberang, pulau Komodo, tengah laut, dan pagi. Latar tempat dan waktu pada teks C ialah dibawah pohon, di pinggir
sungai, dan pulau seberang. Latar tempat dan waktu pada teks D ialah pulau Dima, sungai, di tengah laut, dan berbulan-bulan.
Persamaan struktur antarvarian dongeng OAK ialah tema, alur, dan sudut pandang. Tema dari keempat varian ialah pembalasan dendam. Alur dari keempat
varian ialah alur maju, sedangkan sudut pandang keempat varian tersebut ialah sudut pandang orang ketiga.
Perbandingan naskah antarvarian dongeng OAK semuanya memiliki persamaan, dari awal cerita, isi cerita, sampai akhir cerita. Perbedaannya hanya
terletak pada cara penceritaannya dari setiap narasumber. Awal cerita keempat varian dongeng tersebut menceritakan, bagaimana ulat mbahong masuk ke dalam
lubang hidung si Kode. Kode merasa sangat kesakitan dan mencari bantuan. Pada isi cerita keempat varian dongeng OAK mengenai tindakan jahat
Kode yang tidak tahu berterimakasih kepada Orong yang telah membantunya mengeluarkan ulat mbahong dari dalam lubang hidungnya dan juga pembalasan
dendam Orong kepada Kode. Sebelumnya ia telah berjanji pada Orong akan membiarkan ulat itu dimakan Orong sebagai imbalan. Karena tidak terima ulatnya
dimakan, Kode pun mencabuti semua bulu Orong hingga habis. Orong pun bernyanyi Par Cenung Hau O Leso, agar bulu-bulunya ditumbuhkan kembali.
Akhir cerita keempat varian dongeng tersebut memiliki kesamaan, yaitu tentang pembalasan dendam Orong terhadap Kode dan juga teman-temannya. Hal
itu terjadi dikarenakan Orong merasa sakit hati terhadap Kode yang telah mencabuti semua bulunya. Sebelum ia melakukan niat balas dendam, ada seekor
monyet betina yang sedang bunting memperingatkan Kode akan niat Orong yang ingin mencelakai Kode dan monyet lainnya karena monyet betina itu memiliki
firasat akan hal buruk yang menimpa Kode dan monyet lainnya. Peringatan monyet betina itu tidak didengarkan oleh Kode yang sudah tergiur dengan ajakan
Orong. Kode dan teman-temannya menaiki perahu yang terbuat dari tanah lodo, yang akan hancur jika terkena air. Orong membalas dendam kepada Kode dengan
cara menendang perahu yang dinaiki Kode dan teman-temannya sesama monyet,