Landasan Teori PENELAAHAN PUSTAKA
Macaranga tanarius L. merupakan tanaman yang tumbuh di daerah tropis
dan memiliki banyak kandungan serta manfaat Starr et al., 2003. Pemberian ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. jangka panjang 6 hari telah
dilaporkan memiliki efek pencegahan kenaikan aktivitas ALT dan AST tikus terinduksi CCl
4
Windrawati, 2013. Dari penelitian ini, dilakukan penelitian lanjutan yang meneliti FHEMM jangka waktu 6 hari pada tikus terinduksi CCl
4
. Menurut Harbourne et al. 2013 fitokimia menyusun kurang dari 10
matriks tanaman, oleh karena itu diperlukan ekstraksi untuk memperoleh sediaan dengan efek pencegahan kenaikan aktivitas ALT dan AST yang lebih poten. Proses
ekstraksi melibatkan pertama-tama difusi pelarut ke sel tanaman, pelarutan senyawa fitokimia dalam matriks tanaman, dan akhirnya difusi pelarut kaya-
fitokimia keluar dari sel tanaman. Dari ekstrak yang diperoleh dilakukan fraksinasi yaitu suatu usaha mengisolasi fraksi ekstrak untuk memperoleh sediaan yang lebih
poten dan untuk mengetahui lebih lanjut senyawa yang mungkin bertanggung jawab terhadap efek pencegahan kenaikan aktivitas ALT dan AST.
Maserasi merupakan salah satu metode ekstraksi solid-liquid. Metode maserasi merupakan metode yang cukup sederhana, sehingga relevan untuk
digunakan dalam eksplorasi senyawa pada daun Macaranga tanarius L. yang memiliki efek pencegahan kenaikan aktivitas ALT dan AST. Ekstrak metanol-air
1:1 daun Macaranga tanarius L. telah dibuktikan oleh Windrawati 2013 memiliki aktivitas hepatoprotektif sehingga tahap lebih lanjut dalam penelitian ini adalah
menguji bagian atau fraksi dari ekstrak tersebut sebagai upaya pengembangan
sediaan yang lebih poten dan pemahaman lebih lanjut mengenai senyawa yang bertanggung jawab terhadap aktivitas hepatoprotektif.
Pemilihan pelarut dipilih berdasarkan kemampuan disolusi pelarut kedalam sel tanaman, solubilisasi senyawa fitokimia dalam matriks tanaman dan
difusinya ke pelarut eksternal Harbourne et al. 2013. Prinsip umum dari kelarutan fitokimia dalam pelarut adalah pelarut non-polar akan mengekstraksi senyawa non-
polar, dan senyawa polar akan diekstraksi oleh pelarut polar. Koefisien partisi menggambarkan polaritas dari suatu senyawa Houghton and Raman, 1998.
Berdasarkan hal tersebut, pelarut heksan-etanol 1:1 dipilih sebagai pelarut fraksinasi karena memiliki koefisien partisi yang mirip dengan Macatannin B,
macatannin A, dan chebulagic acid. Heksan-etanol 1:1 yang dihitung
menggunakan perangkat lunak Marvin Sketch memiliki koefisien partisi 2,97, mirip dengan macatannin B, macatannin A, dan chebulagic acid yang memiliki koefisien
partisi 2,94, 2,76, dan 2,64. Berdasarkan hal tersebut, diketahui bahwa ketiga senyawa tersebut dapat difraksinasi dengan menggunakan pelarut heksan-etanol 1:1
dengan kandungan macatannin B yang paling banyak karena memiliki nilai koefisien partisi yang paling mirip. Dalam fraksi yang dibuat senyawa yang
terkandung belum dapat dipastikan spesifik mengisolasi tiga senyawa tersebut namun juga dapat mengandung senyawa lain yang mungkin bersinergi dengan
senyawa yang telah diketahui atau mungkin justru merupakan senyawa utama yang lebih bertanggung jawab terhadap aktivitas penurunan aktivitas serum ALT dan
AST Houghton and Raman, 1998.
Berdasarkan penjabaran di atas, maka fraksi yang diperoleh adalah fraksi yang memiliki kandungan tiga ellagitannin yang telah diketahui dan diberi nama
chebulagic acid , macatannin A, dan macatannin B, sebab
ellagitannin dikenal
memiliki aktivitas antioksidan Gil et al., 2000; Anderson et al., 2001; Mullen et al.
, 2002; Reddy et al., 2007. Senyawa antioksidan merupakan senyawa yang banyak diteliti sebagai agen hepatoprotektif untuk pengembangan terapi NAFLD
dan diketahui bahwa antioksidan vitamin E merupakan terapi farmakologis yang telah terbukti memberikan manfaat pada penderita NAFLD Watt, 2015.
Antioksidan juga diketahui dapat menangkap radikal bebas yang dihasilkan oleh CCl
4
sehingga akan mencegah kenaikan aktivitas serum ALT dan AST pada tikus terinduksi CCl
4
.