Pembuatan serbuk daun Macaranga tanarius L.

Maserasi dilakukan sambil digojog menggunakan orbital shaker Optima® dengan kecepatan 140 rpm bertujuan untuk mempercepat proses pengambilan fitokimia dari matriks tanaman. Maserasi dilakukan selama 24 jam untuk memastikan fitokimia telah terambil dari matriks tanaman dan pelarut telah jenuh. Perbandingan serbuk atau ekstrak dengan pelarutnya masing-masing adalah 1:5 dengan tujuan untuk memperoleh lebih banyak fitokimia dari matriks tanaman. Remaserasi dilakukan dua kali juga untuk mengekstraksi lebih banyak fitokimia dari matriks tanaman. Penyaringan pada saat ekstraksi digunakan untuk memisahkan pelarut yang kaya kandungan fitokima dari bahan tanaman Harbourne et al. , 2013. Proses penguapan pelarut dari ekstrak dilakukan untuk menguapkan pelarut dan mendapatkan ekstrak kental. Penguapan dilakukan hingga bobot tetap atau perbedaan antara dua penimbangan dengan selang 1 jam berturut-turut tidak lebih dari 0,25 untuk memastikan bahwa pelarut sudah teruapkan semua. Pada proses pembuatan ekstrak kental, dilakukan penguapan pada suhu cukup tinggi yaitu 80ºC karena pelarut metanol-air sulit untuk diuapkan pada suhu yang lebih rendah dan tekanan rotary vacuum evaporator IKAVAC® tidak bisa diatur. Fischer, Carle, dan Kammerer 2013 melaporkan bahwa ellagitannin tidak mengalami degradasi bahkan dengan pemanasan hingga 90 ºC. Dalam penelitian ini pembuatan FHEMM dari serbuk menghasilkan rendemen sebesar 3,51.

6. Pembuatan FHEMM

Ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. difraksinasi dengan merendam tiap 1,0 g Ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. dengan 5,0 mL pelarut heksan-etanol 1:1 perbandingan ekstrak-pelarut 1:5, kemudian dimaserasi selama 24 jam sambil digojog menggunakan orbital shaker Optima® dengan kecepatan 140 rpm. Hasil maserasi disaring dengan kertas saring. Residu ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. di remaserasi sebanyak 2 kali dengan menambakan pelarut heksan-etanol 1:1 baru dengan jumlah yang sama. Fraksi cair yang diperoleh, diuapkan menggunakan oven dengan suhu 50 o C hingga menjadi fraksi kental yang memiliki bobot tetap atau perbedaan antara dua penimbangan dengan selang 1 jam berturut-turut tidak lebih dari 0,25. Sama halnya dengan proses ekstraksi, maserasi dilakukan sambil digojog menggunakan orbital shaker Optima® dengan kecepatan 140 rpm bertujuan untuk mempercepat proses pengambilan fitokimia dari matriks tanaman. Maserasi dilakukan selama 24 jam untuk memastikan fitokimia telah terambil dari matriks tanaman dan pelarut telah jenuh. Perbandingan serbuk atau ekstrak dengan pelarutnya masing-masing adalah 1:5 dengan tujuan untuk memperoleh lebih banyak fitokimia dari matriks tanaman. Remaserasi dilakukan dua kali juga untuk mengekstraksi lebih banyak fitokimia dari matriks tanaman. Penyaringan pada saat fraksinasi bertujuan untuk memisahkan pelarut yang kaya kandungan fitokimia dituju dengan residu ekstrak kental Harbourne et al., 2013. Proses penguapan pelarut dari fraksi prinsipnya juga sama dengan penguapan pelarut dari ekstrak yaitu untuk menguapkan pelarut dan mendapatkan fraksi kental. Penguapan dilakukan hingga bobot tetap atau perbedaan antara dua penimbangan dengan selang 1 jam berturut-turut tidak lebih dari 0,25 untuk

Dokumen yang terkait

Pengaruh pemberian fraksi heksan-etanol dari ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. jangka panjang 6 hari terhadap aktivitas alkaline phosphatase pada tikus betina galur wistar terinduksi karbon tetraklorida.

0 2 118

Pengaruh pemberian jangka panjang fraksi heksan-etanol dari ekstrak metanol-air daun macaranga tanarius (L) Müll. Arg. terhadap kadar albumin pada tikus betina galur wistar terinduksi karbon tetraklorida.

0 4 125

Efek hepatoprotektif pemberian jangka pendek 6 jam fraksi heksan-etanol dari ekstrak metanol-air Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. terhadap kadar alt-ast pada tikus terinduksi karbon tetraklorida.

0 4 139

Pengaruh pemberian jangka pendek 6 jam fraksi heksan etanol dari ekstrak metanol Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. terhadap kadar albumin pada tikus terinduksi karbon tetraklorida.

0 2 123

Pengaruh pemberian jangka pendek fraksi heksan-etanol dari ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. terhadap aktivitas alkaline phosphatase pada tikus terinduksi karbon tetraklorida.

0 7 136

Pengaruh pemberian jangka pendek fraksi heksan-etanol dari ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. terhadap aktivitas alkaline phosphatase pada tikus terinduksi karbon tetraklorida.

0 4 135

Pengaruh pemberian jangka panjang fraksi heksan-etanol dari ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. terhadap kadar bilirubin pada tikus terinduksi karbon tetraklorida.

0 1 133

Efek hepatoprotektif jangka panjang fraksi heksan-etanol ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. terhadap aktivitas laktat dehidrogenase pada tikus betina galur wistar terinduksi karbon tetraklorida.

0 2 132

Efek hepatoprotektif ekstrak metanol:air (50:50) daun macaranga tanarius L. terhadap kadar ALT-AST serum pada tikus terinduksi karbon tetraklorida.

0 1 123

Efek hepatoprotektif ekstrak metanol:air (50:50) daun macaranga tanarius L. terhadap kadar ALT-AST serum pada tikus terinduksi karbon tetraklorida - USD Repository

0 0 121