pembesaran hepatosit dan tekanan intrahepatik pada penyakit perlemakan hati alkoholik, walaupun hal ini masih diperdebatkan Burt et al., 2012.
Penggelembungan hepatosit menggelembung dapat dikenali dengan mudah terutama ketika terdapat badan Mallory-Denk, yang sebelumnya disebut
Mallory’s hyalin atau alcoholic hyalin. Walaupun demikian, tidak semua penggelembungan hepatosit mengandung agregat sitoskeletal intrasitoplasmik ini,
dan beberapa dapat saja mengandung droplet lemak. Pada akhirnya, penggelembungan dapat menjadi sebuah manifestasi struktural dari gangguan
mikrotubular Burt et al., 2012. Badan Mallory-Denk merupakan kondisi yang terdapat dalam
steatohepatitis alkoholik dan non alkoholik, namun juga terlihat memiliki kaitan dengan kolestatis yang terjadi pada penyakit seperti sirosis bilier primer, pada
Wilson disease , sirosis Indian childhood, hiperplasia nodular fokal, dan karsinoma
hepatoseluler. Mereka telah diproduksi secara eksperimental menggunakan bervariasi agen, termasuk griseofulvin, dietilnitrosamin, dan 3,5-dietoksi carbonil-
1,4 dihidrokolidin DDC. Struktur ultra dengan bentuk berbeda dari badan Mallory-Denk
dideskripsikan menjadi tiga tipe. Tipe I terdiri dari bundel filamen dalam susunan paralel, tipe II dianggap sebagai kelompok fibril berorientasi secara
acak, tipe III diidentifikasi berbentuk granular atau bahan amorf yang hanya mengandung fibril tersebar Burt et al., 2012.
Hepatosit menggelembung pada steatoheoatitis dapat menjadi menifestasi cedera progresif yang dapat berujung pada nekrosis litik. Sel-sel tersebut termasuk
yang mengandung badan Mallory-Denk tidak akan mengalami kematian sel secara langsung dan dapat bertahan untuk waktu yang lama hingga bulanan. Kematian sel
dalam steatohepatitis juga terjadi melalui apoptosis dan terdapat hubungan antara jumlah sel apoptosis dengan tingkat keparahan penyakit. Nekrosis konfluen dan
penghubung jarang terlihat dalam perlemakan hati namun dapat diamati pada penyakit hati alkoholik yang parah, yang disebut nekrosis hialin sklerosing pusat,
dan terlihat pada beberapa kasus steatohepatitis yang terjadi setelah operasi jejunoileal bypass.
Inflamasi yang menyertai cedera sel bervariasi intensitasnya dan sifat selularnya. Pada kebanyakan penyakit perlemakan hati, inflamasi lobular
bercampur, dan terdapat polimorfi neutrofil, limfosit, dan makrofag. Jumlah netrofil pada umumnya lebih banyak pada steatohepatitis alkoholik dari pada NASH,
namun pada keduanya terlihat mengitari hepatosit menggelembung yang mengandung badan Mallory-Denk, yang disebut satellitosis. Inflamasi saluran
portal dapat terjadi pada semua bentuk steatohepatitis. Kondisi ini utamanya limfositik pada NASH, sedangkan pada penyakit hati alkoholik dapat bercampur
Burt et al., 2012. Mirip dengan bentuk penyakit hati kronis lainnya, nekroinflamasi dari
steatohepatitis biasanya disertai dengan fibrosis hepatik. Fibrosis hepatik mencerminkan ketidakseimbangan antara produksi dan degradasi maktriks
ektraseluler. Penyakit perlemakan hati dikaitkan dengan beberapa karakter khusus dari pola fibrosis, walaupun tidak sepenuhnya spesifik Burt et al., 2012.
3. Patogenesis perlemakan hati
Mekanisme patogenesis dari perlemakan hati akibat konsumsi alkohol berlebih masih banyak diperdebatkan. Terdapat beberapa mekanisme yang
didukung oleh bukti dari penelitian-penelitian pada hewan dan manusia. Mekanisme yang pertama dan paling langsung adalah metabolisme biokimia hati
Gambar 9 yang menghasilkan steatosis dan stres oksidatif. Yang kedua adalah adanya pelepasan sitokin sebagai akibat peningkatan endotoksin derivat-usus
sebagai yang diantarkan ke hati melalui vena portal. Yang ketiga adalah respon
Gambar 9.
Metabolisme alkohol Burt et al., 2012
imun adaptif yang dihasilkan sebagai pengembangan antigen baru dengan intermediet reaktif yang dihasilkan dua mekanisme pertama Stewart and Day,
2012. Alkohol mudah diabsorpsi dari saluran gastrointestinal dan didistribusikan
ketubuh, proposional dengan jumlah cairan didalam jaringan. Kurang dari 10 dieliminasi melalui melalui paru-paru dan ginjal, sisanya mengalami oksidasi
didalam tubuh, terutama di hati. Hal inilah yang diduga menyebabkan gangguan metabolik dalam hati. Metabolisme alkohol didalam hati dibagi menjadi tiga jalur
yaitu jalur dehidrogenase alkohol, jalur katalase, dan sistem oksidasi etanol mikroma Gambar 9 Burt et al., 2012.
Pada NAFLD, penderita mengalami kondisi patologis yang mirip dengan perlemakan hati alkoholik namun penderita bukan seorang alkoholik. Steatosis
mikrovesikular dan makrovesikular hepatosit menunjukkan akumulasi trigliserida dalam bentuk droplet yang dikelilingi oleh membran fosfolipid monolayer.
Hepatosit memiliki kapasitas tangguh untuk mensintesis trigliserida dari asam lemak bebas atau free fatty acid FFA, dengan hanya dibantu oleh enterosit usus
kecil dan epitel kelenjar susu. Asam lemak yang digunakan untuk membuat trigliserida sebagian besar merupakan derivat dari penyerapan asam lemak di
sirkulasi darah yang diproduksi oleh adiposit lipolisis. Sebagian kecil asam lemak di hepatosit disintesis melalui proses lipogenesis de novo DNL menggunakan
kelebihan karbohidrat dan asam amino sebagai prekusor asetil koenzim-A. Suatu penilitian menunjukkan bahwa sintesis asam lemak baru hanya berkontribusi 5
dari asam lemak yang digunakan hepatosit untuk memproduksi trigliserida, namun bagian ini meningkat menjadi 25 pada penderita NASH Burt et al., 2012.
NAFLD dikaitkan dengan adanya gangguan homeostasis energi. Jaringan adiposa memiliki peranan penting dalam homeostasis energi. Jaringan adiposa
bertindak sebagai tempat penyimpanan energi. Energi yang disimpan akan dilepaskan saat tubuh membutuhkan energi. Selama periode kelebihan kalori,
energi yang berlebih disimpan sebagai trigliserida yang merupakan bentuk penyimpanan yang paling efisien karena FFA menghasilkan lebih banyak energi
daripada oksidasi protein dan karbohidrat. Ketika tubuh membutuhkan energi, trigliserida jaringan adiposa akan mengalami lipolisis untuk melepaskan FFA dan
gliserol yang dapat diambil oleh hati. Hal ini diregulasi oleh profil adipokin pada jaringan adiposa dan beberapa hormon, termasuk insulin Puri and Sanyal, 2012.
Trigliserida yang baru disintesis secara normal bergabung menjadi partikel lipoprotein berdensitas sangat rendah atau very low density lipoprotein VLDL
didalam hati yang kemudian disekresikan kedalam sirkulasi darah. Proses ini kompleks dan membutuhkan gen apo B100 yang normal, asam amino yang
memadai untuk mensintesis apo B100, lipidasi normal apo B100 oleh microsomal triglyceride transfer protein
MTP, kolin fosfatidil kolin dan kolesterol ester yang memadai, seta mekanisme sekresi yang utuh. Karena lengkapnya faktor yang
mempengaruhi sekresi lemak hati, kelainan genetik dan defisiensi nutrisi dapat memberikan fenotip umum steatosis. Dua penyakit genetik yang disebabkan
kegagalan MTP untuk melipidase apo B100 yaitu hypobetalipoproteinaemia dan