berpotensi memberikan manfaat namun pada penelitian lebih lanjut terbukti tidak memberikan manfaat adalah ursodiol dan betaine. Terapi vitamin E menunjukkan
adanya perbaikan kadar aminotransferase dan bukti biopsi menunjukkan perbaikan steatosis
dan inflamasi Watt, 2015.
F. Aminotranferase
Alanin aminotransferase ALT dan aspartat aminotransferase AST merupakan dua aminotransferase yang biasa digunakan dalam tes fungsi hati atau
liver function test LFT. Enzim ini mengkatalis
pemindahan grup α-amino aspartat dan alanin ke grup α-keto asam ketoglutarik, secara berurutan menghasilkan
pembentukan asam oksaloasetil dan asam piruvat. Enzim tersebut berperan dalam glukogenesis dengan memfasilitasi sintesis glukosa dari sumber nanokarbohidrat.
AST terdapat pada mitokondria 80 dan sitosol 20 dari hepatosit, tapi ALT hanya ditemukan di sitosol. ALT utamanya terdapat di hati, sedangkan AST
terdapat di beberapa jaringan termasuk hati, jantung, otot rangka, ginjal, otak, pankreas, paru-paru, leukosit, dan eritrosit. Kadar serum AST biasanya meningkat
pada penyakit jantung dan otot. Kadar AST dan ALT membutuhkan piridoksal 5’-
fosfat sebagai kofaktor dan keduanya dapat berada di serum dalam bentuk apoenzim dan holoenzim Poynard and Imbert-Bismut, 2012.
Aminotransferase secara normal terdapat pada serum dengan konsentrasi yang rendah. Peningkatan nilai serum ALT dan AST berhubungan dengan sel pada
jaringan yang kaya aminotransferase atau adanya perubahan permeabilitas membran sel, sehingga enzim tersebut dilepaskan dari jaringan. Aktivitas enzim
hati yang berada di serum menggambarkan tingkat pelepasan enzim dari hati ke sirkulasi dan pengeliminasian enzim dari sirkulasi. Aktivitas AST dan ALT di sel
hati 1000 kali lebih besar daripada aktivitas di serum, sehingga semakin banyak sel hati yang mati maka aktivitas aminotransferase di plasma akan meningkat. Pada
kebanyakan keadaan, tingkat pengeliminasian dari sirkulasi relatif tetap konstan Herlong and Mitchell Jr., 2012.
Kadar serum AST dan ALT meningkat pada hampir semua penyakit hati. Pada keadaan yang langka, isolasi peningkatan AST pada serum mungkin
dikarenakan pembentukan makroenzim dengan pengikatan AST pada imunoglobulin Ig. Kompleks tersebut memiliki massa molekular yang lebih tinggi
dan pengeliminasian tertunda yang menyebabkan peningkatan jumlah enzim yang tersirkulasi. Kompleks AST-IgA pada penderita dewasa telah dilaporkan memiliki
hubungan dengan kanker hati atau penyakit hati kronis. Makroenzim secara umum tidak dianggap sebagai bentuk patologis, tetapi peningkatan nilai enzim yang terus-
menerus dapat menyebabkan tes diagnosis berkali-kali sehingga merugikan secara ekonomi Poynard and Imbert-Bismut, 2012.
Nilai ALT normal pada pria adalah kurang dari 45 UI sedangkan pada wanita adalah kurang dari 34 UI. Nilai AST normal pada pria adalah kurang dari
35 UI sedangkan pada wanita adalah kurang dari 31 UI Kuntz and Kuntz, 2008. Pada penyakit hati peningkatan tertinggi 20 kali atau 1000 UL terjadi pada
hepatitis viral yang parah, nekrosis hepatik terinduksi obat atau racun, shok sirkulasi hepatitis iskemik. Walaupun kadar enzim dapat menggambarkan
nekrosis hepatoseluler, namun mereka tidak berkorelasi dengan hasil akhirnya. Penurunan kadar ALT dan AST dapat mengindikasikan adanya perbaikan ataupun
prognosis yang buruk karena hepatosit yang tersisa tinggal sedikit. Peningkatan menengah 3-20 kali kadar serum aminotransferase biasanya terjadi pada hepatitis
akut atau kronis, termasuk hepatitis viral dan hepatitis autoimun, serta hepatitis terinduksi obat dan alkohol. Peningkatan yang ringan 1-3 kali dari kadar
aminotransferase terlihat pada perlemakan hati, NASH, toksisitas obat dan hepatitis C kronis Thapa and Walia, 2007; Poynard and Imbert-Bismut, 2012.
G. Karbon Tetraklorida
Karbon tetraklorida merupakan cairan jernih, tidak berwarna dan mudah menguap dengan karakteristik bau khas yang tidak mengiritasi. Karbon tetraklorida
dapat bercampur dengan kebanyakan solven alifatik dan CCl
4
sendiri merupakan suatu solven. Kelarutan CCl
4
didalam air rendah. Karbon tetraklorida memiliki sifat yang tidak mudah terbakar dan stabil dengan adanya udara dan cahaya.
Dekomposisi dari CCl
4
dapat menghasilkan fosgen, karbon dioksida dan asam hidroklorik World Health Organization, 1999.
Karbon tetraklorida pada awalnya digunakan sebagai bahan pembersih yang digunakan untuk industri maupun rumah tangga. Senyawa haloalkana ini tidak
lagi digunakan untuk kepentingan ini setelah diketahui bersifat hepatotoksik dan karsinogenik. Saat ini CCl
4
terbukti sangat berguna sebagai model eksperimental untuk penelitian efek hepatotoksik Weber et al., 2003.