dihipotesiskan bahwa lemak etopik dapat menjadi mekanisme pertahanan terhadap lipotoksisitas serta adanya subjek dengan NAFLD yang berkembang menjadi
NASH dan sirosis hanya merupakan konsekuensi sekunder akibat peningkatan inflamasi dan spesies oksigen reaktif Gaggini et al., 2013.
Kemunculan patogenesis NASH model lipotoksisitas Gambar 11 berasal dari pembentukan metabolit asam lemak non-trigliserida yang utamanya
bertanggung jawab terhadap cedera hepatoseluler dan kematian yang mencirikan
Gambar 11.
Peran Utama Lipotoksisitas dalam NASH Burt et al., 2012
NASH. Sumber primer dari asam lemak hepatoseluler diambil dari FFA di sirkulasi dan sintesis asam lemak baru DNL. Asam lemak secara normal akan dieliminasi
melalui jalur oksidatif dan pensekresian. Ketika jalur ini mengalami gangguan spesies lipotoksik dapat dibentuk. Akumulasi dari trigliserida dalam droplet lipid
bisa jadi merupakan respon protektif adaptif yang terjadi ketika pembentukan dan sekresi trigliserida sebagai VLDL tidak cukup untuk menangani jumlah trigliserida
yang disintesis Burt et al., 2012. Faktor lainnya yang juga meningkatkan kemungkinan terkena NASH
diantaranya adalah resistensi insulin di tingkat jaringan adiposa yang menghasilkan kegagalan untuk menekan lipolisis, serta DNL berlebih di hati yang disebabkan
oleh substrat yang berlebih biasanya adalah karbohidrat. Pengambilan sisa-sisa sirkulasi lipoprotein misalnya sisa silomikron, sisa lipoprotein densitas rendah
sedikit berkontribusi pada beban FFA hepatoseluler. Hal lain yang juga berpotensi sebagai sumber penting FFA hepatoseluler adalah pergantian droplet lipid, baik
melalui enzim lipolitik seperti lipase trigliserida adiposa atau pemecahan lisosomal konten autofagosom. Jalur oksidatif membentuk spesies oksigen reaktif yang dapat
dikaitkan dengan stres oksidatif, namun peran yang lebih luas dari proses ini dalam patogenesis NASH belum didemonstrasikan Burt et al., 2012.
6. Terapi NAFLD dan NASH
Perlemakan hati pada hakekatnya merupakan manifestasi hepatik dari metabolik sindrom. Terapi harus fokus melawan komponen terpisah dan faktor
resiko untuk gangguan ini, seperti obesitas, hiperlipidemia, dan diabetes. Penderita
NAFLD tanpa gejala dari kerusakan hati dan fibrosis dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga terapi farmakologi hanya dipertimbangkan untuk penderita
NASH Mashav and Shibolet, 2015. Penurunan berat badan terutama jika secara bertahap, dapat meningkatkan
fitur histologis. Akan tetapi tingkat penurunan berat badan yang dibutuhkan untuk normalisasi fitur histologis masih belum ditetapkan secara jelas. Penurunan berat
badan secara drastis atau diet kalori yang terlalu rendah dapat menyebabkan memburuknya fitur histologis sehingga harus dihindari. Penurunan berat badan
setidaknya 5 dari berat badan awal telah menunjukkan adanya perbaikan kadar ALT pada NASH, dan penurunan berat badan 7 sampai 10 dapat menghasilkan
perbaikan histologis Watt, 2015. Untuk mempertahankan berat badan tetap terkontrol terasa sulit untuk
kebanyakan penderita obesitas, sehingga penggunaan obat-obatan untuk secara langsung menurunkan keparahan kerusakan hati tanpa penurunan berat badan
merupakan sebuah alternatif yang menarik. Manajemen kesehatan dari sindrom metabolik penting, namun terapi farmakologis juga dapat memberikan keuntungan
pada penderita yang tidak mempunyai sindrom metabolik. Sampai dengan saat ini, hasil penelitian awal menunjukkan bahwa obat penyensitif insulin, antioksidan,
obat penurun kadar lipid, dan beberapa obat hepatoprotektif memiliki potensi memberikan keuntungan. Kebanyakan penelitian ini masih dalam tahap penelitian
lebih lanjut. Terapi farmakologis yang sudah cukup terbukti memberikan manfaat adalah vitamin E, sedangkan terapi farmakologis yang pada awal penelitian
berpotensi memberikan manfaat namun pada penelitian lebih lanjut terbukti tidak memberikan manfaat adalah ursodiol dan betaine. Terapi vitamin E menunjukkan
adanya perbaikan kadar aminotransferase dan bukti biopsi menunjukkan perbaikan steatosis
dan inflamasi Watt, 2015.
F. Aminotranferase
Alanin aminotransferase ALT dan aspartat aminotransferase AST merupakan dua aminotransferase yang biasa digunakan dalam tes fungsi hati atau
liver function test LFT. Enzim ini mengkatalis
pemindahan grup α-amino aspartat dan alanin ke grup α-keto asam ketoglutarik, secara berurutan menghasilkan
pembentukan asam oksaloasetil dan asam piruvat. Enzim tersebut berperan dalam glukogenesis dengan memfasilitasi sintesis glukosa dari sumber nanokarbohidrat.
AST terdapat pada mitokondria 80 dan sitosol 20 dari hepatosit, tapi ALT hanya ditemukan di sitosol. ALT utamanya terdapat di hati, sedangkan AST
terdapat di beberapa jaringan termasuk hati, jantung, otot rangka, ginjal, otak, pankreas, paru-paru, leukosit, dan eritrosit. Kadar serum AST biasanya meningkat
pada penyakit jantung dan otot. Kadar AST dan ALT membutuhkan piridoksal 5’-
fosfat sebagai kofaktor dan keduanya dapat berada di serum dalam bentuk apoenzim dan holoenzim Poynard and Imbert-Bismut, 2012.
Aminotransferase secara normal terdapat pada serum dengan konsentrasi yang rendah. Peningkatan nilai serum ALT dan AST berhubungan dengan sel pada
jaringan yang kaya aminotransferase atau adanya perubahan permeabilitas membran sel, sehingga enzim tersebut dilepaskan dari jaringan. Aktivitas enzim