Histologi Hati PENELAAHAN PUSTAKA
Kanalikuli empedu kanal kecil empedu merupakan saluran kecil diantara hepatosit yang menampung empedu hasil produksi hepatosit. Empedu dari
kanalikuli empedu akan dibawa ke duktuli empedu kemudian menuju ke duktus empedu saluran empedu. Duktus hepatik kanan dan duktus hepatik kiri,
bergabung membentuk saluran yang lebih besar dan keluar dari hati, saluran ini disebut duktus hepatik umum. Duktus hepatik umum bertemu dengan duktus
sistikus dari kandung empedu membentuk saluran yang disebut duktus empedu umum. Empedu kemudian akan masuk kedalam usus dua belas jari untuk
menjalankan perannya dalam pencernaan Tortora and Derrickson, 2014. Sinusoid hepatik merupakan kapiler darah yang memiliki permeabilitas
tinggi yang terletak diantara jejeran hepatosit yang memperoleh darah teroksigenasi dari cabang arteri hepatik dan darah terdeoksigenasi yang kaya nutrien dari cabang
vena portal hepatik yang membawa darah dari organ-organ gastrointestinal dan limpa ke hati. Sinusoid hepatik mengirimkan darah ke vena sentral, kemudian
darah dari vena sentral mengalir ke vena hepatik, yang mengalir ke vena cava inferior. Dalam sinusoid hepatik juga terdapat fagosit yang disebut stelat
retikuloendotelia atau sel kupffer atau makrofag hepatik Tortora and Derrickson, 2014.
Sel Kupffer merupakan makrofag hepatik yang terderivasi dari monosit yang tersirkulasi di darah dan berasal dari sumsum tulang. Sel Kupffer menetap
dalam waktu yang lama di hati dan terletak di lumen sinusoid menempel pada permukaan endotelial. Sel tersebut memiliki peranan penting dalam sistem fagosit
mononuklear yang bertanggung jawab terhadap pemusnahan debris seluler dan
mikrobial dari sirkulasi, dan untuk sekresi sitokin yang terlibat dalam sistem pertahanan. Sel ini bersama dengan limpa, dalam keadaan normal berfungsi dalam
memusnahkan sel darah merah yang sudah tua atau rusak dari sirkulasi hepatik Standring et al., 2008.
Hepatosit, sistem duktus empedu, dan sinusoid hepatik dapat disusun menjadi unit anatomis dan fungsional dalam 3 bentuk berbeda Gambar 5, yaitu
lobulus hepatik, lobulus portal, dan asinus hepatik. Lobulus hepatik telah bertahun- tahun dideskripsikan oleh ahli anatomi sebagai unit fungsional hati. Menurut model
ini, tiap lobulus hepatik berbentuk heksagon struktur segi enam. Pada bagian tengah lobulus hepatik adalah vena sentral yang dikelilingi oleh barisan hepatosit
Gambar 5.
Perbandingan Tiga Unit Struktural dan Fungsional Hati Tortora and Derrickson, 2014
dan sinusoid hepatik. Pada tiga sudut heksagon terletak triad portal gabungan duktus empedu, cabang arteri hepatik, dan cabang vena hepatik. Model ini
didasarkan pada deskripsi dari hati babi dewasa. Pada hati manusia, sulit untuk mendefinisikan lobulus hepatik denga baik karena diselubungi oleh lapisan jaringan
penghubung yang tebal Tortora and Derrickson, 2014. Model lobulus portal menekankan fungsi eksokrin dari hati, yaitu sekresi
empedu. Oleh karena itu, triad portal duktus empedu menjadi pusat dari lobulus portal. Lobulus portal berbentuk segitiga yang ditentukan dengan garis lurus
imajiner yang menghubungkan tiga vena sentral dekat triad portal Gambar 5. Model ini tidak digunakan secara luas Tortora and Derrickson, 2014.
Pada beberapa tahun terakhir, unit struktural dan fungsional hati yang lebih disukai adalah model asinus hepatik karena memberikan deskripsi dan interpretasi
logis mengenai pola dari penyimpanan dan pemecahan glikogen, serta hubungan efek toksik, degenerasi, dan regenerasi terhadap kedekatan zona asinar ke cabang
triad portal. Setiap asinus hepatik merupakan kurang lebih massa oval yang mencakup bagian-bagian dari dua lobulus hepatik yang bersebelahan. Poros pendek
asinus hepatik ditentukan oleh cabang portal triad yang terdapat disepenjang perbatasan lobulus hepatik. Poros panjang dari asinus hepatik ditentukan oleh dua
garis lengkung imajiner yang menghubungkan dua vena sentral yang paling dekat dengan sumbu pendek Gambar 5 Tortora and Derrickson, 2014.
Hepatosit pada asinus hepatik tersusun dalam 3 zona Gambar 6 diseputaran poros pendek, tanpa batasan yang presisi diantara zona-zona ini. Sel
pada zona 1 adalah yang paling dekat dengan cabang triad portal dan yang pertama menerima oksigen, nutrien, dan toksin dari darah yang datang. Sel ini adalah yang
pertama menerima glukosa dan menyimpannya dalam bentuk glikogen setelah makan dan yang pertama memecah glikogen menjadi glukosa ketika puasa. Sel ini
juga yang pertama mengalami perubahan morfologi setelah terjadi obstruksi duktus empedu atau eksposur senyawa toksin. Sel zona 1 adalah yang pertama mati ketika
terdapat gangguan sirkulasi dan yang pertama beregenerisasi. Sel pada zona 3 adalah yang terjauh dari cabang triad portal dan yang terakhir menerima efek dari
gangguan sirkulasi, dan yang terakhir beregenerisasi. Sel zona 3 juga merupakan yang pertama menunjukkan bukti dari adanya akumulasi lemak. Sel pada zona 2
memiliki karakteristik struktural dan fungsional pertengahan antara sel zona 1 dan 3 Tortora and Derrickson, 2014.
Gambar 6.
Asinus Hepatik Tortora and Derrickson, 2014