Hasil Kromatografi Lapis Tipis Ekstrak Kacang Hijau

D. Hasil Kromatografi Lapis Tipis Ekstrak Kacang Hijau

Kromatografi lapis tipis merupakan proses pemisahan menggunakan fase diam dan fase gerak. Fase diam yang digunakan dalam penelitian ini adalah silika gel 60 F 254 untuk kromatografi lapis tipis, sedangkan untuk menentukan fase gerak yang akan digunakan perlu adanya optimasi fase gerak. Fase gerak dalam penelitian ini berfungsi sebagai pelarut pengembang yang bergerak secara menaik disepanjang fase diam. Dalam penelitian ini optimasi fase gerak dilakukan dengan menggunakan 3 jenis fase gerak, yaitu n-heksana : etil asetat 2:3 vv sebagai fase gerak nonpolar, kloroform : metanol 7:3 vv sebagai fase gerak semipolar, etil asetat : asam formiat : asam asetat glasial : air 100:11:11:20 vv sebagai fase gerak polar. Fase gerak yang digunakan dalam KLT harus memiliki kemurnian yang tinggi, sehingga digunakanlah pelarut pro analisis dalam penelitian ini. Gambar 2. Hasil optimasi fase gerak kromatografi lapis tipis ekstrak kacang hijau A = n-heksana : etil asetat 2:3 vv; B = kloroform : metanol 7:3 vv; C = etil asetat : asam formiat : asam asetat glasial : air 100:11:11:20 vv Tabel II. Hasil optimasi fase gerak kromatografi lapis tipis ekstrak kacang hijau Fase gerak Rf Visual Deteksi UV 254 nm N-heksana : etil asetat 2:3 vv 0,40 - 0,50 Bercak kuning Tidak meredam Kloroform : metanol 7:3 vv 0,40 - 0,49 - Meredam +++ 0,75 – 0,84 Bercak kuning - 0,85 – 0,89 Bercak hijau - Etil asetat : asam formiat : asam asetat glasial : air 100:11:11:20 vv 0,40 – 0,49 - Meredam ++ 0,50 – 0,59 - Meredam +++ 0,60 – 0,69 Bercak kuning Meredam +++ Keterangan ketebalan bercak : + = tipis ; ++ = sedang; +++ = tebal ; ++++ = sangat tebal Berdasarkan hasil optimasi fase gerak tersebut kromatografi lapis tipis dari ekstrak kacang hijau dengan menggunakan fase gerak n-heksana : etil asetat 2:3 vv terdapat 1 bercak berwarna kuning secara visual pada Rf sekitar 0,40 – 0,50. Sedangkan hasil pada KLT ekstrak kacang hijau dari fase gerak kloroform : metanol 7:3 vv menghasilkan bercak pemisahan kuning pada Rf sekitar 0,75 – 0,84 dan hijau pada Rf sekitar 0,85 – 0,89, fase gerak etil asetat : asam formiat : asam asetat glasial : air 100:11:11:20 vv menghasilkan bercak pemisahan kuning pada Rf sekitar 0,60 – 0,69. Selain pengamatan secara visual, dilakukan pula deteksi secara fisik dengan menggunakan sinar ultraviolet, bertujuan untuk menampakkan bercak dengan flouresensi dibawah sinar UV, sehingga diharapkan akan terlihat bercak yang lebih jelas untuk senyawa yang mampu berflouresensi. Berdasarkan hasil pemisahan KLT dan pengamatan menggunakan sinar UV 254 nm dari ketiga fase gerak tersebut, hasil pemisahan KLT menggunakan fase gerak n-heksana: etil asetat 2:3 vv menunjukkan tidak ada bercak yang meredam di UV 254 nm. Sedangkan pemisahan menggunakan fase gerak kloroform : metanol 7:3 vv muncul 1 bercak meredam pada Rf sekitar 0,40 – 0,49 dan fase gerak etil asetat : asam formiat : asam asetat glasial : air 100:11:11:20 vv muncul 3 bercak meredam pada Rf sekitar 0,40 – 0,49, 0,50 – 0,59, 0,60 – 0,69. Dapat dikatakan bahwa pemisahan KLT ekstrak kacang hijau kurang baik dengan menggunakan fase gerak n-heksana : etil asetat 2:3 vv dan untuk memastikan fase gerak yang paling optimum maka akan dipandu dengan hasil uji kualitatif aktivitas penangkapan radikal bebas.

E. Hasil Uji Kualitatif Penangkapan Radikal Bebas Ekstrak Kacang