Hasil Triturasi METODE PENELITIAN

Hasil positif munculnya zona jernih ekstrak kacang hijau muncul di Rf sekitar 0,70, namun pada Rf tersebut tidak teramati adanya bercak secara visual maupun dengan bantuan sinar ultraviolet. Oleh karena itu peneliti melakukan deteksi dengan pereaksi sulfat 5 vv, untuk mengoksidasi solut – solut organik, sehingga akan muncul bercak coklat hingga hitam pada pelat KLT. Setelah deteksi dengan pereaksi asam sulfat 5 vv dilakukan, terlihat ekstrak kacang hijau memiliki 4 bercak seperti yang tertera pada tabel tabel XI, hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya terdapat senyawa pada Rf 0,70.

J. Hasil Triturasi

Proses triturasi dilakukan sebagai proses clean up terhadap ekstrak kacang hijau dalam jumlah yang sedikit. Pelarut n-heksana dan kloroform : metanol 7:3 vv digunakan dalam proses triturasi ini. Fase lemak dan klorofil diharapkan masuk dalam hasil triturasi n-heksana. Uji perbandingan profil KLT dilakukan antara ekstrak kacang hijau, hasil triturasi n-heksana, hasil triturasi kloroform : metanol 7:3 vv, perbandingan ini dimaksudkan untuk untuk mengetahui komposisi yang terkandung dalam ekstrak kacang hijau, masih tercakup dalam hasil triturasi atau tidak. Gambar 12. Hasil KLT ekstrak dan hasil triturasi A1 = ekstrak kacang hijau secara visual; A2 = triturasi n-heksana secara visual; A3 = triturasi klorofom:metanol 7:3 secara visual; B1 = ekstrak kacang hijau di UV 254 nm; B2 = triturasi n-heksana di UV 254 nm; B3 = triturasi klorofom:metanol 7:3 di UV 254nm; C1 = ekstrak kacang hijau di UV 366 nm; C2 = triturasi n-heksana di UV 366 nm; C3 = triturasi klorofom:metanol 7:3 di UV 366 nm Tabel X. Hasil KLT triturasi n-heksana Faktor retardasi Rf Visual Deteksi UV 254 nm Deteksi UV 366 nm Asam sulfat 5 vv 0,86 Hijau ++ - Berpendar merah +++ Terjadi pengarangan 0,80 Kuning +++ - - Terjadi pengarangan 0,70 - - Berpendar hijau + Terjadi pengarangan 0,44 - Meredam - Terjadi pengarangan Keterangan ketebalan bercak : + = tipis ; ++ = sedang; +++ = tebal ; ++++ = sangat tebal Tabel XI. Hasil KLT triturasi kloroform : metanol 7:3 vv Faktor retardasi Rf Visual Deteksi UV 254 nm Deteksi UV 366 nm Asam sulfat 5 vv 0,86 Hijau + - Berpendar merah + Terjadi pengarangan 0,80 Kuning ++ - - Terjadi pengarangan 0,70 - - - - 0,44 - Meredam - Terjadi pengarangan Keterangan ketebalan bercak : + = tipis ; ++ = sedang; +++ = tebal ; ++++ = sangat tebal Tabel XII. Hasil KLT ekstrak kacang hijau Faktor retardasi Rf Visual Deteksi UV 254 nm Deteksi UV 366 nm Asam sulfat 5 vv 0,86 Hijau ++ - Berpendar merah +++ Terjadi pengarangan 0,80 Kuning +++ - - Terjadi pengarangan 0,70 - - Berpendar hijau + Terjadi pengarangan 0,44 - Meredam - Terjadi pengarangan Keterangan ketebalan bercak : + = tipis ; ++ = sedang; +++ = tebal ; ++++ = sangat tebal Berdasarkan hasil triturasi yang telah dilakukan profil KLT ekstrak dengan hasil triturasi n-heksana memiliki komposisi yang serupa, ditunjukkan dengan munculnya 4 bercak di Rf 0,86; 0,80; 0,70 dan 0,40, sedangkan hasil triturasi kloroform : metanol 7:3 vv hanya muncul 3 bercak di Rf 0,86; 0,80; 0,40. Berhubung bercak di Rf 0,70 memiliki aktivitas antibakteri maka hasil triturasi n-heksana yang dipilih untuk diuji lebih lanjut.

K. Hasil Kromatografi Kolom