Hasil Uji Kualitatif UV

Pengujian terhadap ekstrak kulit kacang hijau dan ekstrak keping biji kacang hijau dilanjutkan dengan uji aktivitas penangkapan radikal bebas dengan menggunakan pereaksi DPPH 0,2 bv dalam metanol. Hasil menunjukkan bahwa bercak kuning hanya muncul pada pelat KLT hasil pemisahan ekstrak kulit kacang hijau pada Rf sekitar 0,40 – 0,49, berdasarkan pengujian tersebut dapat dikatakan bahwa aktivitas ekstrak kacang hijau khususnya aktivitas penangkapan radikal bebas, merupakan peran dari senyawa yang terkandung dalam kulit kacang hijau.

H. Hasil Uji Kualitatif UV

Protection Ekstrak Kacang Hijau Uji kualitatif UV protection ekstrak kacang hijau menggunakan metode inhibition of bleaching of �- caroten, pereaksi β-karoten 0,05 bv dalam kloroform dibuat dan disemprotkan pada pelat KLT hasil elusi yang telah kering. Hasil positif ditandai dengan adanya bercak kuning – jingga pada latar putih Marston, A., 2011. Sebelum pengujian metode inhibition of bleaching of � −carotene dilakukanlah optimasi intensitas sinar UV, tujuan dari optimasi ini adalah didapatkan intensitas sinar UV yang sesuai untuk pengujian, kesesuaian yang dimaksud disini adalah perubahan warna pelat KLT hasil penyemprotan dengan pereaksi β-karoten yang terjadi mampu teramati oleh peneliti. Pengamatan dalam pengujian ini dilakukan terhadap waktu dan parameter warna pada pelat KLT yang diukur menggunakan parameter warna yang dibuat oleh peneliti, parameter warna terlampir lampiran 7, parameter ini dibuat oleh peneliti dikarenakan ketiadaan parameter hasil uji untuk metode ini, sehingga dibuatlah parameter warna dengan skala 0 sampai 7. Parameter warna no 0 merupakan warna putih, bertambahnya nomor pada kertas parameter warna menandakan peningkatan warna menuju jingga, yang merupakan parameter nomor 7. Delapan skala warna ini ditentukan berdasarkan hasil optimasi warna terhadap pereaksi β-karoten yang digunakan. Dalam pengujian optimasi intensitas sinar UV ini hanya menggunakan pelat KLT kosong tanpa elusi. Gambar 9. Grafik optimasi intensitas sinar UV Berdasarkan hasil optimasi terlihat bahwa pada intensitas sinar tinggi, yaitu 30,48 Lux perubahan penurunan warna yang terjadi terlalu cepat. Sedangkan pada intensitas rendah dengan intensitas sinar 5,89 Lux dan intensitas sedang dengan intensitas sinar 15,01 Lux perubahan warna yang terjadi lebih mudah untuk diamati. Namun berdasarkan data standar deviasi, keragaman data antar 1 2 3 4 5 6 7 1 3 6 9 12 15 n o m o r p ar am e te r waktu menit intensitas rendah 5, 89 Lux intensitas sedang 15,01 Lux intensitas tinggi 30,48 Lux replikasi pada intensitas sedang lebih baik, data pada lampiran lampiran 8, sehingga untuk pengujian selanjutnya digunakanlah intensitas sinar sedang. Gambar 10. Hasil uji kualitatif UV protection ekstrak kacang hijau pada menit ke 15 A = replikasi 1; B = replikasi 2; C = replikasi 3; D = replikasi 4; E = replikasi 5 Tabel VII. Hasil uji kualitatif UV protection ekstrak kacang hijau dengan intensitas sinar UV = 14,12 Lux Waktu menit Warna latar pelat KLT sesuai parameter no - Rata – rata SD Rep 1 Rep 2 Rep 3 Rep 4 Rep 5 5 5 5 5 6 5,2 0,45 1 2 2 1 1 2 1,6 0,55 3 1 1 1 1 0,8 0,44 6 1 1 10,4 0,55 9 12 15 Faktor retardasi Rf 0, 80 0,82 0,80 0,80 0,80 Hasil Positif kuning no:2, Positif kuning no.2, Positif kuning no.2 Positif kuning no.2 Positif kuning no.2 Waktu muncul bercak 1 menit 6 menit 3 menit 1 menit 3 menit Ekstrak kacang hijau berdasarkan pengujian metode inhibition of bleaching of � − carotene, menunjukkan hasil positif ditandai dengan munculnya bercak kuning dengan nomor parameter 2 pada Rf sekitar 0,80, sedangkan latar pelat KLT berwarna kuning dengan nomor 0.

I. Hasil Uji Kualitatif Antibakteri Ekstrak Kacang Hijau

Uji kualitatif antibakteri pada ekstrak kacang hijau menggunakan metode bioautografi, metode ini merupakan metode kombinasi kromatografi lapis tipis dengan deteksi biologi Marston, 2011. Metode bioautografi dipilih karena selain dapat menguji aktivitas antibakteri, metode ini dapat mampu mendeteksi komponen senyawa aktif Chomnawang, Surassmo, Wongsariya, Bunyapraphatsara, 2009. Hasil positif ditandai dengan adanya daerah jernih pada pertumbuhan bakteri, dari sinilah komponen senyawa aktif dipandu untuk diketahui lebih lanjut komposisinya dan diarahkan sebagai target isolasi. Prinsip metode bioautografi ini serupa dengan metode difusi agar Choma, Grzelak, 2011. Dalam penelitian ini digunakan metode bioautografi kontak, proses kontak berlangsung selama 40 menit. Metode bioautografi ekstrak kacang hijau menggunakan 2 jenis bakteri, yaitu, E. coli sebagai bakteri Gram negatif dan S. aureus sebagai bakteri Gram positif. Keterangan = tanda panah  menunjukkan zona hambat Gambar 11. Hasil uji kualitatif antibakteri ekstrak kacang hijau secara bioautografi A = pada bakteri E. coli; B = pada bakteri S. aureus Tabel VIII. Hasil uji kualitatif antibakteri secara bioautografi ekstrak kacang hijau Bakteri Mass loading ekstrak Hasil 75 µg 100 µg 150 µg

S. aureus

Tidak muncul zona hambat Muncul zona hambat Muncul zona hambat Positif pada Rf sekitar 0,70

E. coli

Tidak muncul zona hambat Tidak muncul zona hambat Tidak muncul zona hambat Negatif Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, ekstrak kacang hijau memberikan hasil positif dengan munculnya zona jernih pada pertumbuhan bakteri pada bakteri S. aureus di Rf sekitar 0,70 pada mass loading ekstrak 100 µg dan 150 µg, sedangkan pada pengujian bioautografi bakteri E. coli didapatkan hasil yang negatif. Hal ini dapat disebabkan karena bakteri Gram negatif memiliki lapisan membran luar, sedangkan dinding sel bakteri Gram positif tidak memiliki membran bagian luar hanya tersusun oleh lapisan peptidoglikan, sehingga bakteri Gram negatif yaitu E. coli lebih susah untuk ditembus oleh senyawa kimia karena terhalangi oleh lapisan membran tersebut Campbell, Reece, Mitchell, 2003. Alasan lain berdasarkan penelitian sebelumnya oleh Priya, Laksmi, Banu, Gopalakrishnan, Dhanalakshmi, Sagadevan, Manimaran, Arumugam 2012, yang menggunakan kacang hijau sebagai bahan penelitian menunjukkan hasil positif dengan menggunakan bakteri uji E. coli, ditunjukkan dengan adanya zona hambat 17 mm pada ekstrak metanolik kacang hijau dengan massa 75 µg. Fenomena ini dapat disebabkan karena adanya perbedaan pelarut ekstraksi yang digunakan, penelitian oleh Priya, Laksmi, Banu, Gopalakrishnan, Dhanalakshmi, Sagadevan, Manimaran, Arumugam 2012 menggunakan pelarut ekstraksi metanol, sedangkan dalam penelitian ini menggunakan pelarut ekstraksi etanol 90. Diduga senyawa yang memiliki kemampuan antibakteri pada bakteri E. coli Gram negatif tidak ikut tersari dengan menggunakan pelarut ekstraksi etanol 90, karena sifat senyawa tersebut cenderung nonpolar. Pelarut metanol memiliki sifat kepolaran yang lebih rendah dibandingkan dengan etanol, sehingga senyawa yang terlarut pada cairan penyari metanol juga cenderung lebih nonpolar dibandingkan senyawa yang tersari pada pelarut etanol sesuai dengan prinsip like disolve like . Tabel IX. Hasil pengarangan dengan asam sulfat 5 vv pada pelat kromatografi lapis tipis ekstrak kacang hijau Faktor retardasi Rf Hasil 0,40 – 0,49 0,70 – 0,74 0,75 – 0,84 0,85 – 0,89 Terjadi pengarangan Terjadi pengarangan Terjadi pengarangan Terjadi pengarangan Hasil positif munculnya zona jernih ekstrak kacang hijau muncul di Rf sekitar 0,70, namun pada Rf tersebut tidak teramati adanya bercak secara visual maupun dengan bantuan sinar ultraviolet. Oleh karena itu peneliti melakukan deteksi dengan pereaksi sulfat 5 vv, untuk mengoksidasi solut – solut organik, sehingga akan muncul bercak coklat hingga hitam pada pelat KLT. Setelah deteksi dengan pereaksi asam sulfat 5 vv dilakukan, terlihat ekstrak kacang hijau memiliki 4 bercak seperti yang tertera pada tabel tabel XI, hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya terdapat senyawa pada Rf 0,70.

J. Hasil Triturasi