meredam di UV 254 nm. Sedangkan pemisahan menggunakan fase gerak kloroform : metanol 7:3 vv muncul 1 bercak meredam pada Rf sekitar 0,40
– 0,49 dan fase gerak etil asetat : asam formiat : asam asetat glasial : air
100:11:11:20 vv muncul 3 bercak meredam pada Rf sekitar 0,40 – 0,49, 0,50 –
0,59, 0,60 – 0,69. Dapat dikatakan bahwa pemisahan KLT ekstrak kacang hijau
kurang baik dengan menggunakan fase gerak n-heksana : etil asetat 2:3 vv dan untuk memastikan fase gerak yang paling optimum maka akan dipandu dengan
hasil uji kualitatif aktivitas penangkapan radikal bebas.
E. Hasil Uji Kualitatif Penangkapan Radikal Bebas Ekstrak Kacang
Hijau
Senyawa 2, 2- diphenyl – 1 picrylhidrazyl DPPH merupakan radikal,
DPPH memiliki absorpsi maksimal pada panjang gelombang 517 nm dan akan menurun dengan adanya reaksi dengan radikal scavenger. Perubahan warna ini
juga dapat diamati dengan menggunakan metode KLT, dalam penelitian ini menggunakan penyemprotan pereaksi DPPH 0,2 bv dalam metanol pada pelat
KLT hasil elusi yang telah kering. Hasil positif senyawa aktif penangkap radikal dengan nampaknya bercak kuning hingga putih dengan latar ungu Marston,
2011. Perubahan warna ungu menjadi kuning-putih ini dapat terjadi karena
adanya reaksi antara senyawa penangkap radikal dengan DPPH, elektron ganjil dari radikal DPPH akan berpasangan dengan hidrogen dari senyawa penangkap
radikal bebas, kemudian akan membentuk DPPH-H tereduksi Molyneux, 2004.
DPPH ● + AH ↔ DPPHH + A●
Gambar 3. Hasil uji kualitatif penangkapan radikal bebas ekstrak
kacang hijau A = fase gerak n-heksana : etil asetat 2:3 vv; B = fase gerak kloroform : metanol 7:3 vv; C = fase gerak etil asetat : asam formiat : asam
asetat glasial : air 100:11:11:20 vv
Berdasarkan hasil uji kualitatif penangkapan radikal bebas ekstrak kacang hijau, pada hasil pemisahan KLT dengan fase gerak n-heksana : etil asetat
2:3 vv menunjukkan hasil yang negatif dengan tidak terbentuknya bercak kuning-putih pada pelat KLT. Hasil positif ditunjukkan oleh hasil pemisahan
KLT dengan fase gerak kloroform : metanol 7:3 vv dengan munculnya bercak kuning dengan segera setelah disemprot dengan pereaksi DPPH pada Rf sekitar
0,85 - 0,89 diikuti dengan munculnya bercak putih beberapa menit kemudian di Rf sekitar 0,40 - 0,49 dan 0,75 - 0,84.
Tabel III. Hasil uji kualitatif penangkapan radikal bebas ekstrak kacang hijau
Fase gerak Rf
Hasil Waktu muncul
N-heksana : etil asetat 2:3 vv
- Negatif
- Kloroform : metanol 7:3
vv 0,40 - 0,49
Putih + Beberapa menit
0,75 – 0,84
Putih + Beberapa menit
0,85 – 0,89
Kuning +++ Segera
dalam hitungan detik
Etil asetat : asam formiat : asam asetat glasial : air
100:11:11:20 vv 0,50
– 0,59 Putih +
Beberapa jam 0,90
– 0,95 Putih ++
Beberapa menit 0,96
– 1,0 Kuning +++ Segera
dalam hitungan detik
Keterangan ketebalan bercak : + = tipis ; ++ = sedang; +++ = tebal ; ++++ = sangat
tebal
Begitu pula dengan hasil pemisahan KLT dengan fase gerak etil asetat : asam formiat : asam asetat glasial : air 100:11:11:20 vv menghasilkan hasil
positif dengan munculnya bercak kuning segera setelah penyemprotan pereaksi DPPH di Rf sekitar 0,96-1,0 dan 2 bercak putih di Rf sekitar 0,90
– 0,95 dan 0,50 – 0,59 beberapa jam kemudian. Fase gerak kloroform : metanol 7:3 vv dipilih
sebagai fase gerak optimum dalam penelitian ini, dikarenakan dengan menggunakan fase gerak tersebut sudah mampu memisahkan senyawa pada
ekstrak kacang hijau dan memiliki aktivitas penangkap radikal bebas yang baik, ditunjukkan dengan munculnya bercak kuning dan putih yang muncul lebih cepat
dibandingkan dengan bercak yang timbul pada pelat KLT hasil pemisahan dengan fase gerak etil asetat : asam formiat : asam asetat glasial : air 100:11:11:20 vv.
F. Hasil Identifikasi Senyawa Pada Ekstrak Kacang Hijau dengan